Kemdikbud siapkan ekosistem pendidikan berbasis digital
18 Oktober 2019 23:24 WIB
Kepala Pusat Teknologi Informasi dan Komunikasi Pendidikan dan Kebudayaan Kemdikbud Gogot Suharwoto (kedua dari kanan) saat mengisi acara Indonesia Education Forum 2019 di International Habibie Festival di Jakarta, Jumat (18/10/2019). (ANTARA/Katriana)
Jakarta (ANTARA) - Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) menyiapkan ekosistem pendidikan yang berbasis digital guna merangkul kemajuan teknologi dan kesiapan semua elemen dalam menghadapi revolusi industri 4.0.
"Jadi kami ingin bagaimana teknologi bisa menjadi agen perubahan," kata Kepala Pusat Teknologi Informasi dan Komunikasi Pendidikan dan Kebudayaan Kemdikbud RI, Gogot Suharwoto usai mengisi acara Indonesia Education Forum 2019 di International Habibie Festival di Jakarta, Jumat.
Ia menambahkan penerapan teknologi di dalam sistem pendidikan tidak bisa dijalankan tanpa infrastruktur, guru dan juga kurikulum.
"Jadi (penerapan) teknologi harus ada infrastruktur, ada guru dan ada kurikulum. Ini yang sedang kita siapkan," ujarnya.
Baca juga: Kemedikbud: Teknologi hanya alat untuk capai tujuan pendidikan
Kemdikbud, tambahnya sudah menyiapkan kurikulum berupa mata pelajaran informatika dan seribu guru juga sudah dilatih untuk bisa menyiapkan pembelajaran yang berbasis teknologi.
Mereka juga sudah menyiapkan portal bernama Rumah Belajar. Portal tersebut ditujukan untuk menjembatani kesenjangan yang menurutnya luar biasa antara guru dan siswa.
"Jadi ini kita siapkan semuanya, mulai kurikulum, guru, portal dan juga insfrastrukturnya, yaitu tablet," lanjutnya.
Dalam upaya persiapan tersebut, Kemdikbud, katanya dituntut untuk tidak diskriminatif atau sepihak dengan sekolah-sekolah yang berada di daerah perkotaan saja.
"Kita dituntut untuk tidak diskriminatif. Kita prinsipnya adil dan merata. Kalau namanya rata berarti seluruh Indonesia," ujarnya.
Dalam upaya pemerataan tersebut, Kemdikbud tahun ini sudah mengalokasikan infrastruktur di 36 ribu sekolah. Tahun depan juga hanya menunggu kebijakan dari menteri yang baru.
Baca juga: MRT Jakarta dan Kemdikbud jalin kerjasama kenalkan budaya Indonesia
"Harapannya sudah kita prepare 62 ribu untuk tahun depan. Jadi harapannya 100 ribu sekolah sudah bisa ready," lanjutnya.
Namun demikian, sekolah-sekolah yang dimaksud bukanlah sekolah di perkotaan, tetapi justru di daerah terpinggir, tertinggal dan terluar.
Tantangan mendatang yang mereka hadapi, katanya adalah prioritas infrastruktur untuk sekolah-sekolah di daerah pinggiran.
"Kita sudah menyiapkan anggaran dari dana BOS mereka," katanya.
Dengan dana tersebut sekolah-sekolah dapat membeli tablet, laptop dan PC untuk sekolah-sekolah di daerah terpencil, daerah pinggiran dan terutama di daerah tertinggal.
Sementara itu, terkait Rumah Belajar, ia menyebutkan portal digital tersebut saat ini memiliki 53 juta pengunjung dan 1,5 juta subscriber.
"Tentu ini belum perfect. Masih banyak materi-materi yang kurang karena prioritas kira adalah materi UNBK nasional," ujarnya.
Baca juga: Kemdikbud: Guru harus terbuka dengan perkembangan teknologi
"Jadi kami ingin bagaimana teknologi bisa menjadi agen perubahan," kata Kepala Pusat Teknologi Informasi dan Komunikasi Pendidikan dan Kebudayaan Kemdikbud RI, Gogot Suharwoto usai mengisi acara Indonesia Education Forum 2019 di International Habibie Festival di Jakarta, Jumat.
Ia menambahkan penerapan teknologi di dalam sistem pendidikan tidak bisa dijalankan tanpa infrastruktur, guru dan juga kurikulum.
"Jadi (penerapan) teknologi harus ada infrastruktur, ada guru dan ada kurikulum. Ini yang sedang kita siapkan," ujarnya.
Baca juga: Kemedikbud: Teknologi hanya alat untuk capai tujuan pendidikan
Kemdikbud, tambahnya sudah menyiapkan kurikulum berupa mata pelajaran informatika dan seribu guru juga sudah dilatih untuk bisa menyiapkan pembelajaran yang berbasis teknologi.
Mereka juga sudah menyiapkan portal bernama Rumah Belajar. Portal tersebut ditujukan untuk menjembatani kesenjangan yang menurutnya luar biasa antara guru dan siswa.
"Jadi ini kita siapkan semuanya, mulai kurikulum, guru, portal dan juga insfrastrukturnya, yaitu tablet," lanjutnya.
Dalam upaya persiapan tersebut, Kemdikbud, katanya dituntut untuk tidak diskriminatif atau sepihak dengan sekolah-sekolah yang berada di daerah perkotaan saja.
"Kita dituntut untuk tidak diskriminatif. Kita prinsipnya adil dan merata. Kalau namanya rata berarti seluruh Indonesia," ujarnya.
Dalam upaya pemerataan tersebut, Kemdikbud tahun ini sudah mengalokasikan infrastruktur di 36 ribu sekolah. Tahun depan juga hanya menunggu kebijakan dari menteri yang baru.
Baca juga: MRT Jakarta dan Kemdikbud jalin kerjasama kenalkan budaya Indonesia
"Harapannya sudah kita prepare 62 ribu untuk tahun depan. Jadi harapannya 100 ribu sekolah sudah bisa ready," lanjutnya.
Namun demikian, sekolah-sekolah yang dimaksud bukanlah sekolah di perkotaan, tetapi justru di daerah terpinggir, tertinggal dan terluar.
Tantangan mendatang yang mereka hadapi, katanya adalah prioritas infrastruktur untuk sekolah-sekolah di daerah pinggiran.
"Kita sudah menyiapkan anggaran dari dana BOS mereka," katanya.
Dengan dana tersebut sekolah-sekolah dapat membeli tablet, laptop dan PC untuk sekolah-sekolah di daerah terpencil, daerah pinggiran dan terutama di daerah tertinggal.
Sementara itu, terkait Rumah Belajar, ia menyebutkan portal digital tersebut saat ini memiliki 53 juta pengunjung dan 1,5 juta subscriber.
"Tentu ini belum perfect. Masih banyak materi-materi yang kurang karena prioritas kira adalah materi UNBK nasional," ujarnya.
Baca juga: Kemdikbud: Guru harus terbuka dengan perkembangan teknologi
Pewarta: Katriana
Editor: Hendra Agusta
Copyright © ANTARA 2019
Tags: