Dusun Tunggularum gelar merti bumi mohon perlindungan bencana Merapi
18 Oktober 2019 12:23 WIB
Upacara adat Merti Bumi Tunggularum di Kabupaten Sleman, Yogyakarta, sehubungan kembali aktifnya Gunung Merapi. ANTARA/Disbud Sleman
Sleman (ANTARA) - Masyarakat lereng Gunung Merapi di Dusun Tunggularum, Desa Wonokerto, Kecamatan Turi, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta menggelar serangkaian upacara adat dan seni budaya yang dikemas dalam Merti Bumi Tunggularum, guna memohon perlindungan agar terhindar dari bencana Gunung Merapi.
"Rangkaian upacara adat ini puncaknya akan dilaksanakan Minggu(20/10) pukul 09.30 WIB di Balai Dusun Tunggularum, Wonokerto," kata Kepala Dinas Kebudayaan Kabupaten Sleman, Aji Wulantara di Sleman, Jumat.
Menurut dia, acara ini diawali dengan tarian kolosal dianjutkan dengan kirab budaya dari berbagai bregada dan warga masyarakat setempat.
Dilanjutkan dengan pentas seni jathilan Wahyu Turonggo Santoso dari Kaliangkrik Magelang.
Baca juga: BMKG: Aktifnya Gunung Merapi kemungkinan terkait gempa tektonik
"Upacara adat ini dilaksanakan setiap tanggal 21 bulan Sapar Kalender Jawa sebagai bentuk permohonan keselamatan dan perlindungan dari Tuhan YME kepada masyarakat Tunggularum dan sekitarnya agar terhindar dari bahaya dan bencana alam Gunung Merapi," katanya.
Ia mengatakan, nilai luhur yang terkandung dalam upacara adat ini meliputi kebersamaan, kegotongroyongan dan rasa syukur.
"Rangkaian kegiatan Upacara Adat Merti Bumi Tunggularum diawali pada Kamis 17 Oktober 2019 berupa bersih dusun dan mujahadah," katanya.
Kemudian pada Jumat 18 Oktober 2019 pukul 12.30 WIB di Balai Desa Tunggularum dengan pentas kesenian hadroh dari Pondok Pesantren Pandanaran dilanjutkan pengajian akbar oleh KH Anam Murfi Hasnafi dari Tegalrejo Magelang, dan pada malam harinya di Balai Dusun Tunggularum dipentaskan kethoprak Ngesti Budoyo dari Gondoarum dengan lakon Werdining Tresno.
Baca juga: 35 kelompok semarakkan Pelangi Budaya Bumi Merapi
Selanjutnya Sabtu 19 Oktober 2019 pukul 11.00 WIB di lapangan desa wisata Tunggularum dipentaskan kesenian jathilan Turonggo Dinowo Manunggal dilanjutkan pentas Kreasi Putri dan Panji, dilanjutkan pada pukul 13.00 WIB dengan pentas wayang kulit oleh dalang Ki Kismanto, dan pada malam harinya mulai pukul 20.00 WIB dipentaskan wayang kulit oleh dalang Ki Wisnu.
Puncak acara Upacara Adat Merti Bumi Tunggularum ini berupa kirab budaya yang dilaksanakan pada Minggu 20 Oktober 2019 mulai jam 09.30 WIB dengan start dari Balai Dusun Tunggularum menuju Lapangan Merti Bumi.
Dilanjutkan dengan pentas seni jathilan “Wahyu Turonggo Santoso” dari Kaliangkrik Magelang mulai jam 11.00 WIB – selesai.
Aji Wulantara memberikan apresiasi yang tinggi kepada masyarakat Kabupaten Sleman yang telah melestarikan potensi budaya yang adiluhung.
"Semua ini tentu akan menjadi semangat untuk membangun dan menjaga keistimewaan DIY. Sebagai bahasa universal nilai-nilai kebudayaan mampu menjadi pemersatu dan perekat masyarakat serta menjadikan stimulator untuk membangun daerah dan bangsa," katanya.
Baca juga: Festival Lima Gunung 2019 dikerjakan milenial desa
"Rangkaian upacara adat ini puncaknya akan dilaksanakan Minggu(20/10) pukul 09.30 WIB di Balai Dusun Tunggularum, Wonokerto," kata Kepala Dinas Kebudayaan Kabupaten Sleman, Aji Wulantara di Sleman, Jumat.
Menurut dia, acara ini diawali dengan tarian kolosal dianjutkan dengan kirab budaya dari berbagai bregada dan warga masyarakat setempat.
Dilanjutkan dengan pentas seni jathilan Wahyu Turonggo Santoso dari Kaliangkrik Magelang.
Baca juga: BMKG: Aktifnya Gunung Merapi kemungkinan terkait gempa tektonik
"Upacara adat ini dilaksanakan setiap tanggal 21 bulan Sapar Kalender Jawa sebagai bentuk permohonan keselamatan dan perlindungan dari Tuhan YME kepada masyarakat Tunggularum dan sekitarnya agar terhindar dari bahaya dan bencana alam Gunung Merapi," katanya.
Ia mengatakan, nilai luhur yang terkandung dalam upacara adat ini meliputi kebersamaan, kegotongroyongan dan rasa syukur.
"Rangkaian kegiatan Upacara Adat Merti Bumi Tunggularum diawali pada Kamis 17 Oktober 2019 berupa bersih dusun dan mujahadah," katanya.
Kemudian pada Jumat 18 Oktober 2019 pukul 12.30 WIB di Balai Desa Tunggularum dengan pentas kesenian hadroh dari Pondok Pesantren Pandanaran dilanjutkan pengajian akbar oleh KH Anam Murfi Hasnafi dari Tegalrejo Magelang, dan pada malam harinya di Balai Dusun Tunggularum dipentaskan kethoprak Ngesti Budoyo dari Gondoarum dengan lakon Werdining Tresno.
Baca juga: 35 kelompok semarakkan Pelangi Budaya Bumi Merapi
Selanjutnya Sabtu 19 Oktober 2019 pukul 11.00 WIB di lapangan desa wisata Tunggularum dipentaskan kesenian jathilan Turonggo Dinowo Manunggal dilanjutkan pentas Kreasi Putri dan Panji, dilanjutkan pada pukul 13.00 WIB dengan pentas wayang kulit oleh dalang Ki Kismanto, dan pada malam harinya mulai pukul 20.00 WIB dipentaskan wayang kulit oleh dalang Ki Wisnu.
Puncak acara Upacara Adat Merti Bumi Tunggularum ini berupa kirab budaya yang dilaksanakan pada Minggu 20 Oktober 2019 mulai jam 09.30 WIB dengan start dari Balai Dusun Tunggularum menuju Lapangan Merti Bumi.
Dilanjutkan dengan pentas seni jathilan “Wahyu Turonggo Santoso” dari Kaliangkrik Magelang mulai jam 11.00 WIB – selesai.
Aji Wulantara memberikan apresiasi yang tinggi kepada masyarakat Kabupaten Sleman yang telah melestarikan potensi budaya yang adiluhung.
"Semua ini tentu akan menjadi semangat untuk membangun dan menjaga keistimewaan DIY. Sebagai bahasa universal nilai-nilai kebudayaan mampu menjadi pemersatu dan perekat masyarakat serta menjadikan stimulator untuk membangun daerah dan bangsa," katanya.
Baca juga: Festival Lima Gunung 2019 dikerjakan milenial desa
Pewarta: Victorianus Sat Pranyoto
Editor: Muhammad Yusuf
Copyright © ANTARA 2019
Tags: