Gubernur NTB minta perusahaan tambah kuota pembelian tembakau
14 Oktober 2019 20:26 WIB
Gubernur NTB H Zulkieflimansyah (kanan), menyaksikan proses pembelian tembakau virginia di gudang Bentoel Group di Desa Kalianyar, Kabupaten Lombok Timur, Senin (14/10/2019). ANTARA/HO/Humas Pemprov NTB
Mataram (ANTARA) - Gubernur Nusa Tenggara Barat H Zulkieflimansyah meminta perusahaan menambah kuota pembelian tembakau virginia agar seluruh produksi petani di daerahnya terserap .
"Alhamdulillah dengan komunikasi yang baik, Bentoel yang tadinya hanya membeli 9.000 ton naik menjadi 9.500 ton. Mudah-mudahan dunia usaha yang lain membuka ruang seperti Bentoel," katanya ketika menyaksikan perayaan pembelian raya tembakau mitra petani Bentoel Group di Desa Kalianyar, Kabupaten Lombok Timur, Senin.
Menurut dia, petani-petani yang menjadi mitra dunia usaha relatif tidak punya masalah dalam menjual tembakau hasil produksinya. Mereka dibimbing dari penanaman sampai dengan panen.
"Namun yang menjadi masalah adalah petani di luar mitra dunia usaha," ujar Zulkieflimansyah.
Baca juga: Tembakau lembutan, solusi petani Temanggung pertahankan harga
Sementara itu, Presiden Komisaris Independen Bentoel Group, Hendro Martowardojo mengatakan, kegiatan pembelian raya tembakau merupakan wujud komitmen perusahaan untuk mendukung keberhasilan program kemitraan dengan petani tembakau.
Pada 2019, Bentoel Group memproduksi dan membeli sebanyak 9.000 ton tembakau jenis "Flue-Cured Virginia" (FCV) yang dibeli dari 1.226 mitra petani dari berbagai wilayah di Kabupaten Lombok Timur dan Lombok Tengah.
Sejak 2002, kemitraan petani Bentoel Group didukung dengan program "Social Responsibility in Tobacco Production" yang kemudian bertransformasi menjadi program Tembakau Berkesinambungan atau Sustainable Tobacco Program (STP) sejak 2016.
Dalam kemitraan tersebut, Bentoel Group tidak hanya memberikan bantuan sarana produksi, tetapi juga memberikan pendampingan melalui 24 petugas lapangan yang bertugas untuk membina petani dalam aspek tata kelola budi daya tembakau yang berkesinambungan.
Selama 2019, Bentoel Group juga telah menyelenggarakan sebanyak 11 program bimbingan dan pelatihan kepada para mitra petani dalam bentuk kelompok diskusi.
Untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas terutama dalam hal penyiapan lahan, Bentoel juga memperkenalkan teknologi pertanian dengan membagikan 42 alat pengolah lahan (mini tiller) kepada para petani.
Program kemitraan dengan petani telah membantu penyerapan tenaga kerja sebanyak 400 hari orang kerja per hektare," ujarnya.
Program tersebut juga memberikan margin keuntungan yang layak kepada para petani, yakni antara 15-25 persen.
"Itu tergantung pada pengelolalaan biaya produksi petani, produktivitas, dan kualitas, sehingga menjadikan kemitraan ini sebagai alternatif terbaik bagi petani dalam melakukan rotasi tanaman," ujar Hendro.
Baca juga: Belum dibeli pabrik, petani Temanggung terpaksa jual tembakau eceran
"Alhamdulillah dengan komunikasi yang baik, Bentoel yang tadinya hanya membeli 9.000 ton naik menjadi 9.500 ton. Mudah-mudahan dunia usaha yang lain membuka ruang seperti Bentoel," katanya ketika menyaksikan perayaan pembelian raya tembakau mitra petani Bentoel Group di Desa Kalianyar, Kabupaten Lombok Timur, Senin.
Menurut dia, petani-petani yang menjadi mitra dunia usaha relatif tidak punya masalah dalam menjual tembakau hasil produksinya. Mereka dibimbing dari penanaman sampai dengan panen.
"Namun yang menjadi masalah adalah petani di luar mitra dunia usaha," ujar Zulkieflimansyah.
Baca juga: Tembakau lembutan, solusi petani Temanggung pertahankan harga
Sementara itu, Presiden Komisaris Independen Bentoel Group, Hendro Martowardojo mengatakan, kegiatan pembelian raya tembakau merupakan wujud komitmen perusahaan untuk mendukung keberhasilan program kemitraan dengan petani tembakau.
Pada 2019, Bentoel Group memproduksi dan membeli sebanyak 9.000 ton tembakau jenis "Flue-Cured Virginia" (FCV) yang dibeli dari 1.226 mitra petani dari berbagai wilayah di Kabupaten Lombok Timur dan Lombok Tengah.
Sejak 2002, kemitraan petani Bentoel Group didukung dengan program "Social Responsibility in Tobacco Production" yang kemudian bertransformasi menjadi program Tembakau Berkesinambungan atau Sustainable Tobacco Program (STP) sejak 2016.
Dalam kemitraan tersebut, Bentoel Group tidak hanya memberikan bantuan sarana produksi, tetapi juga memberikan pendampingan melalui 24 petugas lapangan yang bertugas untuk membina petani dalam aspek tata kelola budi daya tembakau yang berkesinambungan.
Selama 2019, Bentoel Group juga telah menyelenggarakan sebanyak 11 program bimbingan dan pelatihan kepada para mitra petani dalam bentuk kelompok diskusi.
Untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas terutama dalam hal penyiapan lahan, Bentoel juga memperkenalkan teknologi pertanian dengan membagikan 42 alat pengolah lahan (mini tiller) kepada para petani.
Program kemitraan dengan petani telah membantu penyerapan tenaga kerja sebanyak 400 hari orang kerja per hektare," ujarnya.
Program tersebut juga memberikan margin keuntungan yang layak kepada para petani, yakni antara 15-25 persen.
"Itu tergantung pada pengelolalaan biaya produksi petani, produktivitas, dan kualitas, sehingga menjadikan kemitraan ini sebagai alternatif terbaik bagi petani dalam melakukan rotasi tanaman," ujar Hendro.
Baca juga: Belum dibeli pabrik, petani Temanggung terpaksa jual tembakau eceran
Pewarta: Awaludin
Editor: Nusarina Yuliastuti
Copyright © ANTARA 2019
Tags: