Hongkong (ANTARA News) - Dengan reputasi sebagai pebulutangkis temperamental, penuh percaya diri dan sekaligus jenius, Lin Dan siap untuk mendominasi pentas bulutangkis di Olimpiade 2008 Beijing. Pemain nomor satu dunia dalam 20 bulan terakhir itu dianggap sebagai raja bulutangkis dan menjadi harapan terbaik "Pasukan Merah" untuk meraih medali emas di nomor tunggal putra. Berbekal 13 gelar juara di berbagai event besar dalam dua tahun terakhir, termasuk kejuaraan dunia, Lin Dan dipastikan akan tampil dengan penuh percaya diri, ditambah dukungan moral dari penonton tuan rumah. Kisah asmara dengan sesama pebulutangkis China, Xie Xinfang yang juga menempati peringkat teratas dunia, membuat mereka dielu-elukan sebagai "pasangan emas", sebagaimana yang pernah dialami oleh pasangan Indonesia, Alan Budikusuma dan Susi Susanti pada Olimpiade 1992 Barcelona. Namun hal yang mengkhawatirkan dari Lin Dan bukan pada kemampuannya di lapangan, tetapi justru pada masalah non-teknis di luar lapangan, yaitu sikap kontroversial yang sering mengiringi setiap gerak langkahnya. Menjelang Olimpiade yang berlangsung 8-22 Agustus mendatang, pemain berusia 24 tahun itu terlibat dua insiden konyol. Insiden terakhir bahkan menimbulkan imbauan ia dicoret dari tim nasional. Lin Dan sudah menyampaikan permintaan maaf karena tidak bisa mengendalikan emosi saat mengikuti latihan pada April lalu, tapi membantah kalau ia telah menyerang pelatihnya saat terjadi keributan. Di final Korea Terbuka Januari lalu, ia mendatangi kubu Korea untuk mempertanyakan keputusan hakim garis dan sempat mengayunkan raket untuk memukul pelatih lawan. Tolak disebut "bad boy" Lin Dan menolak anggapan bahwa ia adalah salah seorang "bad boy" dalam arena bulutangkis dan membela diri dengan mengatakan sikapnya sering disalah artikan. Ia malah kemudian menuding media sebagai pihak yang ikut bertanggung jawab. "Karena tahun ini akan berlangsung Olimpiade, maka ada serangan verbal yang ditujukan kepada saya dan tim China, tapi itu hal biasa," katanya, sebagaimana dikutip AFP Ia kemudian menambahkan bahwa, menjadi pemain nomor satu membuatnya sering menjadi sasaran untuk dikalahkan. "Karena saya pemain nomor satu dunia, maka pemain lain sangat bernafsu untuk mengalahkan saya dan mereka bermain lebih baik saat berhadapan dengan saya dibanding menghadapi pemain lain. Inilah masalah terbesar saya di Olimpiade Beijing," katanya menambahkan. Terpukul karena langsung tumbang pada babak pertama Olimpiade Athena 2004, Lin Dan yang kali ini akan menjadi unggulan teratas, bertekad untuk membalas kekalahan itu di depan pendukung sendiri. Ketika ditanya lawan terberat di Beijing yang bisa menjadi ancaman, Lin menyebut nama bintang Malaysia Lee Chong Wei, Peter Gade (Denmark), juara bertahan Taufik Hidayat dari Indonesia, serta dua andalan Korea Selatan Park Sung-Hwan dan Lee Hyun-Il. Taufik Hidayat, unggulan tujuh di Beijing, pernah mengecam Lin Dan sebagai pemain arogan di Asian Games Doha 2006. Ancaman bagi Lin tidak hanya berasal dari luar Cina, tapi juga rekan senegaranya Bao Chunlai dan Chen Jin yang masing-masing menempati unggulan tiga dan empat. Menghadapi beratnya perjuangan yang harus dilalui untuk merebut medali emas di Beijing, Lin Dan yang mempunyai senjata permainan cepat dan menyerang itu, berusaha untuk terlihat santai. "Saya tidak pernah merasa bahwa saya sudah pasti akan meraih emas di Beijing karena banyak lawan tangguh yang siap menjegal saya. Tapi yang jelas, saya akan selalu berusaha menampilkan permainan dan kemampuan terbaik saya," katanya. (*)