"Pengembangan industri fesyen kedepan yang termasuk ekonomi kreatif ini berpotensi besar untuk mendorong pertumbuhan ekonomi kita," kata Hanif usai menghadiri kompetisi rancang busana berupa "Fashion Paradise 2019" yang diikuti puluhan perancang muda di BBPLK Semarang, Sabtu.
Menaker menyebutkan bahwa industri fesyen saat ini menjadi penyumbang kedua terbesar di sub sektor ekonomi kreatif, setelah kuliner.
Baca juga: BEKRAF sebut industri fesyen sumbang 18 persen pendapatan negara
Menurut dia, potensi sumber daya manusia yang dimiliki bangsa Indonesia di bidang fesyen tidak kalah dengan bangsa lain. Bahkan, industri fesyen di dalam negeri, khususnya para desainer muda dari Indonesia sudah ada yang ikut peragaan busana di Paris, Perancis, pada akhir bulan lalu.
"Tentu ini semakin menumbuhkan optimisme bagi kita sehingga industri kreatif, khususnya fesyen bisa berkembang dan berkontribusi bagi perekonomian kita," ujarnya.
Menaker berharap "Fashion Paradise 2019" bisa menjadi momentum yang baik bagi semua pihak untuk terus menggerakkan industri kreatif, khususnya bidang fesyen.
"Kebetulan pemerintah sudah dua tahun terakhir ini terus melakukan 'upgrading' terhadap balai-balai latihan kerja karena BBPLK memainkan peranan penting dalam mendorong percepatan peningkatan kompetensi sumber daya manusia," katanya.
Baca juga: Kemenperin bangun wadah digital dukung bisnis industri fesyen
Menaker juga mengharapkan "Fashion Paradise" bisa dilaksanakan secara rutin tiap tahun sebagai upaya menumbuhkembangkan industri fesyen.
Direktur Utama Kreasi Lintas Cipta sekaligus Project Director acara "Fashion Paradise 219" Eka Mutia Yuliandarin menjelaskan bahwa para perancang busana Indonesia memang perlu diberi wadah dan difasilitasi agar bisa semakin kreatif dan inovatif dalam merancang busana serta menghasilkan produk-produk fesyen.
"Sumber daya manusia yang mumpuni, harus dikelola dan didampingi untuk pengembangan kreativitasnya. Dukungan pelatihan dan sarana fasilitas sangat penting, untuk mencetak perancang busana berkualitas," ujarnya.
Eka menilai potensi sumber daya manusia Indonesia di bidang fesyen, khususnya dari Jawa Tengah, tidak kalah dari luar negeri.
Baca juga: Kemenperin sempurnakan peta jalan industri fesyen muslim