Kemenkes gandeng UNS jadi kampus sehat
16 Oktober 2019 11:37 WIB
Penandatanganan nota kesepahaman dilakukan oleh Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kemenkes RI dr Anung Sugihantono (kiri) dan Rektor UNS Jamal Wiwoho (ANTARA/Aris Wasita)
Solo (ANTARA) - Kementerian Kesehatan RI menggandeng Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta untuk mewujudkan UNS sebagai kampus sehat dalam rangka mendorong warga kampus berperilaku lebih sehat.
"Ini dilakukan antara Kemenkes dan UNS dalam rangka mewujudkan kampus sehat," kata Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kemenkes RI dr Anung Sugihantono usai penandatanganan kerja sama di Kampus UNS Solo, Rabu.
Ia mengatakan yang perlu dilakukan oleh kampus untuk menciptakan lingkungan sehat adalah menyiapkan sarana dan prasarana untuk perubahan perilaku yang lebih sehat, seperti pengaturan parkir, lokasi jualan di kampus, penyediaan makanan sehat di kampus, dan membuat aktivitas yang menyehatkan.
Meski demikian, diakuinya, perubahan perilaku setiap kampus berbeda. Seperti yang dilakukan di Universitas Indonesia (UI) saat ini sudah menyediakan kantung parkir dan ada "car free day" atau hari tanpa kendaraan bermotor.
"Jadi ada hari di mana tidak boleh ada kendaraan bermotor yang masuk, tetapi konsekuensinya harus disediakan sepeda.
Hal-hal semacam ini sangat spesifik di setiap daerah tetapi pendekatannya beda, sesuai dengan lokasi kampus juga," katanya.
Baca juga: "Kampus Sehat" untuk menjaga bonus demografi Indonesia dari penyakit
Ia mengatakan sejauh ini penandatanganan nota kesepahaman telah dilakukan dengan sejumlah perguruan tinggi, di antaranya UI, Universitas Andalas, dan UNS. Selain itu akan menyusul Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Undip, dan Unair.
"Kalau rencananya ke depan akan dilakukan di semua perguruan tinggi di Indonesia," katanya.
Ia mengatakan menciptakan hidup sehat dengan melibatkan kampus sangat penting karena selama ini prevalensi atau kejadian obesitas dan merokok usia 18 tahun ke atas, 80 persen ada di kampus.
"Kalau penyakit itu kan manifestasinya karena empat elemen, yaitu faktor keturunan, pelayanan kesehatan, perilaku, dan lingkungan. Oleh karena itu, kami membuat kampus sehat memang ujungnya untuk menurunkan prevalensi penyakit, yaitu mendorong perubahan perilaku dan mendesain lingkungan yang ada di kampus untuk mendorong orang berperilaku lebih sehat," katanya.
Ia mengatakan perlu ada sikap tegas dari rektor untuk mewujudkan kampus sehat, di antaranya melarang iklan rokok dan peredaran makanan tidak sehat di dalam kampus.
"Kalau kampus ngomong tidak boleh ada rokok di sini, tidak boleh ada makanan yang mengandung gula berlebihan di sini pasti mahasiswa tidak akan berpikir belanja itu di kampus," katanya.
Pada kesempatan yang sama, Rektor UNS Jamal Wiwoho menyambut baik adanya kerja sama tersebut.
"Harapannya ke depan kampus UNS menjadi barometer kesehatan. Harapannya kampus kesehatannya akan lebih baik, tidak ada yang merokok karena untuk yang ingin merokok sudah ada tempat khusus. Selain itu juga makanan yang beredar di kampus adalah makanan sehat dan melaksanakan senam bersama dalam rangka menyukseskan warga kampus yang sehat," katanya.*
Baca juga: AIPTKMI deklarasikan kampus tanpa rokok
"Ini dilakukan antara Kemenkes dan UNS dalam rangka mewujudkan kampus sehat," kata Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kemenkes RI dr Anung Sugihantono usai penandatanganan kerja sama di Kampus UNS Solo, Rabu.
Ia mengatakan yang perlu dilakukan oleh kampus untuk menciptakan lingkungan sehat adalah menyiapkan sarana dan prasarana untuk perubahan perilaku yang lebih sehat, seperti pengaturan parkir, lokasi jualan di kampus, penyediaan makanan sehat di kampus, dan membuat aktivitas yang menyehatkan.
Meski demikian, diakuinya, perubahan perilaku setiap kampus berbeda. Seperti yang dilakukan di Universitas Indonesia (UI) saat ini sudah menyediakan kantung parkir dan ada "car free day" atau hari tanpa kendaraan bermotor.
"Jadi ada hari di mana tidak boleh ada kendaraan bermotor yang masuk, tetapi konsekuensinya harus disediakan sepeda.
Hal-hal semacam ini sangat spesifik di setiap daerah tetapi pendekatannya beda, sesuai dengan lokasi kampus juga," katanya.
Baca juga: "Kampus Sehat" untuk menjaga bonus demografi Indonesia dari penyakit
Ia mengatakan sejauh ini penandatanganan nota kesepahaman telah dilakukan dengan sejumlah perguruan tinggi, di antaranya UI, Universitas Andalas, dan UNS. Selain itu akan menyusul Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Undip, dan Unair.
"Kalau rencananya ke depan akan dilakukan di semua perguruan tinggi di Indonesia," katanya.
Ia mengatakan menciptakan hidup sehat dengan melibatkan kampus sangat penting karena selama ini prevalensi atau kejadian obesitas dan merokok usia 18 tahun ke atas, 80 persen ada di kampus.
"Kalau penyakit itu kan manifestasinya karena empat elemen, yaitu faktor keturunan, pelayanan kesehatan, perilaku, dan lingkungan. Oleh karena itu, kami membuat kampus sehat memang ujungnya untuk menurunkan prevalensi penyakit, yaitu mendorong perubahan perilaku dan mendesain lingkungan yang ada di kampus untuk mendorong orang berperilaku lebih sehat," katanya.
Ia mengatakan perlu ada sikap tegas dari rektor untuk mewujudkan kampus sehat, di antaranya melarang iklan rokok dan peredaran makanan tidak sehat di dalam kampus.
"Kalau kampus ngomong tidak boleh ada rokok di sini, tidak boleh ada makanan yang mengandung gula berlebihan di sini pasti mahasiswa tidak akan berpikir belanja itu di kampus," katanya.
Pada kesempatan yang sama, Rektor UNS Jamal Wiwoho menyambut baik adanya kerja sama tersebut.
"Harapannya ke depan kampus UNS menjadi barometer kesehatan. Harapannya kampus kesehatannya akan lebih baik, tidak ada yang merokok karena untuk yang ingin merokok sudah ada tempat khusus. Selain itu juga makanan yang beredar di kampus adalah makanan sehat dan melaksanakan senam bersama dalam rangka menyukseskan warga kampus yang sehat," katanya.*
Baca juga: AIPTKMI deklarasikan kampus tanpa rokok
Pewarta: Aris Wasita
Editor: Dewanti Lestari
Copyright © ANTARA 2019
Tags: