Jakarta (ANTARA News) - Bank Indonesia (BI) menyatakan kenaikan suku bunga acuannya, Bi Rate, sebesar 25 basis poin (bps) yang diputuskan dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada Selasa diperkirakan tidak akan mengganggu aktivitas perekonomian Indonesia. Gubernur Bank Indonesia, Boediono, di Jakarta, Selasa, mengatakan berbagai indikator menunjukkan permintaan dari dalam negeri masih kuat dan ketahanan industri perbankan tetap terjaga dan didukung pelaksanaan fungsi intermediasi yang baik. Menurutnya, kredit perbankan masih tumbuh 31,6 persen year on year (YoY), dengan NPL (gross) yang menurun menjadi 4,08 persen. Boediono juga memperkirakan perekonomian di Indonesia pada tahun ini masih akan tetap tumbuh baik, ditopang oleh pertumbuhan ekspor, pengeluaran konsumsi masyarakat dan pengeluaran pemerintah yang cukup tinggi. Permintaan dalam negeri, lanjutnya, juga ditopang oleh meningkatnya belanja daerah dan telah dimulainya tahapan Pemilu 2009. Masih tingginya risiko tekanan inflasi menjadi pertimbangan BI untuk kembali memutuskan menaikkan BI Rate pada bulan ini, meski dampak kenaikan BBM terhadap inflasi sudah sangat berkurang. Boediono menambahkan, guna mengefektifkan kebijakan moneter, kenaikan BI Rate juga diiringi oleh optimalisasi penggunaan instrumen kebijakan moneter lain, seperti pengendalian volatilitas nilai tukar dan penyerapan ekses likuiditas melalui operasi pasar terbuka. "Dengan kebijakan tersebut inflasi 2009 pada kisaran 6,5 sampai 7,5 persen diharapkan dapat tercapai," katanya. (*)