Kemlu dorong promosi masakan Indonesia melalui gastrodiplomasi
17 Oktober 2019 17:58 WIB
Menteri Luar Negeri RI Retno Marsudi menyampaikan sambutan pada seminar nasional bertajuk "Diplomasi Ekonomi: Gastronomi untuk Memperkuat Ekonomi Indonesia" yang berlangsung di Kementerian Luar Negeri di Jakarta, Kamis (17/10/2019). (Kemlu RI)
Jakarta (ANTARA) - Kementerian Luar Negeri bekerjasama dengan Asosiasi Gastronomi Indonesia (Indonesian Gastronomy Association/IGA) menyelenggarakan seminar nasional bertajuk "Diplomasi Ekonomi: Gastronomi untuk Memperkuat Ekonomi Indonesia" untuk mendorong promosi masakan Indonesia ke seluruh dunia melalui gastrodiplomasi.
Seminar yang dihadiri kurang lebih 250 orang peserta itu dilaksanakan di Ruang Nusantara, Kementerian Luar Negeri RI di Jakarta, Kamis.
Kegiatan tersebut bertujuan memberikan kesempatan untuk saling berbagi pengetahuan serta pengalaman tentang menjalankan bisnis makanan, khususnya makanan khas Indonesia di luar negeri.
"Makanan adalah identitas nasional suatu bangsa. Gastrodiplomasi akan mendukung diplomasi ekonomi Indonesia,” kata Menteri Luar Negeri Retno Marsudi.
Direktur Jenderal Informasi dan Diplomasi Publik Kementerian Luar Negeri, Cecep Herawan, menilai bahwa gastrodiplomasi lebih dari sekedar tujuan bisnis.
"Gastrodiplomasi merupakan alat diplomasi "soft power" yang kuat dan mampu meningkatkan citra Indonesia di luar negeri serta dapat mendorong industri pangan Indonesia di luar negeri," ujar Cecep.
Baca juga: Lewat gastronomi, KJRI Marseille promosikan Indonesia di Paris Store
Sementara itu, Kepala Badan Pengkajian dan Pengembangan Kebijakan (BPPK) Kemlu Siswo Pramono menyampaikan bahwa Indonesia perlu fokus untuk upaya memperbanyak industri makanan di luar negeri, bekerja dengan diaspora, menciptakan tradisi tersendiri, serta mempertimbangkan sensitivitas menu-menu tertentu di belahan dunia lainnya.
Seminar tentang gastrodiplomasi tersebut menghadirkan peserta dari para pemangku kepentingan, yaitu kementerian/lembaga, organisasi-organisasi masyarakat, akademisi, mahasiswa, pelaku usaha di bidang kuliner, serta masyarakat umum.
Kegiatan itu diisi oleh para pakar sekaligus pelaksana bisnis di bidang kuliner dari Thailand dan Korea Selatan, yaitu Karim Raoud dari Blue Elephant cabang Paris, dan Steven Kim dari Qraved.
Selain itu, para pelaku bisnis kuliner ternama di Indonesia, seperti Hendra Noviyanti dari Upnormal dan Rama Auwines dari Sari Ratu, turut berbagi pengalaman dalam menjalankan bisnisnya.
Baca juga: Ubud menuju destinasi gastronomi dunia
Baca juga: Ubud dipersiapkan jadi destinasi wisata gastronomi standar dunia
Baca juga: Indonesia dan Perancis perkuat kerja sama Gastronomi
Seminar yang dihadiri kurang lebih 250 orang peserta itu dilaksanakan di Ruang Nusantara, Kementerian Luar Negeri RI di Jakarta, Kamis.
Kegiatan tersebut bertujuan memberikan kesempatan untuk saling berbagi pengetahuan serta pengalaman tentang menjalankan bisnis makanan, khususnya makanan khas Indonesia di luar negeri.
"Makanan adalah identitas nasional suatu bangsa. Gastrodiplomasi akan mendukung diplomasi ekonomi Indonesia,” kata Menteri Luar Negeri Retno Marsudi.
Direktur Jenderal Informasi dan Diplomasi Publik Kementerian Luar Negeri, Cecep Herawan, menilai bahwa gastrodiplomasi lebih dari sekedar tujuan bisnis.
"Gastrodiplomasi merupakan alat diplomasi "soft power" yang kuat dan mampu meningkatkan citra Indonesia di luar negeri serta dapat mendorong industri pangan Indonesia di luar negeri," ujar Cecep.
Baca juga: Lewat gastronomi, KJRI Marseille promosikan Indonesia di Paris Store
Sementara itu, Kepala Badan Pengkajian dan Pengembangan Kebijakan (BPPK) Kemlu Siswo Pramono menyampaikan bahwa Indonesia perlu fokus untuk upaya memperbanyak industri makanan di luar negeri, bekerja dengan diaspora, menciptakan tradisi tersendiri, serta mempertimbangkan sensitivitas menu-menu tertentu di belahan dunia lainnya.
Seminar tentang gastrodiplomasi tersebut menghadirkan peserta dari para pemangku kepentingan, yaitu kementerian/lembaga, organisasi-organisasi masyarakat, akademisi, mahasiswa, pelaku usaha di bidang kuliner, serta masyarakat umum.
Kegiatan itu diisi oleh para pakar sekaligus pelaksana bisnis di bidang kuliner dari Thailand dan Korea Selatan, yaitu Karim Raoud dari Blue Elephant cabang Paris, dan Steven Kim dari Qraved.
Selain itu, para pelaku bisnis kuliner ternama di Indonesia, seperti Hendra Noviyanti dari Upnormal dan Rama Auwines dari Sari Ratu, turut berbagi pengalaman dalam menjalankan bisnisnya.
Baca juga: Ubud menuju destinasi gastronomi dunia
Baca juga: Ubud dipersiapkan jadi destinasi wisata gastronomi standar dunia
Baca juga: Indonesia dan Perancis perkuat kerja sama Gastronomi
Pewarta: Yuni Arisandy Sinaga
Editor: Azis Kurmala
Copyright © ANTARA 2019
Tags: