Denpasar (ANTARA) - Menteri Keuangan Republik Indonesia, Sri Mulyani Indrawati dalam pertemuan The 1st ASEAN CPA Conference 2019, di Nusa Dua, Bali menjelaskan bahwa Indonesia perlu meningkatkan kualitas dari pendidikan akuntansi, standarnya dan kebijakan yang menyangkut mobilitas dari akuntan profesional antarnegara.

"Di sisi lain, kita mendapat kesempatan untuk bisa bekerja di mana saja di negara ASEAN dan itu berarti akan semakin meningkatkan kualitas exposure mereka di tingkat regional dan global, untuk itu Indonesia juga perlu meningkatkan kualitas pendidikan akuntansi," kata Sri Mulyani, usai membuka ASEAN CPA Conference, Rabu.

Ia mengatakan bahwa pada 2030, ASEAN diproyeksikan menjadi ekonomi keempat terbesar di dunia. Untuk itu, profesi akuntan penting perannya dalam memastikan ekonomi terus tumbuh kuat, bisnis terus berkembang dan akuntabilitas tetap teratas.

Baca juga: Wapres JK: Akuntan Indonesia dukung tata pemerintahan demokrasi

Sri Mulyani menuturkan bahwa pelaksanaan ini merupakan konferensi pertama untuk ASEAN CPA di tahun 2019 dan Indonesia menjadi permanen sekretariat untuk ASEAN CPA (Chartered Professional Accountant).

"Tujuannya untuk meningkatkan knowledge di antara seluruh profesional akuntan Indonesia yang sudah menjadi permanen sekretariat untuk ASEAN ini dan juga untuk menciptakan network dan untuk terus memperbaiki regulatory framework sehingga di dalam ASEAN ini akan makin terjadi pertukaran dari profesi akuntan antar negara-negara," jelasnya.

Sri Mulyani menambahkan melalui kegiatan ini sekaligus menjadi kesempatan untuk negara - negara lain yang kapasitasnya masih belum untuk bisa ditingkatkan melalui jejaring di dalam konferensi ini.

Ketua Panitia Pelaksana acara ASEAN CPA Conference, Haru Koesmahargyo menjelaskan bahwa dilihat secara keseluruhan untuk jumlah pemegang ASEAN CPA sebanyak 3.770 orang.

Baca juga: IAPI terbitkan kode etik profesi akuntan publik

Jumlah ini terdiri dari 1.291 orang dari Indonesia, 873 orang dari Malaysia, 593 orang dari Thailand, 592 orang dari Singapura, 403 orang dari Myanmar dan 18 orang dari Filipina.

"Dari jumlah ini terus akan ditambahkan dan kegiatan ini adalah salah satu bagian untuk mendapatkan chartered professional accountant, ada graduation sekaligus juga ada training," katanya.

Haru menambahkan ini dapat menjadi kesempatan akuntan Indonesia untuk dapat berkiprah di seluruh negara ASEAN.

"Nanti untuk praktek dari para akuntan dilakukan di masing-masing negara di ASEAN, jadi mereka harus siap dan mereka harus belajar bagaimana praktik di Malaysia Singapura atau Thailand," ucap Haru.


Baca juga: Jokowi katakan aturan keuangan negara jangan berdasar kecurigaan

Kegiatan ini berlangsung selama dua hari yaitu dari 16 sampai 17 Oktober 2019, dan diikuti 10 negara ASEAN. Kegiatannya berupa sharing session yang diisi dari para pemimpin bisnis, para praktisi akuntansi dan peserta lainnya.

Pelaksanaan ini juga turut bekerja sama dengan Kementerian Keuangan dan Sekretariat ASEAN yang berkolaborasi dengan Ikatan Akuntan Manajemen Indonesia (IAMI), Ikatan Akuntan Indonesia (IAI), Ikatan Akuntan Publik Indonesia (IAPI), dan ASEAN Federation of Accountants (AFA).

Direktur Keuangan, MSDM, dan Umum Perum LKBN Antara, Nina Kurnia Dewi turut menghadiri pertemuan The 1st ASEAN CPA Conference 2019, di Nusa Dua, Bali ini.

Baca juga: Indonesia butuh lebih banyak akuntan publik