Peneliti sebut padi hibrida tingkatkan produktivitas beras
8 Oktober 2019 20:32 WIB
Petani di Desa Sukajadi, Kecamatan Hinai, Kabupaten Langkat, Sumatera Utara panen padi varietas Hibrida "Gold Buyer", seluas 2 hektare (Munawar)
Jakarta (ANTARA) - Peneliti Center for Indonesian Policy Studies (CIPS) Galuh Octania menyatakan bahwa padi hibrida merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan produktivitas pangan serta menjaga ketersediaan beras di tengah masyarakat.
"Padi hibrida bisa menjadi alternatif peningkatan produktivitas beras nasional," kata Galuh Octania di Jakarta, Selasa.
Menurut Galuh, produktivitas padi hibrida memiliki potensi besar untuk ditingkatkan karena produktivitas musiman rata-rata 7 ton/ha, lebih tinggi kalau dibandingkan dengan produktivitas padi inbrida yang hanya mencapai 5,19 ton/ha.
Namun, lanjutnya, luas tanam padi hibrida hanya kurang dari satu persen dari total luas tanam padi di Indonesia dan telah mengalami stagnasi selama beberapa tahun.
Baca juga: CIPS dorong pemerintah kurangi ketergantungan impor benih padi hibrida
CIPS merekomendasikan beberapa hal terkait pengembangan padi hibrida, antara lain yang pertama adalah perlu memasukkan padi hibrida ke dalam prioritas perencanaan pembangunan pertanian.
Selama ini, padi hibrida memang belum dimasukkan ke dalam program utama yang terkait dengan perencanaan pembangunan pertanian dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional/RPJMN.
"Alasan untuk kurangnya prioritas ini mungkin adalah karena statistik kuantitas produksi beras nasional di Indonesia telah lama dibesar-besarkan. Baru belakangan data ini dikoreksi menggunakan metode Kerangka Sampel Area," paparnya.
Ia mengemukakan bahwa dengan statistik resmi yang menunjukkan tingkat produksi beras yang mencukupi, pembuat kebijakan tidak terdorong untuk berfokus pada peningkatan produktivitas, yang mengakibatkan kurangnya perhatian terhadap pengembangan padi hibrida.
Sebelumnya, Kementerian Pertanian (Kementan) mengoptimalisasi lahan rawa selama musim kemarau panjang untuk menjaga target produksi padi nasional pada 2019 yang mencapai 84 juta ton atau setara 49 juta ton beras.
Baca juga: Panen perdana padi hibrida di Probolinggo capai 10,5 ton
"Lahan rawa memang diharapkan jadi penyangga pangan nasional. Karena di saat daerah lain seperti Pulau Jawa kekeringan, di Kalimantan Selatan misalnya yang memiliki lahan rawa justru bisa terus panen pertaniannya," kata Kepala Balai Penelitian Pertanian Lahan Rawa (Balittra) pada Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Kementan, Hendri Sosiawan.
Pada prinsipnya, kata Hendri, sepanjang tahun ada penanaman. Dimana pengelolaan air menjadi kunci sukses pengembangan lahan rawa lebak untuk budidaya pertanian, sehingga pembenahan infrastruktur pertanian penting juga dilakukan agar musim kemarau air bisa masuk ke lahan.
Di sisi lain, keberhasilan pertanaman padi di Indonesia khususnya di daerah rawa, ungkap Hendri, diapresiasi para organisasi penelitian nasional di Asia Tenggara seperti dari Malaysia yaitu "The Malaysian Agricultural Research and Development Institute (MARDI), dari Laos yaitu Agriculture Research Center (ARC), National Agriculture and Forestry Research Institute (NAFRI), serta Philippine Rice Research Institute (PhilRice) dari Filipina.
Baca juga: Padi Hibrida diminati petani pesisir Pantai Selatan Pulau Jawa
Baca juga: Padi hibrida lebih menggiurkan bagi petani Tabanan
"Padi hibrida bisa menjadi alternatif peningkatan produktivitas beras nasional," kata Galuh Octania di Jakarta, Selasa.
Menurut Galuh, produktivitas padi hibrida memiliki potensi besar untuk ditingkatkan karena produktivitas musiman rata-rata 7 ton/ha, lebih tinggi kalau dibandingkan dengan produktivitas padi inbrida yang hanya mencapai 5,19 ton/ha.
Namun, lanjutnya, luas tanam padi hibrida hanya kurang dari satu persen dari total luas tanam padi di Indonesia dan telah mengalami stagnasi selama beberapa tahun.
Baca juga: CIPS dorong pemerintah kurangi ketergantungan impor benih padi hibrida
CIPS merekomendasikan beberapa hal terkait pengembangan padi hibrida, antara lain yang pertama adalah perlu memasukkan padi hibrida ke dalam prioritas perencanaan pembangunan pertanian.
Selama ini, padi hibrida memang belum dimasukkan ke dalam program utama yang terkait dengan perencanaan pembangunan pertanian dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional/RPJMN.
"Alasan untuk kurangnya prioritas ini mungkin adalah karena statistik kuantitas produksi beras nasional di Indonesia telah lama dibesar-besarkan. Baru belakangan data ini dikoreksi menggunakan metode Kerangka Sampel Area," paparnya.
Ia mengemukakan bahwa dengan statistik resmi yang menunjukkan tingkat produksi beras yang mencukupi, pembuat kebijakan tidak terdorong untuk berfokus pada peningkatan produktivitas, yang mengakibatkan kurangnya perhatian terhadap pengembangan padi hibrida.
Sebelumnya, Kementerian Pertanian (Kementan) mengoptimalisasi lahan rawa selama musim kemarau panjang untuk menjaga target produksi padi nasional pada 2019 yang mencapai 84 juta ton atau setara 49 juta ton beras.
Baca juga: Panen perdana padi hibrida di Probolinggo capai 10,5 ton
"Lahan rawa memang diharapkan jadi penyangga pangan nasional. Karena di saat daerah lain seperti Pulau Jawa kekeringan, di Kalimantan Selatan misalnya yang memiliki lahan rawa justru bisa terus panen pertaniannya," kata Kepala Balai Penelitian Pertanian Lahan Rawa (Balittra) pada Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Kementan, Hendri Sosiawan.
Pada prinsipnya, kata Hendri, sepanjang tahun ada penanaman. Dimana pengelolaan air menjadi kunci sukses pengembangan lahan rawa lebak untuk budidaya pertanian, sehingga pembenahan infrastruktur pertanian penting juga dilakukan agar musim kemarau air bisa masuk ke lahan.
Di sisi lain, keberhasilan pertanaman padi di Indonesia khususnya di daerah rawa, ungkap Hendri, diapresiasi para organisasi penelitian nasional di Asia Tenggara seperti dari Malaysia yaitu "The Malaysian Agricultural Research and Development Institute (MARDI), dari Laos yaitu Agriculture Research Center (ARC), National Agriculture and Forestry Research Institute (NAFRI), serta Philippine Rice Research Institute (PhilRice) dari Filipina.
Baca juga: Padi Hibrida diminati petani pesisir Pantai Selatan Pulau Jawa
Baca juga: Padi hibrida lebih menggiurkan bagi petani Tabanan
Pewarta: M Razi Rahman
Editor: Subagyo
Copyright © ANTARA 2019
Tags: