Masa remaja paling rentan alami gangguan jiwa, kata psikiater
9 Oktober 2019 19:50 WIB
Dokter spesialis kejiwaan dari RS Cipto Mangunkusumo dr Sylvia Detri Elvira Sp.KJ(K) memberikan keterangan usai acara seminar bertajuk "Prevent Suicide by Loving Yourself di Gedung Imeri Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Jakarta, Rabu (9/10/2019). (ANTARA/Aditya Ramadhan)
Jakarta (ANTARA) - Psikiater mengatakan masa remaja adalah periode seseorang paling rentan mengalami gangguan kejiwaan atau menjadi pemicu terjadinya gangguan kesehatan jiwa pada saat dewasa.
Dokter spesialis kejiwaan dari RS Cipto Mangunkusumo dr Sylvia Detri Elvira Sp.KJ(K) dalam acara seminar bertajuk "Prevent Suicide by Loving Yourself di Gedung Imeri Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Jakarta, Rabu, menjelaskan bahwa pada saat remaja seorang anak sedang dalam masa pencarian identitas dirinya yang menentukan kehidupannya saat dewasa.
Baca juga: Remaja rentan mengalami depresi, ini faktor pemicunya
"Gangguan jiwa terbentuknya paling banyak di masa remaja. Karena pada saat remaja masa menentukan identitas diri itu sangat penting," kata dia.
Oleh karena itu Sylvia menerangkan pentingnya peran orang tua untuk mendampingi anak di masa remajanya. Menurut dia, seharusnya orang tua bisa menjadi teman untuk anaknya.
Dia mengemukakan orang tua harus bisa membuat anak nyaman berada di rumah dan nyaman bercerita agar anak tidak mencari hal tersebut di luar rumah.
Tidak jarang Sylvia menangani pasien remaja yang mengalami masalah kejiwaan karena memiliki masalah komunikasi dengan orang tuanya.
"Sebagian besar yang remaja bermasalah karena diem-dieman dengan orang tuanya. Bahkan orang tuanya sungkan berbicara kepada anaknya dan meminta saya yang menyampaikan," kata dia.
Baca juga: Sering curhat di medsos? Begini kata pakar
Sylvia menjelaskan bahwa faktor psikologi yaitu pola asuh orang tua kepada anaknya yang kemudian membentuk karakter adalah salah satu faktor yang menyebabkan gangguan kejiwaan. Faktor psikologis ini dibentuk melalui pola asuh orang tua kepada anak sejak balita hingga tumbuh remaja sampai dewasa.
Orang tua yang kerap membandingkan anaknya dengan orang lain, menuntut prestasi kepada anaknya, dan tidak mau mendengarkan serta menyalahkan anak akan menjadi pemicu stres.
Jika tingkat stres anak bertambah di lingkungan sekolah atau masyarakat yang melakukan perundungan akan menyebabkan masalah kejiwaan yang bertambah parah. Paling buruk, anak remaja bisa melakukan percobaan bunuh diri.
Baca juga: Legislator minta guru BK tidak hanya konsultasi karier
Dokter spesialis kejiwaan dari RS Cipto Mangunkusumo dr Sylvia Detri Elvira Sp.KJ(K) dalam acara seminar bertajuk "Prevent Suicide by Loving Yourself di Gedung Imeri Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Jakarta, Rabu, menjelaskan bahwa pada saat remaja seorang anak sedang dalam masa pencarian identitas dirinya yang menentukan kehidupannya saat dewasa.
Baca juga: Remaja rentan mengalami depresi, ini faktor pemicunya
"Gangguan jiwa terbentuknya paling banyak di masa remaja. Karena pada saat remaja masa menentukan identitas diri itu sangat penting," kata dia.
Oleh karena itu Sylvia menerangkan pentingnya peran orang tua untuk mendampingi anak di masa remajanya. Menurut dia, seharusnya orang tua bisa menjadi teman untuk anaknya.
Dia mengemukakan orang tua harus bisa membuat anak nyaman berada di rumah dan nyaman bercerita agar anak tidak mencari hal tersebut di luar rumah.
Tidak jarang Sylvia menangani pasien remaja yang mengalami masalah kejiwaan karena memiliki masalah komunikasi dengan orang tuanya.
"Sebagian besar yang remaja bermasalah karena diem-dieman dengan orang tuanya. Bahkan orang tuanya sungkan berbicara kepada anaknya dan meminta saya yang menyampaikan," kata dia.
Baca juga: Sering curhat di medsos? Begini kata pakar
Sylvia menjelaskan bahwa faktor psikologi yaitu pola asuh orang tua kepada anaknya yang kemudian membentuk karakter adalah salah satu faktor yang menyebabkan gangguan kejiwaan. Faktor psikologis ini dibentuk melalui pola asuh orang tua kepada anak sejak balita hingga tumbuh remaja sampai dewasa.
Orang tua yang kerap membandingkan anaknya dengan orang lain, menuntut prestasi kepada anaknya, dan tidak mau mendengarkan serta menyalahkan anak akan menjadi pemicu stres.
Jika tingkat stres anak bertambah di lingkungan sekolah atau masyarakat yang melakukan perundungan akan menyebabkan masalah kejiwaan yang bertambah parah. Paling buruk, anak remaja bisa melakukan percobaan bunuh diri.
Baca juga: Legislator minta guru BK tidak hanya konsultasi karier
Pewarta: Aditya Ramadhan
Editor: Triono Subagyo
Copyright © ANTARA 2019
Tags: