Bandung (ANTARA) - Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Bandung, Dewi Kaniasari mengatakan lokasi wisata perlu disebar ke berbagai wilayah di Bandung Raya demi mengurangi kepadatan berakibat kemacetan yang terpusat di Kota Bandung.

Karena menurut dia fenomena Kota Bandung yang menjadi kota termacet di Indonesia dapat berdampak ke sektor pariwisata. Apalagi kata dia, Kota Bandung merupakan salah satu pusat peradaban di Indonesia.

"Sudah pasti ada dampaknya (bagi pariwisata) Bandung kota termacet, karena Bandung ini merupakan pusat dari pendidikan, banyak kantor BUMN juga, sudah pasti bandung ini menjadi gula untuk daerah sekitarnya," kata Dewi di Bandung, Sabtu.

Baca juga: Tarif parkir di Bandung dinaikkan untuk tekan kemacetan

Dengan perkembangan Kota Bandung tersebut, dia menyebut wajar ketika kemacetan terjadi. Karena menurut dia luas wilayah Kota Bandung tidak bertambah, sedangkan aktivitas penduduk dan aktivitas wisatawan terus meningkat.

Maka dari itu, menurutnya lokasi wisata harus tersebar di wilayah Bandung Raya seperti Kabupaten Bandung, Kabupaten Bandung Barat dan Kota Cimahi.

"Jadi tidak terpusat semuanya di Kota Bandung gitu, perlu menyebar. Itu salah satu untuk mengurangi kemacetan di Kota Bandung," kata dia.

Selain itu, Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Jawa Barat, Herman Muchtar juga menyebut kemacetan di Kota Bandung dapat mengganggu bahkan merugikan bagi sektor wisata.

Menurut dia lalu lintas yang terganggu dapat menyebabkan terhambatnya mobilitas. Akhirnya para wisatawan, kata dia, memilih untuk tidak berlama-lama di Kota Bandung.

"Pernah kejadian orang dateng ke Bandung, rencana mereka menginap di Bandung itu tiga malam, mereka jalan-jalan terus mereka datang di hotel lagi jam 11 malam karena kemacetan, akhirnya mereka tidak jadi menginap," kata Herman di Bandung, Jumat.

Sebelumnya, Kota Bandung dinyatakan menjadi kota termacet se-Indonesia atau peringkat ke-14 termacet se-Asia berdasarkan survei yang dilakukan oleh Asian Development Bank (ADB).

Dalam survei yang dilakukan oleh ADB, ada sedikitnya 278 kota yang diteliti dari sebanyak 45 negara di Asia. Kota Bandung berada di peringkat ke-14, lebih parah dari Jakarta yang berada di peringkat ke-17 dan Surabaya peringkat ke-20.

Baca juga: Kota Bandung masih sulit pecahkan kemacetan