Kemendag ungkap potensi tekstil Indonesia di TEI 2019
16 Oktober 2019 22:43 WIB
Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita (tengah) saat menghadiri Trade Expo Indonesia Textile Showcase and Summit (TEITSS) 2019 yang dilaksanakan pada 12-- 18 Oktober 2019 di sela-sela gelaran TEI 2019 di ICE BSD, Tangerang, Banten, Rabu (16/10/2019). (ANTARA/ Sella Panduarsa Gareta)
Tangerang (ANTARA) - Kementerian Perdagangan mengungkap potensi tekstil dan produk tekstil nasional pada ajang Trade Expo Indonesia Textile Showcase and Summit (TEITSS) 2019 yang dilaksanakan pada 12-- 18 Oktober 2019 di sela-sela gelaran TEI 2019 di ICE BSD, Tangerang, Banten.
“TEITSS 2019 yang melibatkan berbagai perusahaan Indonesia dan buyers mancanegara ini diharapkan dapat meningkatkan kerja sama bisnis dan kontrak dagang antara kedua pihak. Hal itu tentunya akan menjadi bagian dari hasil capaian selama penyelenggaraan TEI ini,” kata Mendag Enggartiasto Lukita di Tangerang, Rabu.
Mendag menyampaikan, TEITSS 2019 ini sangat baik untuk memberikan gambaran utuh tentang potensi TPT Indonesia, mulai dari kemampuan produksi dan kualitas produk, hingga berbagai kebijakan Pemerintah Indonesia yang mendorong pengembangan TPT.
Baca juga: Mendag kenalkan omnibus law di Trade Expo 2019
Menurut dia, produk tekstil dan produk tekstil (TPT) Indonesia yang berdaya saing tinggi dan berkualitas unggul berpeluang besar untuk terus ditingkatkan ekspor dan pangsa pasarnya di dunia.
Produk TPT Indonesia memiliki beberapa keunggulan, misalnya menjangkau paling tidak 100 negara tujuan ekspor.
“Produk TPT kita juga berdaya saing dan berkualitas tinggi. Produsen TPT Indonesia juga dinilai selalu berkomitmen tinggi dalam berbisnis. Kita harus bangga,” tegas Mendag.
Enggar menambahkan, daya saing dan kualitas produk TPT Indonesia yang eksklusif ini berhasil dicapai karena didukung oleh kemampuan produsen Indonesia di bidang penelitian dan pengembangan, penguasaan mesin/peralatan modern, peningkatan desain dan mutu produk, serta pemenuhan sertifikasi dan standar produk TPT Indonesia.
“Dengan berbagai keunggulan yang dimiliki produk TPT Indonesia, peluang peningkatan pangsa pasar tersebut dapat dimanfaatkan secara maksimal dengan mengembangkan industri TPT di dalam negeri. Selain itu, perjanjian internasional yang dimiliki Indonesia juga memberikan memberikan keleluasaan akses pasar produk TPT secara global,” ungkap Enggar.
Baca juga: Mendag targetkan perjanjian dagang pasar nontradisional rampung 2020
Menurut Mendag, yang saat ini diperlukan industri dalam negeri yaitu dukungan pasokan bahan baku, investasi, dan pengembangan akses pasar.
Bahan baku utama TPT Indonesia yaitu kapas dan poliester saat ini ketersediaannya masih perlu diimpor.
Untuk itu, diperlukan berbagai mekanisme kerja sama perdagangan yang saling menguntungkan dengan negara-negara produsen bahan baku, seperti dengan Tiongkok, AS, India, Pakistan, Vietnam, Korea Selatan, dan Jepang. Meski demikian, Indonesia tengah mengembangkan industri bahan baku serat rayon.
Sedangkan dari sisi investasi, industri TPT Indonesia dapat ditingkatkan dengan penguatan investasi pada sektor-sektor yang lemah, seperti di sektor pembuatan serat, pemintalan benang, kain lembaran, dan kain rajut. Penguatan investasi ini juga sebagai upaya peningkatan kapasitas produksi di sektor hilir (garmen).
Menurut Mendag, ajang TEITSS 2019 ini dapat menjadi kesempatan bagi para investor guna menanamkan modal pada unit industri sektor-sektor tersebut.
Sementara pada sisi pengembangan akses pasar, industri tekstil dinilai dapat berkembang dengan dukungan dari kerja sama perdagangan dengan negara-negara komplementer melalui skema imbal beli, perjanjian perdagangan preferensial (PTA), perjanjian perdagangan bebas dalam format bilateral (BFTA), kemitraan ekonomi komprehensf regional (RCEP), dan perjanjian kemitraan ekonomi komprehensif (CEPA).
