"Pada prinsipnya kami mengikuti program pemulihan yang telah dicanangkan pemerintah Indonesia. Namun untuk program UNDP sendiri, untuk bencana di Sulawesi Tengah dan Lombok, Nusa Tenggara Barat berlangsung selama tiga tahun. Dari tahun ini sampai 2021," kata Christian, ketua tim rekonstruksi dan ketahanan UNDP.
Ia menjelaskan kegiatan pemulihan yang menjadi fokus UNDP di Sulawesi Tengah dan Nusa Tenggara Barat mencakup sektor pendidikan, kesehatan, dan infrastruktur pendukung ekonomi masyarakat.
"Kita fokus merekonstruksi sejumlah fasilitas umum terutama di sektor pendidikan, kesehatan, dan infrastruktur pendukung ekonomi masyarakat, contohnya jalan usaha tani, jembatan di daerah-daerah pertanian yang sempat rusak sehingga mengganggu akses petani mendistribusikan produknya, atau sentra-sentra pengolahan produk," jelas Christian.
Sementara ini, dia menyampaikan, wilayah kerja UNDP untuk program pembangunan kembali fasilitas yang rusak terpusat di Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah dan Kecamatan Sembalun, Kabupaten Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat.
"Sekarang ini kita sedang proses dialog dengan komunitas-komunitas untuk mengetahui kebutuhan mereka. Sementara ini, kami ada di Sigi dan kalau di Lombok itu ada di Sembalun. Dua wilayah itu ada di dalam satu program pemulihan yang sama," terang Christian.
Menurut perwakilan dari UNDP itu, bantuan pemulihan dan pendampingan yang dilakukan lembaganya melibatkan langsung masyarakat atau komunitas terdampak bencana.
"Kita kerja samanya dengan komunitas masyarakat, karena kalau pembangunan infrastruktur (skala besar, red) agak teknis sehingga sulit. Namun, kalau community infrastructure (infrastruktur pendukung kegiatan komunitas, red) cukup mudah karena kita berusaha memberdayakan masyarakat, mendorong mereka untuk terlibat aktif," tambah dia.
Sejumlah wilayah di Sulawesi Tengah seperti Kota Palu, Kabupaten Donggala, dan Kabupaten Sigi terdampak bencana alam seperti gempa bumi, likuefaksi, dan tsunami pada September 2018. Sebelumnya, gempa bumi juga mengguncang beberapa daerah di Pulau Lombok, termasuk di Kecamatan Sembalun, pada Juli dan Agustus 2018.
Menurut data PBB, bencana di Sulawesi Tengah menghancurkan 110.214 rumah, mengorbankan 7.000 jiwa, dan memaksa 172.999 orang tinggal di pengungsian. Dari total korban jiwa, 4.485 orang yang tewas berhasil teridentifikasi, sementara 1.016 jasad tidak teridentifikasi, 705 orang hilang dan dianggap meninggal.
Untuk pemulihan bencana di Sulteng, Presiden Joko Widodo telah mengeluarkan Instruksi Presiden Nomor 10 Tahun 2018 tentang Percepatan Rehabilitasi dan Rekonstruksi Sulawesi Tengah. Pemerintah menargetkan masa pemulihan dan pembangunan kembali fasilitas yang rusak di wilayah tersebut akan berlangsung sampai 31 Desember 2020.