Jakarta (ANTARA) - Berdasarkan hasil survei Indeks Kepuasaan Jamaah Haji Indonesia (IKJHI) yang dilakukan Badan Pusat Statistik (BPS), mengungkapkan bahwa jamaah haji Indonesia mengeluhkan layanan transportasi bus selama mengikuti rangkaian ibadah di Arab Saudi.

"Jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya, secara umum layanan bus antarkota mengalami penurunann indeks sebesar -0,90 poin," kata Kepala BPS Suhariyanto saat konferensi pers terkait survei IKJHI di Gedung BPS Jakarta, Kamis.

Para jemaah haji Indonesia, kata dia, mengeluhkan kesopanan para sopir bus dalam melaksanakan tugas yang turut menyumbang pengurangan poin terbesar yaitu -1,54. Kemudian, ketersediaan armada bus juga menjadi penurunan yaitu -0,02 poin.

"Hasil survei kami menemukan satu-satunya komponen yang mengalami kenaikan yaitu tampilan fisik bus yang digunakan yaitu sebesar 0,16 poin," ujar dia.
Baca juga: Kemenag terjunkan dua tim awasi layanan haji Indonesia di Arab Saudi

Layanan trasportasi bus yang melayani jemaah haji selama di Arab Saudi terbagi atas tiga kategori. Pertama, bus antarkota dari bandara ke pemondokan di Makkah dan Madinah atau sebaliknya.

Kedua, bus Shalawat yaitu dengan rute dari hotel di Makkah ke Masjidil Haram atau sebaliknya. Terakhir bus Armuzna yang melayani proses ibadah selama di Armuzna. Meskipun terdapat keluhan dan catatan, secara umum indeks kepuasan bus antarkota menyentuh angka 87,35.

Penyelenggaraan ibadah haji 2019, tingkat kepuasaan jemaah menggunakan bus Armuzna berada pada poin 80,37 atau terendah dalam satu kesatuan transportasi bus yang diselenggarakan oleh pemerintah Arab Saudi tersebut.

Dalam mengukur indeks kepuasaan layanan bus, BPS menetapkan 10 macam jenis pelayanan yaitu ketersediaan armada, ketepatan kedatangan bus, tampilan fisik, kelengkapan fasilitas, keamanan, kenyamanan, kerapian dan kebersihan bus, dan kemampuan petugas mengatur jemaah.
Baca juga: Wakil Presiden apresiasi layanan "jalur cepat" bagi jamaah haji

"Seterusnya kemampuan sopir mengemudikan bus dan kesopanan dalam melaksanakan tugas," ujar dia.

Sementara itu, Menteri Agama RI Lukman Hakim Saifuddin mengatakan pemerintah telah berupaya mengantisipasi persoalan armada bus sejak awal. Namun, hal itu terkendala akibat adanya aturan dari pemerintah Arab Saudi tentang batasan jumlah bus.

"Antrean bus ini sudah diantisipasi dari awal karena merupakan titik lemah layanan kita," kata dia.

Lukman mengaku memahami keluhan dan kekecewaan para jemaah haji akibat adanya batasan jumlah bus tersebut. Namun, hal itu harus disadari bahwa setiap maktab berkisar 2.900 hingga 3.000 jemaah.

Oleh karena itu, kata dia, bisa dibayangkan ketika jemaah berangkat dari Makkah menuju Arafah itu hanya menggunakan 21 bus dengan kapasitas 50 kursi atau tempat duduk yang mengangkut secara bergantian 3.000 jemaah haji.
Baca juga: Layanan Eyab di bandara Jeddah untuk jamaah Indonesia berakhir

Bus Shalawat kembali beroperasi layani jamaah haji Indonesia