Wakasatgas Nusantara Polri: milenial jaga etika sampaikan aspirasi
15 Oktober 2019 23:04 WIB
Wakasatgas Nusantara Polri Brigjen Fadil Imran, Aktivis Demokrasi Maruarar Sirait, Anggota DPR Ahmad Doli Kurnia, Pengamat Politik Adi Prayitno dan Sekjend Perkumpulan Gerakan Kebangsaan (PGK) Riyan Hidayat saat bicara dalam diskusi pulik yang diselenggarakan Gerakan BEM Jakarta yang bertajuk "Pemuda untuk Pembangunan Bangsa: Tantangan Sumber Daya Dan Kepemimpinan Pemuda" di Gedung Joeang, Menteng, Jakarta Pusat, Selasa (15/10/2019). (Istimewa)
Jakarta (ANTARA) - Wakasatgas Nusantara Polri Brigjen (Pol) Fadil Imran berpesan kepada generasi milenial agar menjaga dan menjunjung etika dalam menyampaikan aspirasi.
Menurut Imron, menjaga etika ini sangat penting sekalipun generasi milenial ini ganderung akan perubahan, transparan dan percaya diri.
"Karena ada persoalan dalam konteks generasi milenialin. Persoalan kritis dan terbuka tanpa didasari norma-norma, itu bahaya," kata Imron dalam keterangan tertulis yang diterima, Selasa.
Pesan Wakasatgas Nusantara Polri ini saat bicara dalam diskusi publik yang diselenggarakan Gerakan BEM Jakarta yang bertajuk "Pemuda untuk Pembangunan Bangsa: Tantangan Sumber Daya Dan Kepemimpinan Pemuda" di Gedung Joeang, Menteng, Jakarta Pusat, Selasa.
Selain Fadil, hadir sebagai narasumber lainnya Aktivis Demokrasi Maruarar Sirait, Anggota DPR Ahmad Doli Kurnia, Pengamat Politik Adi Prayitno dan Sekjend Perkumpulan Gerakan Kebangsaan (PGK) Riyan Hidayat.
Dalam hal ini, Fadil menyampaikan ada sejumlah tantangan yang harus dihadapi untuk menciptakan pembangunan bangsa dan kepemimpinan pemuda.
Indonesia kaya akan sumber daya alam dan jumlah penduduk yang mancapai ratusan juta, Fadil meyakini Indonesia akan menjadi negara terbesar keempat di dunia.
Untuk mencapai Indonesia emas pada 2045, menurut Fadil, selain pertumbuhan ekonomi, pertumbuhan keamanan nasional juga menjadi tolak ukur akan masa depan sebuah bangsa.
"Dalam teori, pertumbuhan keamanan menjadi tolak ukur, karena ada kejahatan narkoba, terorisme, kejahatan perbankan. Ini menurut saya juta menjadi tantangan kepemimpinan," ujar Fadil.
Menurut Fadil, kepemimpinan pemuda tak lepas dari generasi milenial. Generasi ini menjadi generasi penerus dan aset bangsa untuk menciptakan demokrasi dan peradaban bangsa yang maju.
Kendati demikian, kata Fadil, semua elemen bangsa harus berkolaborasi sehingga Indonesia emas pada 2045 semakin terbuka lebar.
"Ruang menuju era emas tahu 2045 itu sangat terbuka. Orang akan takut sama Indonsaia karena demokrasinya maju dan peradabannya maju. Mari kita berkolaborasi sesama elemen bangsa," katanya.
Sementara itu, Maruarar Sirait berbicara kepemimpinan miritokrasi. Dia mengajak generasi muda memiliki pilihan terhadap sosok pemimpin miritokrasi.
Ciri-ciri pemimpin miritokrasi sendiri diantaranya adalah berintegritas, bijak, dan idealis.
"Pilihalah pemimpin yang miritokrasi. Jangan terjebak pada calon pemimpin yang melihat situasi. jangan pilih yang feodal. Calon bukan dari keluarga darah biru agar masa depan menjadi harapan bersama. itu harus ditanamkan di Indonesia. Tidak mudah menjaga idealisme di tengah kebutuhan ekonomi keluarga. Bagaimana menjaga idealisme tapi kebutuhan ekonomi juga harus dijaga," ucap Maruarar.
Menurut Imron, menjaga etika ini sangat penting sekalipun generasi milenial ini ganderung akan perubahan, transparan dan percaya diri.
"Karena ada persoalan dalam konteks generasi milenialin. Persoalan kritis dan terbuka tanpa didasari norma-norma, itu bahaya," kata Imron dalam keterangan tertulis yang diterima, Selasa.
Pesan Wakasatgas Nusantara Polri ini saat bicara dalam diskusi publik yang diselenggarakan Gerakan BEM Jakarta yang bertajuk "Pemuda untuk Pembangunan Bangsa: Tantangan Sumber Daya Dan Kepemimpinan Pemuda" di Gedung Joeang, Menteng, Jakarta Pusat, Selasa.
Selain Fadil, hadir sebagai narasumber lainnya Aktivis Demokrasi Maruarar Sirait, Anggota DPR Ahmad Doli Kurnia, Pengamat Politik Adi Prayitno dan Sekjend Perkumpulan Gerakan Kebangsaan (PGK) Riyan Hidayat.
Dalam hal ini, Fadil menyampaikan ada sejumlah tantangan yang harus dihadapi untuk menciptakan pembangunan bangsa dan kepemimpinan pemuda.
Indonesia kaya akan sumber daya alam dan jumlah penduduk yang mancapai ratusan juta, Fadil meyakini Indonesia akan menjadi negara terbesar keempat di dunia.
Untuk mencapai Indonesia emas pada 2045, menurut Fadil, selain pertumbuhan ekonomi, pertumbuhan keamanan nasional juga menjadi tolak ukur akan masa depan sebuah bangsa.
"Dalam teori, pertumbuhan keamanan menjadi tolak ukur, karena ada kejahatan narkoba, terorisme, kejahatan perbankan. Ini menurut saya juta menjadi tantangan kepemimpinan," ujar Fadil.
Menurut Fadil, kepemimpinan pemuda tak lepas dari generasi milenial. Generasi ini menjadi generasi penerus dan aset bangsa untuk menciptakan demokrasi dan peradaban bangsa yang maju.
Kendati demikian, kata Fadil, semua elemen bangsa harus berkolaborasi sehingga Indonesia emas pada 2045 semakin terbuka lebar.
"Ruang menuju era emas tahu 2045 itu sangat terbuka. Orang akan takut sama Indonsaia karena demokrasinya maju dan peradabannya maju. Mari kita berkolaborasi sesama elemen bangsa," katanya.
Sementara itu, Maruarar Sirait berbicara kepemimpinan miritokrasi. Dia mengajak generasi muda memiliki pilihan terhadap sosok pemimpin miritokrasi.
Ciri-ciri pemimpin miritokrasi sendiri diantaranya adalah berintegritas, bijak, dan idealis.
"Pilihalah pemimpin yang miritokrasi. Jangan terjebak pada calon pemimpin yang melihat situasi. jangan pilih yang feodal. Calon bukan dari keluarga darah biru agar masa depan menjadi harapan bersama. itu harus ditanamkan di Indonesia. Tidak mudah menjaga idealisme di tengah kebutuhan ekonomi keluarga. Bagaimana menjaga idealisme tapi kebutuhan ekonomi juga harus dijaga," ucap Maruarar.
Pewarta: Joko Susilo
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2019
Tags: