Kinerja hotel di Jakarta banyak dipengaruhi MICE
9 Oktober 2019 17:24 WIB
Senior Associate Director Research Colliers International Indonesia Ferry Salanto dalam paparan properti di Jakarta, Rabu (9/10/2019). ANTARA/M Razi Rahman
Jakarta (ANTARA) - Kinerja perhotelan di Jakarta masih banyak dipengaruhi kegiatan pertemuan, insentif, konvensi, dan pameran atau meeting, incentive, convention, and exhibition (MICE), sehingga ajang tersebut khususnya di Ibu Kota juga harus lebih dibenahi untuk meningkatkan sektor pariwisata.
"Tipikal hotel di Jakarta banyak dipengaruhi kegiatan MICE atau event besar," kata Senior Associate Director Research Colliers International Indonesia Ferry Salanto di Jakarta, Rabu.
Ferry mencontohkan, pada 2018 terdapat ajang akbar yaitu Asian Games sehingga tingkat hunian hotel di Jakarta rata-rata lebih tinggi dari tahun-tahun sebelumnya.
Baca juga: Jumlah wisman MICE sangat kecil, perlu dukungan pemangku kepentingan
Untuk itu, ujar dia, selayaknya ada banyak kegiatan MICE atau perhelatan besar lainnya yang juga bisa mendorong kinerja perhotelan Jakarta secara keseluruhan.
Ia berpendapat bahwa dalam beberapa tahun ke depan kinerja hotel di Jakarta cenderung stabil dan belum mampu mencapai kinerja pada 2018
"Belum ada agenda dengan taraf internasional lagi yang mampu menarik orang untuk datang ke Jakarta selain tujuan bisnis," katanya.
Ferry juga mengingatkan kondisi ekonomi dan politik juga menjadi salah satu penentu kinerja perhotelan di Ibu Kota.
Sebelumnya, Kepala Perwakilan Bank Indonesia DKI Jakarta Hamid Ponco Wibowo menyebutkan potensi industri MICE di Jakarta harus dioptimalkan untuk meningkatkan sektor pariwisata di Ibu Kota negara.
Menurut Hamid, penyelenggaraan MICE di Jakarta merupakan faktor potensial untuk meningkatkan kunjungan wisatawan mancanegara (wisman).
"Kita memfasilitasi pihak-pihak terkait dan juga berbagai forum serta asosiasi, kita sama-sama bagaimana kita bisa mendorong pariwisata ini, salah satunya dengan meningkatkan berbagai event di DKI Jakarta. Dengan banyaknya event ini nantinya juga akan banyak berpengaruh ke pendapatan termasuk pariwisata," ujar Hamid.
Dari hasil survei Bank Indonesia, kedatangan wisman ke Jakarta terutama untuk berbisnis, sehingga pengembangan industri MICE dapat menjadi pijakan awal mendorong industri pariwisata Jakarta, khususnya untuk menarik wisman. Sebanyak 53 persen wisman ke Jakarta untuk berbisnis, sedangkan 47 persen untuk jalan-jalan (leisure).
Pada 2017 lalu, jumlah MICE di Jakarta mencapai 652 gelaran. Tahun lalu, gelaran MICE meningkat menjadi 892.
Jakarta saat ini baru memiliki empat lokasi MICE dengan kapasitas besar yaitu Jakarta Convention Centre (JCC) seluas 15.615 m2 dengan kapasitas 16.650 orang, Jakarta International Expo Kemayoran seluas 35.487 m2 berkapasitas 67.000 orang, Grand Sahid Jaya seluas 5.380 m2 berkapasitas 6.580 orang, dan Bidakara 2.800 m2 berkapasitas 4.440 orang.
Selain itu, kurangnya insentif atau daya tarik yang ditawarkan menjadikan peringkat Kota Jakarta masih rendah di antara kota-kota penyelenggara MICE lainnya di dunia.
Dari 658 kota dunia, peringkat Jakarta terus merosot pada lima tahun terakhir. Jika pada 2013 Jakarta bisa menempati peringkat MICE 94, pada 2018 berada di peringkat 216.
Sementara itu, Ketua Umum Dewan Pengurus Pusat Asosiasi Perusahaan Pameran Indonesia (DPP Asperapi) Hosea Andreas Runkat menyatakan, pihaknya memiliki misi ingin meningkatkan human capital di industri pameran guna mendukung bidang MICE di Indonesia.