“Kita perlu mendorong ataupun mempercepat proses pembentukan FTA dengan negara di Eropa dan AS. Hal ini mengingat negara-negara tersebut merupakan negara tujuan ekspor utama produk TPT. Dengan adanya FTA, diperkirakan akan memengaruhi peningkatan ekspor Indonesia ke dunia,” lanjut Mendag.
“TEITSS 2019 yang melibatkan berbagai perusahaan Indonesia dan buyers mancanegara ini diharapkan dapat meningkatkan kerja sama bisnis dan kontrak dagang antara kedua pihak. Hal itu tentunya akan menjadi bagian dari hasil capaian selama penyelenggaraan TEI ini,” kata Mendag Enggartiasto Lukita di Tangerang, Rabu.
Mendag menyampaikan, TEITSS 2019 ini sangat baik untuk memberikan gambaran utuh tentang potensi TPT Indonesia, mulai dari kemampuan produksi dan kualitas produk, hingga berbagai kebijakan Pemerintah Indonesia yang mendorong pengembangan TPT.
Baca juga: Mendag kenalkan omnibus law di Trade Expo 2019
Menurut dia, produk tekstil dan produk tekstil (TPT) Indonesia yang berdaya saing tinggi dan berkualitas unggul berpeluang besar untuk terus ditingkatkan ekspor dan pangsa pasarnya di dunia.
Produk TPT Indonesia memiliki beberapa keunggulan, misalnya menjangkau paling tidak 100 negara tujuan ekspor.
“Produk TPT kita juga berdaya saing dan berkualitas tinggi. Produsen TPT Indonesia juga dinilai selalu berkomitmen tinggi dalam berbisnis. Kita harus bangga,” tegas Mendag.
Enggar menambahkan, daya saing dan kualitas produk TPT Indonesia yang eksklusif ini berhasil dicapai karena didukung oleh kemampuan produsen Indonesia di bidang penelitian dan pengembangan, penguasaan mesin/peralatan modern, peningkatan desain dan mutu produk, serta pemenuhan sertifikasi dan standar produk TPT Indonesia.
“Dengan berbagai keunggulan yang dimiliki produk TPT Indonesia, peluang peningkatan pangsa pasar tersebut dapat dimanfaatkan secara maksimal dengan mengembangkan industri TPT di dalam negeri. Selain itu, perjanjian internasional yang dimiliki Indonesia juga memberikan memberikan keleluasaan akses pasar produk TPT secara global,” ungkap Enggar.
Baca juga: Mendag targetkan perjanjian dagang pasar nontradisional rampung 2020
Menurut Mendag, yang saat ini diperlukan industri dalam negeri yaitu dukungan pasokan bahan baku, investasi, dan pengembangan akses pasar.
Bahan baku utama TPT Indonesia yaitu kapas dan poliester saat ini ketersediaannya masih perlu diimpor.
Untuk itu, diperlukan berbagai mekanisme kerja sama perdagangan yang saling menguntungkan dengan negara-negara produsen bahan baku, seperti dengan Tiongkok, AS, India, Pakistan, Vietnam, Korea Selatan, dan Jepang. Meski demikian, Indonesia tengah mengembangkan industri bahan baku serat rayon.
Sedangkan dari sisi investasi, industri TPT Indonesia dapat ditingkatkan dengan penguatan investasi pada sektor-sektor yang lemah, seperti di sektor pembuatan serat, pemintalan benang, kain lembaran, dan kain rajut. Penguatan investasi ini juga sebagai upaya peningkatan kapasitas produksi di sektor hilir (garmen).
Menurut Mendag, ajang TEITSS 2019 ini dapat menjadi kesempatan bagi para investor guna menanamkan modal pada unit industri sektor-sektor tersebut.
Sementara pada sisi pengembangan akses pasar, industri tekstil dinilai dapat berkembang dengan dukungan dari kerja sama perdagangan dengan negara-negara komplementer melalui skema imbal beli, perjanjian perdagangan preferensial (PTA), perjanjian perdagangan bebas dalam format bilateral (BFTA), kemitraan ekonomi komprehensf regional (RCEP), dan perjanjian kemitraan ekonomi komprehensif (CEPA).
“Kita perlu mendorong ataupun mempercepat proses pembentukan FTA dengan negara di Eropa dan AS. Hal ini mengingat negara-negara tersebut merupakan negara tujuan ekspor utama produk TPT. Dengan adanya FTA, diperkirakan akan memengaruhi peningkatan ekspor Indonesia ke dunia,” lanjut Mendag.
Pewarta: Sella Panduarsa Gareta
Editor: Budi Suyanto
Copyright © ANTARA 2019
Tags: