Jakarta (ANTARA) - Yayasan sosial Kristen Wahana Visi Indonesia (WVI) membantu proses trauma healing atau pemulihan trauma bagi anak-anak di Wamena, Papua, pascakerusahan yang terjadi di daerah itu pada 23 September 2019.


"Trauma healing tersebut baru dilaksanakan satu minggu terakhir yang diberikan kepada para pengungsi terutama anak-anak dan kaum ibu," kata Direktur Komunikasi WVI Priscilla Christin di Jakarta, Selasa.

Baca juga: Kemensos beri layanan trauma healing bagi korban kerusuhan Wamena


Pendampingan yang dilakukan yaitu program Pembangunan Ruang Sahabat Anak dengan menyediakan tenda berisi buku-buku pelajaran dan mobil perpustakaan. Harapannya, anak-anak yang belum berani masuk sekolah bisa belajar di tempat itu.


Program tersebut juga dilakukan di Sentani, Kota Raja, dan Wamena selama tiga bulan ke depan dengan melibatkan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) dan dinas-dinas setempat.


Ia mengatakan kegiatan trauma healing tersebut bertujuan memberikan motivasi dan dukungan moril bagi para pengungsi akibat kerusuhan 23 September 2019 yang menewaskan puluhan orang.


Selain situasi yang belum begitu kondusif pascakerusuhan, Christin mengaku sempat terkendala kekurangan tenaga psikolog. Namun, hal itu segera teratasi dengan bantuan salah satu universitas di Jawa.


Pada tahap awal, yayasan WVI baru memberikan trauma healing. Namun, setelah itu akan ada pemberian paket bantuan bagi keluarga terdampak kerusuhan Wamena.

Baca juga: Lima pengungsi kerusuhan Wamena jalani "trauma healing" di Trenggalek

Terpisah, Gubernur Provinsi Papua Lukas Enembe menegaskan segera membangun permukiman sementara bagi korban kerusuhan Wamena dimana pengerjaan pembangunannya dilakukan TNI sehingga para korban dapat menempati rumah atau ruko milik mereka.


"Pemprov Papua dalam APBD perubahan sudah menganggarkan Rp8 miliar untuk membantu para korban kerusuhan, termasuk untuk membangun permukiman sementara," kata Gubernur Enembe.