Jakarta (ANTARA) - Sektor finansial Indonesia saat ini dinilai lebih terkonsolidasi, sehingga perlu dipupuk agar dapat lebih tahan dalam menghadapi berbagai potensi resesi global.

"Trauma yang disebabkan oleh krisis keuangan di Asia pada tahun 1998 telah menjadikan sektor keuangan Indonesia menjadi lebih terkonsolidasi serta adanya konsensus politik seputar kebijakan fiskal dan moneter yang lebih kompeten dan bijaksana," kata Direktur Eksekutif Center for Indonesian Policy Studies (CIPS) Rainer Heufers dalam keterangan tertulis di Jakarta, Rabu.

Menurut Rainer, pihaknya berharap perlunya kestabilan iklim politik dan proses demokrasi yang kuat di Indonesia.

Indonesia, menurut dia, juga memiliki masyarakat sipil yang aktif dan kebebasan pers yang relatif baik.

Selain itu, ia juga mengemukakan bahwa Indonesia juga memiliki sistem perbankan yang kuat dan kebijakan ekonomi yang sehat, serta ketersediaan pembiayaan yang semakin luas.

Indonesia, lanjutnya, juga telah terbukti memiliki jiwa wirausaha yang akan terus meningkatkan taraf kehidupan masyarakatnya sebagaimana dibuktikan oleh dinamisnya perkembangan perusahaan startup (rintisan) dalam lanskap perdagangan elektronik.

Baca juga: Kemenkeu ajak investasi obligasi untuk kemandirian finansial

Secara terpisah, Direktur Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) Kementerian Keuangan Luky Alfirman mengatakan ekonomi Indonesia masih bertahan meski Dana Moneter Internasional (IMF) kembali merevisi perkiraan pertumbuhan ekonomi dunia yang turun 0,2 persen menjadi 3 persen.

"Indonesia negara besar dengan populasi 260 juta dan pertumbuhan masyarakat pendapatan menengah bertumbuh serta menikmati bonus demografi," katanya saat hadir dalam diskusi Trade Expo di Tangerang, Banten, Rabu.

Kepada para pembeli dan penjual mancanegara dalam eksibisi itu, Luky menyebutkan salah satu sumber pertumbuhan ekonomi terbesar Indonesia berasal dari konsumsi.

Menurut dia, sektor konsumsi berkontribusi sebesar 56 persen kepada pertumbuhan ekonomi Indonesia yang menjadi peluang besar bagi perdagangan.

Sedangkan dilihat dari sektor, ia mengemukakan bahwa manufaktur menduduki posisi pertama diikuti pertanian dan ketiga, sektor perdagangan berkontribusi terhadap produk domestik bruto.

Dalam hal pertumbuhan ekonomi dalam tataran global, lanjut dia, Indonesia menduduki posisi ketiga setelah China dan India dalam grup negara-negara G-20.

Baca juga: Kemenkeu: Sistem pengelolaan keuangan RI jadi rujukan internasional