Kurator pameran tersebut Sudjud Dartanto mengatakan 41 karya tersebut merupakan hasil dari 41 perupa yang berasal dari 20 provinsi se-Indonesia.
"Para seniman ini juga datang dari berbagai kalangan, dari anak-anak hingga dewasa, serta kaum difabel," kata dia di Jakarta, Rabu.
Pameran ini ingin menampilkan dimensi lain dari wacana identitas, yaitu melalui bahasa seni, bahasa yang personal, serta dapat membuka dan menghubungkan dunia dalam (interior) dan luar (eksterior).
Baca juga: Permainan tradisional meriahkan Pekan Kebudayaan Nasional
Baca juga: Lima Pemda peduli budaya terima Anugerah Kebudayaan 2019
Mengintip jejak mumi nusantara
Dalam pameran ini bisa dilihat berbagai wajah, dalam arti yang konkret, yaitu potret dan seluruh penggambarannya dengan latar semangat zaman yang berbeda-beda.
Mulai dari potret karya perupa dari koleksi Galeri Nasional Indonesia melalui sajian video, hingga potret dan tafsir wajah Indonesia dari para perupa, dari berbagai latar belakang, usia, difabel/disabel.
"Ungkapan karya dari perupa ini terbentang dari yang menampilkan kecenderungan realisme hingga simbolisme. Dalam arti sebuah praktik penandaan, ekspresi dalam karya-karya itu sesungguhnya menandai berbagai narasi tentang diri dan pengalaman sosial, diri dan pengalaman budaya, diri dan pengalaman yang bukan sosial, bahkan yang bukan sosial dan budaya sekalipun, yakni dari dunia dalam," kata dia.
Pameran tersebut berlangsung dari 7-13 Oktober 2019 di Pekan Kebudayaan Nasional, Istora Senayan, Jakarta.*
Baca juga: Purwa Tjaraka: Anugerah Budaya apresiasi pemerintah untuk kebudayaan
Baca juga: 59 pegiat kebudayaan akan terima Anugerah Kebudayaan 2019