Cilacap (ANTARA) - Pendapatan nelayan di Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah, khususnya yang tergabung dalam Kelompok Nelayan Pandanarang, Pantai Teluk Penyu, merosot akibat kondisi cuaca yang tidak menentu.

"Kalau menurut hitungan Jawa, harusnya saat sekarang nelayan Cilacap akan segera memasuki masa panen raya. Namun kenyataannya hasil tangkapannya tidak menentu, kadang bisa mendapatkan ikan, hari-hari berikutnya tidak ada ikan," kata Ketua Kelompok Nelayan Pandanarang Tarmuji di Cilacap, Rabu.

Ia mengatakan berdasarkan informasi, nelayan di daerah lainnya baik di pesisir selatan Jateng maupun pantai utara Jateng juga mengalami kondisi serupa.

Baca juga: Ribuan nelayan Cilacap tidak melaut akibat gelombang tinggi enam meter

Menurut dia, kondisi tersebut dipengaruhi oleh cuaca yang tidak menentu karena masih sering terjadi gelombang tinggi.

"Kemarin sempat muncul ikan bawal putih namun cuma sebentar, layur dan udang juga ada namun cuma sedikit. Akibatnya, pendapatan nelayan Cilacap khususnya yang tergabung dalam Kelompok Nelayan Pandanarang merosot," katanya.

Lebih lanjut, Tarmuji mengatakan dari seratusan kapal nelayan Pandanarang yang berangkat melaut, hanya satu-dua kapal yang bisa memperoleh pendapatan kotor sebesar Rp1 juta, sedangkan lainnya rata-rata hanya Rp150 ribu.

Menurut dia, pendapatan kotor sebesar Rp1 juta itu harus dikurangi biaya operasional berupa bahan bakar minyak dan perbekalan sebesar Rp300 ribu.

"Sisanya dibagi dua, untuk pemilik kapal dan anak buah kapal. Biasanya kalau sisa pendapatan setelah dikurangi biaya operasional hanya sebesar Rp700 ribu, pemilik kapal hanya mengambil Rp300 ribu, sisanya untuk ABK. Kalau kapal itu terdiri atas dua ABK, berarti dibagi dua, masing-masing Rp200 ribu," katanya.

Ia mengharapkan kondisi cuaca segera kembali bersahabat sebelum datangnya musim angin baratan sehingga nelayan Cilacap bisa menikmati masa panen.

Berdasarkan prakiraan cuaca yang dikeluarkan Stasiun Meteorologi Tunggul Wulung, Cilacap, gelombang tinggi masih berpeluang terjadi di perairan selatan Jawa Barat, perairan selatan Jawa Tengah, dan perairan selatan Daerah Istimewa Yogyakarta maupun Samudra Hindia selatan Jawa Barat hingga Daerah Istimewa Yogyakarta.

"Bahkan, pada tanggal 16-18 Oktober 2019, tinggi gelombang di perairan selatan Sukabumi, Cianjur, Garut, Tasikmalaya, Pangandaran, Cilacap, Kebumen, Purworejo, dan Yogyakarta maupun Samudra Hindia selatan Sukabumi hingga Yogyakarta diprakirakan berkisar 2,5-4 meter," kata Kepala Kelompok Teknisi Stasiun Meteorologi Tunggul Wulung Teguh Wardoyo.

Menurut dia, tinggi gelombang tersebut dipengaruhi oleh angin bertiup di atas wilayah perairan maupun samudra dengan kecepatan berkisar 5-20 knot yang cenderung searah dari timur hingga selatan.

Oleh karena itu, kata dia, pihaknya mengeluarkan peringatan dini gelombang tinggi di wilayah perairan selatan Sukabumi-Yogyakarta maupun Samudra Hindia selatan Sukabumi-Yogyakarta yang berlaku hingga tanggal 18 Oktober 2019.

"Kami akan segera informasikan kepada masyarakat dan pengguna jasa kelautan jika ada perkembangan lebih lanjut," katanya.

Baca juga: Pemkab Cilacap dan HNSI gelar prosesi sedekah laut
Baca juga: BMKG latih nelayan di Cilacap cara memprediksi cuaca