New York (ANTARA) - Kuurs dolar AS jatuh terhadap sekeranjang mata uang utama lainnya pada akhir perdagangan Rabu (Kamis pagi WIB), karena data penjualan ritel AS yang mengecewakan.
Data tersebut melukiskan gambaran suram ekonomi dan mendukung kasus penurunan suku bunga lebih lanjut oleh Federal Reserve.
Indeks dolar AS, yang mengukur mata uang greenback terhadap enam mata uang utama lainnya, turun 0,30 persen pada 97,998.
Penjualan ritel AS turun untuk pertama kalinya dalam tujuh bulan pada September, menunjukkan bahwa kelemahan yang disebabkan manufaktur dapat menyebar ke ekonomi yang lebih luas.
"Ekonomi AS memang menunjukkan pelemahan lebih lanjut, membenarkan pemangkasan suku bunga oleh Fed," kata Marc-André Fongern, ahli strategi di MAF Global Forex di Frankfurt.
Baca juga: Dolar AS melemah, tertekan lonjakan pound di tengah optimisme Brexit
Dengan dua minggu lagi hingga pertemuan kebijakan berikutnya, para gubernur bank sentral AS tetap terpecah tentang perlunya memangkas biaya pinjaman untuk ketiga kalinya tahun ini.
"Secara keseluruhan, angka penjualan ritel mendukung pandangan kami bahwa pertumbuhan ekonomi sedang melambat," Michael Pearce, ekonom senior AS di Capital Economics, mengatakan dalam sebuah catatan.
Kerugian dolar paling menonjol terhadap mata uang safe-haven lainnya seperti yen dan franc Swiss. Terhadap yen, greenback turun 0,1 persen, sementara itu tergelincir 0,39 persen terhadap franc Swiss.
Kekhawatiran yang berkepanjangan tentang ketegangan perdagangan antara Amerika Serikat dan China telah membuat selera risiko investor terkendali.
Laporan-laporan kesepakatan perdagangan parsial antara dua ekonomi terbesar di dunia pekan lalu pada awalnya menghibur pasar, tetapi kurangnya detail pada perjanjian tersebut sejak itu telah mengurangi antusiasme.
Baca juga: Dolar di kisaran paruh bawah 108 yen pada awal perdagangan di Tokyo
"Depresiasi signifikan dolar AS hanya akan mungkin terjadi jika terjadi kesepakatan parsial kredibel antara Amerika Serikat dan China," kata Fongern.
Ketegangan perdagangan yang meningkat antara Washington dan Beijing secara umum mendukung dolar karena para investor memandang Amerika Serikat dalam kondisi yang lebih baik daripada para pesaingnya untuk menghadapi perang dagang.
Kurs spot dalam negeri yuan China, mengakhiri sesi domestik di posisi 7,1030 per dolar, penutupan terlemah sejak 10 Oktober, setelah Beijing mengkritik undang-undang baru AS yang mendukung protes pro-demokrasi di Hong Kong.
Di tempat lain, crown Norwegia melemah ke posisi terendah sejak Juli 2001 di 9,119 per dolar. Norwegia, pengekspor utama minyak, sangat sensitif terhadap ketegangan ekonomi.
Pound sterling berayun di sekitar tertinggi lima bulan di tengah badai berita utama yang bertentangan tentang apakah Inggris dan Uni Eropa berada di ambang menyetujui kesepakatan Brexit.
Kesepakatan Brexit tampak dekat tetapi Perdana Menteri Boris Johnson masih memiliki pekerjaan yang harus dilakukan di dalam negeri untuk memastikan pemerintahnya dan parlemen menyetujui rencana tersebut.
Pound sterling terakhir naik 0,34 persen terhadap greenback.
Baca juga: Dolar naik karena keraguan bebani kesepakatan dagang AS-China, Brexit
Dolar tergelincir karena data mengecewakan, pound sterling naik
17 Oktober 2019 07:45 WIB
Mata uang dolar Amerika Serikat. ANTARA/Shutterstock/pri.
Pewarta: Apep Suhendar
Editor: Agus Salim
Copyright © ANTARA 2019
Tags: