Jakarta (ANTARA) - Kepala Pusat Data, Informasi, dan Hubungan Masyarakat Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Agus Wibowo mengatakan setelah gempa Maluku pihaknya bekerja sama dengan Institut Teknologi Bandung (ITB) dan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) akan memasang 11 seismograf di kawasan tersebut

"Pemasangan seismograf sebagai upaya memahami lebih lanjut karakteristik gempa susulan setelah gempa Maluku Magitudo 6,5 yang terjadi Kamis (26/9) lalu," kata Agus melalui siaran pers yang diterima di Jakarta, Kamis.

Agus mengatakan pemasangan seismograf itu juga diharapkan bisa menjawab mengapa begitu banyak gempa susulan di Ambon dan apa dampaknya untuk kesiapsiagaan dan mitigasi potensi kejadian yang sama di masa depan.

Baca juga: BMKG akan tambah 29 seismograf di Kalimantan pada 2020

Dalam rapat koordinasi di Pos Komando Penanganan Darurat Bencana Gempa Maluku yang diikuti perwakilan Kodam XVI Pattimura, BNPB, BPBD Provinsi Maluku dan BMKG, disepakati seismograf akan dipasang empat unit di Ambon, satu unit di Haruku, dua unit di Saparua, dan empat unit di Seram.

"Satu orang Babinsa dari Kodam XVI/Pattimura akan bertanggung jawab terhadap setiap titik koordinat rencana pemasangan seismograf kepada koramil dan kodim setempat," tuturnya.

Pemasangan seismograf akan dimulai pada Jumat (18/10) hingga 10 hari kemudian.

Menurut Agus, gempa susulan masih terus terdeteksi. Hingga Kamis pukul 09.00 WIT, telah terjadi 1.637 gempa susulan sejak gempa Magnitudo 6,5 pada Kamis (26/9) dan 184 diantaranya dirasakan warga setempat.

BMKG telah menelaah terkait gempa yang berpusat di Kairatu. Gempa besar sebelumnya sudah terpantau didahului dengan gempa pembukaan dengan Magnitudo 1,5 hingga 3,5 sejak 28 Agustus 2019.

DI kawasan tersebut tercatat pernah terjadi gempa besar seperti Magnitudo 7,8 hingga 8,0 pada tahun 1674, Magnitudo 7,8 pada tahun 1899, Magnitudo 7,9 pada tahun 1948, dan Magnitudo 7,3 pada tahun 1950.

Baca juga: BMKG akan pasang sembilan sensor seismograf di Maluku