Medan (ANTARA) - Majelis Ulama Indonesia Provinsi Sumatera Utara bekerja sama dengan Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara (UMSU) menggelar Seminar Internasional bertema "Titik Nol Islam di Indonesia", di Medan, Rabu.

Rektor UMSU Dr. Agussani, MAP dalam sambutannya mengatakan pihaknya memberikan apresiasi atas pelaksanaan seminar internasional "Titik Nol Islam di Indonesia" kerjasama UMSU dan MUI Sumut.

UMSU sebagai institusi perguruan tinggi di Sumut merasa terhormat dipercaya untuk menyelenggarakan kegiatan seminar internasional yang sangat penting ini.

Agussani menegaskan, sudah menjadi komitmen UMSU untuk senantiasa terbuka menjalin kerjasama dengan pihak manapun dalam melakukan kegiatan-kegiatan yang positif dan konstruktif guna memajukan peradaban.

"Ini selaras dengan visi UMSU, yakni membangun peradaban bangsa dengan mengembangkan ilmu pengetahuan, teknologi dan sumber daya manusia berdasarkan al-Islam dan Kemuhammadiyahan, tentunya kita sangat mendukung acara seminar internasional ini,"katanya.
Baca juga: JK: Perkembangan Islam di Indonesia cenderung moderat

Ia juga mengungkapkan rencana UMSU untuk mendirikan Cabang Observatorium Ilmu Falak (OIF) di Barus.

Dijelaskannya, OIF adalah salah satu pusat unggulan yang dimiliki UMSU sebagai perguruan tinggi swasta terbaik, bukan hanya di Sumut, tapi juga di pulau Sumatera.

"Semoga rencana pendirian cabang OIF ini nantinya bisa mendukung pengembangan destinasi Barus sebagai Titik Nol Islam di Indonesia,"sebutnya.

Ketua Panitia seminar Prof Dr Hasan Bakti Nasution menjelaskan, pelaksanaan seminar internasional itu berangkat dari kesadaran pentingnya mewujudkan visi Sumut yang bermartabat termasuk dalam aspek kesejarahan di satu sisi dan visi Indonesia yang maju di sisi lain.

"Sumut bermartabat itu harus dibangun di atas berbagai variable martabat, yakni bermartabat semua aspek kehidupan , sosial, ekonomi, politik, dan lain sebagainya, termasuk dalam aspek kesejarahan,” ujarnya.

Dijelaskan, posisi Sumut dengan Barus sebagai Titik Nol Islam di Indonesia yang monumennya diresmikan Presiden Jokowi beberapa waktu yang lalu menyimpan nilai kesejarahan yang tinggi.
Baca juga: JK: Indonesia kekurangan pengusaha Islam

Keberadaan jejak peradaban masuknya Islam di Indonesia memiliki nilai penting untuk dikaji bersama guna menumbuhkan kesadaran sekaligus motivasi dalam pembangunan.

Namun, kata Hasan, hingar bingar peresmian tersebut sepertinya tidak ada upaya tindak lanjut yang jelas, untuk diapakan monumen itu. Akankah ia hanya sekedar monument sejarah, atau dijadikan sebagai pemicu untuk mewujudkan Sumut bermartabat.

“Seminar ini kita harapkan akan mewujudkan harapan tersebut,” katanya.

Sementara Ketua MUI Sumut Prof Dr Abdullah Syah MA dalam sambutannya berharap kegiatan seminar ini nantinya bisa melahirkan hasil yang bermanfaat untuk kemajuan ummat Islam, khususnya di Sumut.

“Karena itu saya minta panitia seminar ini natinya bisa merangkum hasil seminar ini dan menerbitkannya dalam bentuk sebuah buku,” katanya berharap.
Baca juga: Babel siapkan anggaran dukung Kongres Umat Islam Indonesia