Baca juga: Tingkatkan wisman, Indonesia partisipasi di pameran MICE Bangkok
Baca juga: BI: Potensi industri "MICE" di Jakarta harus dioptimalkan
"Tipikal hotel di Jakarta banyak dipengaruhi kegiatan MICE atau event besar," kata Senior Associate Director Research Colliers International Indonesia Ferry Salanto di Jakarta, Rabu.
Ferry mencontohkan, pada 2018 terdapat ajang akbar yaitu Asian Games sehingga tingkat hunian hotel di Jakarta rata-rata lebih tinggi dari tahun-tahun sebelumnya.
Baca juga: Jumlah wisman MICE sangat kecil, perlu dukungan pemangku kepentingan
Untuk itu, ujar dia, selayaknya ada banyak kegiatan MICE atau perhelatan besar lainnya yang juga bisa mendorong kinerja perhotelan Jakarta secara keseluruhan.
Ia berpendapat bahwa dalam beberapa tahun ke depan kinerja hotel di Jakarta cenderung stabil dan belum mampu mencapai kinerja pada 2018
"Belum ada agenda dengan taraf internasional lagi yang mampu menarik orang untuk datang ke Jakarta selain tujuan bisnis," katanya.
Ferry juga mengingatkan kondisi ekonomi dan politik juga menjadi salah satu penentu kinerja perhotelan di Ibu Kota.
Sebelumnya, Kepala Perwakilan Bank Indonesia DKI Jakarta Hamid Ponco Wibowo menyebutkan potensi industri MICE di Jakarta harus dioptimalkan untuk meningkatkan sektor pariwisata di Ibu Kota negara.
Menurut Hamid, penyelenggaraan MICE di Jakarta merupakan faktor potensial untuk meningkatkan kunjungan wisatawan mancanegara (wisman).
"Kita memfasilitasi pihak-pihak terkait dan juga berbagai forum serta asosiasi, kita sama-sama bagaimana kita bisa mendorong pariwisata ini, salah satunya dengan meningkatkan berbagai event di DKI Jakarta. Dengan banyaknya event ini nantinya juga akan banyak berpengaruh ke pendapatan termasuk pariwisata," ujar Hamid.
Dari hasil survei Bank Indonesia, kedatangan wisman ke Jakarta terutama untuk berbisnis, sehingga pengembangan industri MICE dapat menjadi pijakan awal mendorong industri pariwisata Jakarta, khususnya untuk menarik wisman. Sebanyak 53 persen wisman ke Jakarta untuk berbisnis, sedangkan 47 persen untuk jalan-jalan (leisure).
Pada 2017 lalu, jumlah MICE di Jakarta mencapai 652 gelaran. Tahun lalu, gelaran MICE meningkat menjadi 892.
Jakarta saat ini baru memiliki empat lokasi MICE dengan kapasitas besar yaitu Jakarta Convention Centre (JCC) seluas 15.615 m2 dengan kapasitas 16.650 orang, Jakarta International Expo Kemayoran seluas 35.487 m2 berkapasitas 67.000 orang, Grand Sahid Jaya seluas 5.380 m2 berkapasitas 6.580 orang, dan Bidakara 2.800 m2 berkapasitas 4.440 orang.
Selain itu, kurangnya insentif atau daya tarik yang ditawarkan menjadikan peringkat Kota Jakarta masih rendah di antara kota-kota penyelenggara MICE lainnya di dunia.
Dari 658 kota dunia, peringkat Jakarta terus merosot pada lima tahun terakhir. Jika pada 2013 Jakarta bisa menempati peringkat MICE 94, pada 2018 berada di peringkat 216.
Sementara itu, Ketua Umum Dewan Pengurus Pusat Asosiasi Perusahaan Pameran Indonesia (DPP Asperapi) Hosea Andreas Runkat menyatakan, pihaknya memiliki misi ingin meningkatkan human capital di industri pameran guna mendukung bidang MICE di Indonesia.
Baca juga: Tingkatkan wisman, Indonesia partisipasi di pameran MICE Bangkok
Baca juga: BI: Potensi industri "MICE" di Jakarta harus dioptimalkan
Pewarta: M Razi Rahman
Editor: Kelik Dewanto
Copyright © ANTARA 2019
Tags: