Akademisi: Cuci tangan cegah penyebaran bakteri penyebab penyakit
15 Oktober 2019 12:14 WIB
Akademisi dari Fakultas Kedokteran Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) Dr.dr. Dwi Utami Anjarwati, M.Kes. (ANTARA/HO/dok. pribadi)
Purwokerto (ANTARA) - Akademisi dari Fakultas Kedokteran Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) Dr.dr. Dwi Utami Anjarwati, M.Kes, mengatakan cuci tangan berperan penting untuk mencegah penyebaran bakteri penyebab penyakit termasuk bakteri yang resisten terhadap antibiotik.
"Cuci tangan merupakan salah satu tindakan untuk dekolonisasi atau mengurangi populasi bakteri patogen termasuk bakteri resisten terhadap antibiotik yang berada di tangan," katanya di Purwokerto, Selasa.
Baca juga: Cegah stunting, Kementerian PUPR bangun fasilitas cuci tangan
Pengajar di Departemen Mikrobiologi Kedokteran dan Prodi Ilmu Biomedis Fakultas Kedokteran Unsoed tersebut menjelaskan, bakteri yang resisten terhadap antibiotik ini tidak hanya ditemukan pada pasien di rumah sakit melainkan juga dapat ditemukan pada masyarakat umum.
"Pada masyarakat umum juga dapat ditemukan strain bakteri sejenis. Masyarakat berpotensi menjadi pembawa bakteri resisten di dalam tubuhnya tanpa ditemukan gejala penyakit yang disebut sebagai karier," katanya.
Dia menambahkan, karier berpotensi sebagai sumber penularan bakteri resisten terhadap orang lain.
"Sehingga strain bakteri resisten ini dapat menyebar di tengah masyarakat. Oleh karena itu perlu upaya preventif untuk memotong rantai penyebaran bakteri resisten dengan tindakan sederhana yang dapat dilakukan oleh semua orang yaitu cuci tangan," katanya.
Baca juga: Ibu Negara sosialisasikan cuci tangan dan tes IVA di Palembang
Untuk itu dia menambahkan, peringatan hari cuci tangan sedunia setiap tanggal 15 Oktober dapat menjadi momentum untuk meningkatkan kesadaran dan pemahaman tentang pentingnya cuci tangan dengan sabun sebagai cara yang efektif dan murah untuk mencegah berbagai penyakit.
Sementara itu, dia juga menjelaskan bahwa langkah cuci tangan yang tepat perlu dilakukan sesuai rekomendasi dari WHO.
"Pertama ratakan sabun di kedua telapak tangan lalu gosok punggung dan sela-sela jari. Setelah itu jari-jari dari kedua tangan saling mengunci lalu gosok ibu jari kiri berputar dalam genggaman tangan kanan dan lakukan sebaliknya. Yang terakhir adalah menggosok dengan memutar ujung jari-jari tangan kanan di telapak tangan kiri dan sebaliknya," katanya.
Dia menambahkan, untuk mengingat langkah-langkah cuci tangan tersebut ada akronim yang bisa dijadikan pedoman untuk membantu masyarakat dalam aplikasi cuci tangan sehari-hari.
"Yaitu 'tepung selaci puput' atau telapak, punggung, sela-sela jari, mengunci, putar ibu jari, putar ujung jari di telapak tangan," katanya.
"Cuci tangan merupakan salah satu tindakan untuk dekolonisasi atau mengurangi populasi bakteri patogen termasuk bakteri resisten terhadap antibiotik yang berada di tangan," katanya di Purwokerto, Selasa.
Baca juga: Cegah stunting, Kementerian PUPR bangun fasilitas cuci tangan
Pengajar di Departemen Mikrobiologi Kedokteran dan Prodi Ilmu Biomedis Fakultas Kedokteran Unsoed tersebut menjelaskan, bakteri yang resisten terhadap antibiotik ini tidak hanya ditemukan pada pasien di rumah sakit melainkan juga dapat ditemukan pada masyarakat umum.
"Pada masyarakat umum juga dapat ditemukan strain bakteri sejenis. Masyarakat berpotensi menjadi pembawa bakteri resisten di dalam tubuhnya tanpa ditemukan gejala penyakit yang disebut sebagai karier," katanya.
Dia menambahkan, karier berpotensi sebagai sumber penularan bakteri resisten terhadap orang lain.
"Sehingga strain bakteri resisten ini dapat menyebar di tengah masyarakat. Oleh karena itu perlu upaya preventif untuk memotong rantai penyebaran bakteri resisten dengan tindakan sederhana yang dapat dilakukan oleh semua orang yaitu cuci tangan," katanya.
Baca juga: Ibu Negara sosialisasikan cuci tangan dan tes IVA di Palembang
Untuk itu dia menambahkan, peringatan hari cuci tangan sedunia setiap tanggal 15 Oktober dapat menjadi momentum untuk meningkatkan kesadaran dan pemahaman tentang pentingnya cuci tangan dengan sabun sebagai cara yang efektif dan murah untuk mencegah berbagai penyakit.
Sementara itu, dia juga menjelaskan bahwa langkah cuci tangan yang tepat perlu dilakukan sesuai rekomendasi dari WHO.
"Pertama ratakan sabun di kedua telapak tangan lalu gosok punggung dan sela-sela jari. Setelah itu jari-jari dari kedua tangan saling mengunci lalu gosok ibu jari kiri berputar dalam genggaman tangan kanan dan lakukan sebaliknya. Yang terakhir adalah menggosok dengan memutar ujung jari-jari tangan kanan di telapak tangan kiri dan sebaliknya," katanya.
Dia menambahkan, untuk mengingat langkah-langkah cuci tangan tersebut ada akronim yang bisa dijadikan pedoman untuk membantu masyarakat dalam aplikasi cuci tangan sehari-hari.
"Yaitu 'tepung selaci puput' atau telapak, punggung, sela-sela jari, mengunci, putar ibu jari, putar ujung jari di telapak tangan," katanya.
Pewarta: Wuryanti Puspitasari
Editor: Triono Subagyo
Copyright © ANTARA 2019
Tags: