Bank Mandiri beri keringanan pembayaran utang 11.000 korban gempa Palu
17 Oktober 2019 15:54 WIB
Kepala Transaksi dan Konsumen Regional, PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk Regional X Sulawesi dan Maluku Noviandhika Sukanto memberikan keterangan pers usai mengikuti Focus Group Discussion yang diselenggaran PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk bekerjasama dengan Universitas Tadulako di gedung Pusat Media Untad, Kamis (17/10). (ANTARA/Rangga)
Palu (ANTARA) - Bank Mandiri memberikan keringanan pembayaran utang kredit kepada debitur terdampak bencana gempa, tsunami dan likuefaksi pada 28 September 2018 yang ada di Kota Palu, Kabupaten Sigi dan Donggala (Pasigala).
Kebijakan tersebut berupa penundaan pembayaran terhadap debitur yang terdampak bencana, mulai dari enam bulan hingga tiga tahun.
''Ada empati dari kami tentunya dari kesulitan yang saat ini mereka hadapi," kata Kepala Transaksi dan Konsumen Regional Bank Mandiri Regional X Sulawesi dan Maluku Noviandhika Sukanto di Universitas Tadulako, Palu, Kamis.
Ia menyebut berdasarkan data yang mereka peroleh ada sebanyak 11.000 debitur di wilayah Palu, Sigi, dan Donggala, yang dampak bencana alam gempa bumi, tsunami dan likuefaksi.
Noviandhika menerangkan kebijakan khusus yang diberikan itu tentunya berdasarkan kondisi dan realita yang dialami oleh para debitur terdampak bencana. Oleh karena itu, pihaknya masih terus terus melakukan penilaian dan kunjungan ke tempat kerja, tempat usaha, maupun tempat tinggal para debitur.
''Mereka kita berikan keringanan berupa ditunda pembayaran pokok dan bunganya sampai waktu tertentu, namun kita ikuti ketentuan itu,'' katanya.
Sampai saat ini, dari 11.000 debitur yang terdampak, lanjutnya, 7.500 debitur sudah mengikuti program kebijakan khusus tersebut dan evaluasi terhadap kebijakan yang menyasar mereka juga terus dilakukan sejak enam bulan hingga satu tahun terakhir ini.
''Ada mekanisme penyelesaian hapus buku, bahkan sampai hapus tagih. Namun, balik lagi kita evaluasi dulu.''tambahnya.
Baca juga: Sri Mulyani: RI fokus jaga konsumsi domestik, hadapi tantangan global
Baca juga: Sri Mulyani minta anggota BPK tingkatkan tata kelola keuangan negara
Kebijakan tersebut berupa penundaan pembayaran terhadap debitur yang terdampak bencana, mulai dari enam bulan hingga tiga tahun.
''Ada empati dari kami tentunya dari kesulitan yang saat ini mereka hadapi," kata Kepala Transaksi dan Konsumen Regional Bank Mandiri Regional X Sulawesi dan Maluku Noviandhika Sukanto di Universitas Tadulako, Palu, Kamis.
Ia menyebut berdasarkan data yang mereka peroleh ada sebanyak 11.000 debitur di wilayah Palu, Sigi, dan Donggala, yang dampak bencana alam gempa bumi, tsunami dan likuefaksi.
Noviandhika menerangkan kebijakan khusus yang diberikan itu tentunya berdasarkan kondisi dan realita yang dialami oleh para debitur terdampak bencana. Oleh karena itu, pihaknya masih terus terus melakukan penilaian dan kunjungan ke tempat kerja, tempat usaha, maupun tempat tinggal para debitur.
''Mereka kita berikan keringanan berupa ditunda pembayaran pokok dan bunganya sampai waktu tertentu, namun kita ikuti ketentuan itu,'' katanya.
Sampai saat ini, dari 11.000 debitur yang terdampak, lanjutnya, 7.500 debitur sudah mengikuti program kebijakan khusus tersebut dan evaluasi terhadap kebijakan yang menyasar mereka juga terus dilakukan sejak enam bulan hingga satu tahun terakhir ini.
''Ada mekanisme penyelesaian hapus buku, bahkan sampai hapus tagih. Namun, balik lagi kita evaluasi dulu.''tambahnya.
Baca juga: Sri Mulyani: RI fokus jaga konsumsi domestik, hadapi tantangan global
Baca juga: Sri Mulyani minta anggota BPK tingkatkan tata kelola keuangan negara
Pewarta: Muhammad Arshandi
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2019
Tags: