Istanbul (ANTARA News) - Delapan dari 10 tersangka yang ditahan sehubungan dengan teror bom yang menelan banyak korban pekan lalu di Istanbul, Ahad ditahan. Laporan-laporan mengatakan, bahwa mereka ditahan dengan tuduhan sebagai anggota kelompok separatis Kurdi yang dilarang PKK, meskipun untuk itu tidak ada penjelasan resmi. Pada Sabtu, Menteri Dalam Negeri Turki Besir Atalay mengatakan, kasus tersebut `telah jelas`, menggunakan istilah untuk menyembunyikan bahwa para ekstrimis Kurdi yang berada di balik serangan bom itu, yang menewaskan 17 orang dan melukai lebih dari 150 orang lainnya, pada 27 Juli. Atalay mengatakan, serangan itu adalah `pekerjaan organisasi teror separatis dengan darah di tangan mereka.` Kasus itu jelas jelas berdasarkan bukti-bukti yang kuat dan informasi yang berada di baliknya, tanpa meragukan, kata menteri. Atalay juga mengatakan, bahwa penahanan itu juga untuk tuduhan sehubungan dengan serangan-serangan lain di satu kebun teh pada pertengahan Juni lalu, yang menyebabkan 10 orang cedera. Seperti pada serangan 27 Juli, serangan bom juga terjadi di distrik Gungoren di bagian Eropa dari kota itu. Atalay mengatakan, bahwa 154 orang cedera dalam serangan pekan lalu itu, 27 di antaranya hingga kini masih dirawat di rumahsakit. Serangan Gungoren adalah yang terburuk yang pernah terjadi di Istanbul selama lima tahun belakangan ini. PKK selama ini berperang untuk mewujudkan negara Kurdi yang terpisah di wilayah tenggara Turki, yang telah menelan korban sekitar 35.000 orang selama tiga dasawarsa terakhir ini. Namun, PKK membantah bahwa pihaknya terlibat dalam serangan 27 Juli. Amerika Serikat dan Uni Eropa menggolongkan PKK sebagai organisasi teroris. Perkembangan-perkembangan terakhir dalam konflik Kurdi, delapan pejuang PKK dan lima petugas keamanan Turki tewas dalam pertempuran di Turki tenggara Sabtu, kata jaringan televisi NTV Ahad, demikian DPA.(*)