Jakarta (ANTARA News) - Kurs rupiah di pasar spot antarbank Jakarta, Jumat pagi, menguat menjauhi angka Rp9.100 per dolar AS, karena pelaku pasar terus membeli rupiah akibat membaiknya mata uang utama Asia terhadap dolar AS. Membaiknya pasar uang regional merupakan faktor yang mendorong pelaku pasar membeli rupiah, sehingga mata uang Indonesia jauh di bawah angka Rp9.100 per dolar AS, kata Analis Valas PT Bank Himpunan Saudara Tbk, Rully Nova di Jakarta. Nilai tukar rupiah menguat menjadi Rp9.085/9.090 per dolar AS dibanding penutupan hari sebelumnya Rp9.095/9.118 atau naik 10 poin. Rully Nova optimis rupiah akan bisa mencapai angka Rp9.000 per dolar AS, meski memerlukan waktu untuk menuju ke arah sana. "Kami yakin rupiah akan bisa mencapai angka Rp9.000 per dolar AS, melihat masih tinggi sentimen positif pasar terhadap mata uang lokal itu," katanya. Aktifnya pelaku asing bermain di instrumen Bank Indonesia (BI) merupakan faktor yang sangat dominan mendorong rupiah terus bergerak naik, karena investor asing berencana untuk meningkatkan dananya di pasar domestik. Selain itu pemerintah juga berupaya untuk memanfaatkan pertumbuhan ekonomi Asia yang makin tinggi, terutama di China dan India yang tumbuh rata-rata di atas sembilan persen lebih, katanya. Menurut dia, rupiah pada pekan depan diperkirakan akan bisa mencapai angka Rp9.000 per dolar AS, akibat menurunnya harga minyak mentah dunia dan tingginya minat investasi investor asing di dalam negeri. Karena itu, Rully Nova yakin pasar yang makin membaiknya dan kenaikan rupiah yang berlanjut menunjukkan bahwa investor asing optimis ekonomi Indonesia tumbuh dengan baik. Apalagi selisih bunga rupiah terhadap dolar AS masih tinggi yang mencapai 6,75 persen mendorong investor asing percaya Indonesia masih merupakan pasar potensial untuk mencari gain yang besar, tuturnya. Meski demikina, lanjut dia, BI harus menjaga tingkat rupiah itu agar tidak terlalu menguat, karena dikhawatirkan akan mudah pula mengalami penurunan. "Kami optimis BI akan menjaga mata uang Indonesia agar tidak terpuruk, apalagi posisi rupiah saat ini sudah melampaui tingkat rupiah yang diinginkan BI, katanya. (*)