EU akan tunda Brexit jika PM Johnson gagal kantongi restu parlemen
21 Oktober 2019 11:39 WIB
Perdana Menteri Inggris Boris Johnson memberikan pendapat saat debat mengenai Brexit, saat parlemen bersidang di hari Sabtu untuk pertama kalinya sejak Perang Falklands 1982, di London, Sabtu (19/10/2019). (REUTERS/UK Parliament)
London (ANTARA) - Surat kabar nasional Sunday Times melaporkan bahwa Uni Eropa akan menunda Brexit hingga Februari 2020 jika Perdana Menteri Boris Johnson gagal mengantongi restu parlemen atas kesepakatannya pekan ini.
Penundaan tersebut akan menjadi "sepadan", yang berarti bahwa Inggris dapat meninggalkan blok tersebut lebih awal pada 1 atau 15 November, Desember atau Januari, jika kesepakatanya diratifikasi sebelum penundaan berakhir, lapor surat kabar itu, mengutip sumber diplomatik.
Tidak ada keputusan yang bakal diambil hingga pemerintah Uni Eropa berkesempatan menilai peluang Brexit melewati parlemen sebelum Selasa pekan ini, sebut media tersebut.
Pejabat dan diplomat Uni Eropa mengatakan kepada Reuters pada Minggu bahwa, tergantung pada perkembangan selanjutnya di London, opsi penundaan Brexit, yang berkisar mulai satu bulan hingga akhir November hingga setengah tahun atau lebih lama.
Sumber: Reuters
Baca juga: Menkes Inggris: Tidak ada alasan tepat untuk menunda Brexit
Baca juga: Puluhan ribu orang di London tuntut referendum baru Brexit
Baca juga: Dolar AS melemah di tengah optimisme Brexit
Penundaan tersebut akan menjadi "sepadan", yang berarti bahwa Inggris dapat meninggalkan blok tersebut lebih awal pada 1 atau 15 November, Desember atau Januari, jika kesepakatanya diratifikasi sebelum penundaan berakhir, lapor surat kabar itu, mengutip sumber diplomatik.
Tidak ada keputusan yang bakal diambil hingga pemerintah Uni Eropa berkesempatan menilai peluang Brexit melewati parlemen sebelum Selasa pekan ini, sebut media tersebut.
Pejabat dan diplomat Uni Eropa mengatakan kepada Reuters pada Minggu bahwa, tergantung pada perkembangan selanjutnya di London, opsi penundaan Brexit, yang berkisar mulai satu bulan hingga akhir November hingga setengah tahun atau lebih lama.
Sumber: Reuters
Baca juga: Menkes Inggris: Tidak ada alasan tepat untuk menunda Brexit
Baca juga: Puluhan ribu orang di London tuntut referendum baru Brexit
Baca juga: Dolar AS melemah di tengah optimisme Brexit
Penerjemah: Asri Mayang Sari
Editor: Atman Ahdiat
Copyright © ANTARA 2019
Tags: