Jakarta (ANTARA) - Koalisi masyarakat sipil menggelar malam renungan dan doa bersama di depan lobi Gedung Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Jumat malam, mengenang korban-korban yang meninggal dalam unjuk rasa menolak sejumlah rancangan undang-undang yang berujung ricuh di sejumlah daerah.

"Hari ini ini sebenarnya merupakan bentuk refleksi kami juga bahwa perjuangan penegakan demokrasi hingga akhirnya memakan korban para pahlawan demokrasi. Lima orang dari pelajar dan mahasiswa harus meregang nyawa," ujar orator yang juga pegiat Indonesia Corruption Watch (ICW) Tibiko Zabar.

Baca juga: KPK sebut setengah peraturan internal akan berubah terkait revisi UU

Baca juga: ICW: Ada 10 konsekuensi timbul bila presiden tak keluarkan Perppu KPK

Baca juga: KPK mengidentifikasi 26 persoalan dalam revisi UU KPK


Kelima pahlawan demokrasi yang dimaksud adalah Bagus Putra Mahendra (pelajar SMA Al jihad), Randy (mahasiswa Universitas Halu Oleo), Yusuf Kardawi (mahasiswa Universitas Halu Oleo), Maulana Suryadi (warga masyarakat) serta Akbar Alamsyah (warga masyarakat).

Tibiko mengatakan kegiatan ini digelar sebagai bentuk solidaritas dan kepedulian, mewakili elemen masyarakat sipil yang ada di seluruh Indonesia.

Menurut dia, kegiatan unjuk rasa menolak sejumlah rancangan undang-undang di beberapa daerah beberapa waktu lalu tidak seharusnya berujung duka.

Dia menyayangkan terjadinya aksi kekerasan yang dilakukan oleh sejumlah oknum dalam mengawal dan menjaga aksi damai kegiatan penyampaian pendapat tersebut.

Tibiko mengatakan pihaknya menuntut agar pemerintah dapat menegakkan keadilan dengan mengusut dan mengungkap secara terang benderang kasus kematian lima korban kekerasan tersebut.

"Kami juga ingin mengingatkan kepada siapapun bahwa kebenaran tidak akan pernah mati, dan kita akan terus bergerak, akan terus berjuang bersama teman teman masyarakat," ujar Tibiko.

Sementara itu, Kepala desk politik Wahana Lingkungan Hidup (WALHI) Khalisah Khalid berharap tidak ada lagi kekerasan yang terjadi dalam kegiatan berdemokrasi di Tanah Air.

Dia juga mengajak kepada seluruh masyarakat untuk terus berjuang menjaga demokrasi, agar pengorbanan kelima korban kekerasan tidak berakhir sia-sia.

"Kita berkumpul di sini tidak untuk bersedih, tapi mengumpulkan duka, luka kecewa, amarah, untuk disatukan menjadi kekuatan menjaga demokrasi yang terkoyak, bahwa tidak ada nyawa yang jatuh sia-sia," ucap dia.

Aksi malam renungan yang dilakukan oleh sekitar 50 orang dari elemen buruh, pegiat lingkungan, pegiat antikorupsi, pegiat HAM, pegiat demokrasi, dan mahasiswa yang tergabung dalam koalisi masyarakat sipil itu dimulai dengan penyalaan lilin yang diletakkan di depan foto kelima korban.

Kemudian dilanjutkan dengan pembacaan doa, orasi, pembacaan puisi dan ditutup dengan menyanyikan lagu berjudul "Darah Juang". Aksi malam renungan dan doa bersama itu berlangsung sekitar 40 menit.

Kegiatan malam renungan dan doa bersama itu juga dihadiri oleh penyidik senior KPK Novel Baswedan.