Kepala Bekraf resmikan Rumah Arie Smit dan pameran lukisan di Ubud
11 Oktober 2019 22:27 WIB
Kepala Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) Triawan Munaf (paling kanan) meresmikan Rumah Arie Smit dan membuka pameran lukisan alumni SMA Santa Ursula Jakarta, di Ubud, Gianyar. (Foto : Adi Lazuardi)
Gianyar, Bali (ANTARA) - Kepala Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) Triawan Munaf meresmikan Rumah Arie Smit dan membuka pameran lukisan alumni SMA Santa Ursula Jakarta di Ubut Gianyar, Jum’at malam.
“Saya mengenal Bapak Neka dan juga mengenal pelukis Maestro Aris Smit yang lama tinggal di Bali, khususnya di Ubud. Saya sangat gembira dengan berdirinya House of Arie Smit. Jika nanti selesai tugas sebagai Kepala Bekraf, saya akan lebih sering berlibur ke Ubud bersama keluarga,” kata Triawan Munaf.
“Saya sering kunjungan kerja ke Bali, tapi jarang ke Ubud,” tambah ayah dari aktris Sherina.
Baca juga: Gianyar dinobatkan sebagai kabupaten kreatif dengan daya tarik global
Selain meresmikan House of Arie Smit, kepala Bekraf juga membuka pameran lukisan para alumni SMA Santa Ursula di jalan Pos, Jakarta Pusat. Pameran lukisan dari 34 alumni Santa Ursula dari berbagai angkatan dan mereka tinggal di berbagai kota di Indonesia dan mancanegara berlangsung selama satu bulan, 11 Oktober hingga 11 November 2019.
“Mereka adalah alumni yang suka melukis dan ini yang pertama kali dipamerkan bersamaan dengan peresmian Rumah Arie Smit. Mulai dari alumni yang berusia Sembilan tahun hingga berusia 80 tahun. Ada alumni dari yang sudah tinggal di Spanyol dan Australia mengirimkan lukisan ke Ubud,” kata Putu Amy Kardi, ketua panitia pameran lukisan.
Pameran lukisan dengan tema “Karya Kami” menampilkan sekitar 100 lukisan karya alumni Santa Ursula, dimana hasil pameran akan disumbangkan untuk almamater.
Sementara itu, Pande Made Kardi Suteja, Direktur Rumah Arie Smit menjelaskan Arie Smit, merupakan salah satu maestro pelukis dunia yang menetap lama di Ubud, Bali.
Baca juga: Triawan: Kemajuan ekonomi kreatif tergantung keseriusan kepala daerah
“Arie Smit merupakan mantan tentara KNIL Belanda yang kemudian menjadi warga negara Indonesia. Menjadi pelukis. Lukisannya banyak dibeli dan dikoleksi para konglomerat Indonesia dan internasional,” tambah Kardi Suteja, salah satu putra Neka, tokoh dan seniman besar di Ubud, Gianyar.
“Arie Smit pernah tinggal di beberapa kota di Jawa. Pernah tinggal di berbagai daerah di Bali seperti di Buleleng, Karangasem dan paling lama tinggal di Ubud, Gianyar selama 24 tahun hingga meninggal di rumah ini,” tambah dokter spesialis Urologi, lulusan Universitas Indonesia itu.
Arie Smit memberikan banyak kontribusi pada seni lukis di Bali. Ia mengajak anak-anak di desa Penestanan, Ubud, belajar melukis kuil, pura, dan upacara keagamaan Hindu Bali dengan warna-warni kemudian mendirikan organisasi “Young Artist” sehingga melahirkan suatu mazhab seni lukis yang baru.
“Hubungan Arie Smit dengan keluarga kami sangat dekat. Bahkan Arie Smit masuk ke dalam kartu keluarga Neka. Jadi sudah menjadi saudara. Oleh karena itu, peresmian Rumah Aris Smit ini didirikan untuk terus mengenang jasanya dan menyalakan semangat serta kreativitas Arie Smit kepada generasi berikutnya,” jelas Kardi Suteja.
Baca juga: Bekraf matangkan konsep "Bekraf Creative District"
“Saya mengenal Bapak Neka dan juga mengenal pelukis Maestro Aris Smit yang lama tinggal di Bali, khususnya di Ubud. Saya sangat gembira dengan berdirinya House of Arie Smit. Jika nanti selesai tugas sebagai Kepala Bekraf, saya akan lebih sering berlibur ke Ubud bersama keluarga,” kata Triawan Munaf.
“Saya sering kunjungan kerja ke Bali, tapi jarang ke Ubud,” tambah ayah dari aktris Sherina.
Baca juga: Gianyar dinobatkan sebagai kabupaten kreatif dengan daya tarik global
Selain meresmikan House of Arie Smit, kepala Bekraf juga membuka pameran lukisan para alumni SMA Santa Ursula di jalan Pos, Jakarta Pusat. Pameran lukisan dari 34 alumni Santa Ursula dari berbagai angkatan dan mereka tinggal di berbagai kota di Indonesia dan mancanegara berlangsung selama satu bulan, 11 Oktober hingga 11 November 2019.
“Mereka adalah alumni yang suka melukis dan ini yang pertama kali dipamerkan bersamaan dengan peresmian Rumah Arie Smit. Mulai dari alumni yang berusia Sembilan tahun hingga berusia 80 tahun. Ada alumni dari yang sudah tinggal di Spanyol dan Australia mengirimkan lukisan ke Ubud,” kata Putu Amy Kardi, ketua panitia pameran lukisan.
Pameran lukisan dengan tema “Karya Kami” menampilkan sekitar 100 lukisan karya alumni Santa Ursula, dimana hasil pameran akan disumbangkan untuk almamater.
Sementara itu, Pande Made Kardi Suteja, Direktur Rumah Arie Smit menjelaskan Arie Smit, merupakan salah satu maestro pelukis dunia yang menetap lama di Ubud, Bali.
Baca juga: Triawan: Kemajuan ekonomi kreatif tergantung keseriusan kepala daerah
“Arie Smit merupakan mantan tentara KNIL Belanda yang kemudian menjadi warga negara Indonesia. Menjadi pelukis. Lukisannya banyak dibeli dan dikoleksi para konglomerat Indonesia dan internasional,” tambah Kardi Suteja, salah satu putra Neka, tokoh dan seniman besar di Ubud, Gianyar.
“Arie Smit pernah tinggal di beberapa kota di Jawa. Pernah tinggal di berbagai daerah di Bali seperti di Buleleng, Karangasem dan paling lama tinggal di Ubud, Gianyar selama 24 tahun hingga meninggal di rumah ini,” tambah dokter spesialis Urologi, lulusan Universitas Indonesia itu.
Arie Smit memberikan banyak kontribusi pada seni lukis di Bali. Ia mengajak anak-anak di desa Penestanan, Ubud, belajar melukis kuil, pura, dan upacara keagamaan Hindu Bali dengan warna-warni kemudian mendirikan organisasi “Young Artist” sehingga melahirkan suatu mazhab seni lukis yang baru.
“Hubungan Arie Smit dengan keluarga kami sangat dekat. Bahkan Arie Smit masuk ke dalam kartu keluarga Neka. Jadi sudah menjadi saudara. Oleh karena itu, peresmian Rumah Aris Smit ini didirikan untuk terus mengenang jasanya dan menyalakan semangat serta kreativitas Arie Smit kepada generasi berikutnya,” jelas Kardi Suteja.
Baca juga: Bekraf matangkan konsep "Bekraf Creative District"
Pewarta: Adi Lazuardi
Editor: Hendra Agusta
Copyright © ANTARA 2019
Tags: