Pamekasan (ANTARA) - Para pesepakbola asal Papua yang kini tinggal di Pulau Madura, Jawa Timur mengaku aman dan terlindungi oleh masyarakat di Pulau Garam itu, meski konflik terjadi di Wamena Papua dan banyak warga Madura menjadi korban konflik di wilayah itu.
"Awal datang ke Madura, memang terlihat kaku, tapi pada perkembangannya semakin akrab bahkan kami merasa aman disini," kata salah seorang pesepakbola asal Papua dari klub Madura United FC, Engelberd Tsani.
Saat berbincang santai dengan official dan media officer Madura United FC di Pamekasan, Senin malam, pesepakbola muda ini menyatakan, memang pada awal-awal bergabung dengan klub sepakbola yang kini menjadi kebanggaan masyarakat di Pulau Garam itu, dirinya merasa asing.
Selain tidak memiliki sanak famili, Madura baru pertama kali ia kenal, dan belum memiliki banyak teman.
Namun, dalam perkembangannya, Tsani justru mengaku 'nyaman' bahkan sangat akrab dengan masyarakat Madura, terutama para suporter.
"Saya malah dianggap taretan oleh masyarakat Madura, baik di Bangkalan, Sampang, Pamekasan atau masyarakat di Kabupaten Sumenep," kata Tsani.
Engelberd Tsani merupakan satu dari empat pesepakbola asal Papua yang menjadi pemain klub sepakbola Madura United FC.
Tiga pemain lainnya yang juga berasal dari Papua, masing-masing Marrcko Sandy Merauje, David Laly, dan Fandri Imbiri.
Baik Engelberd Tsani, Marrcko, David Laly, maupun Fandri Imbiri, mengaku senang dengan keakraban warga Madura.
Menurut mereka, warga Madura tidak hanya baik, akan tetapi juga bersikap terbuka, dan bersedia melindungi para tamu yang datang ke Madura.
"Siapapun yang datang ke Madura dan menjadi tamu di Madura ini, akan aman yang terlindungi," kata Engelberd Tsani.
Baca juga: Pemkab Pamekasan fasilitasi pemulangan korban kerusuhan Wamena
Baca juga: Tangani konflik Papua bisa lewat pendekatan budaya
Pesepakbola asal Papua mengaku aman di Madura
8 Oktober 2019 03:05 WIB
Pesepakbola asal Papua yang kini memperkuat klub sepakbola Madura United FC Engelberd Tsani. (Abd Aziz)
Pewarta: Abd Aziz
Editor: Aris Budiman
Copyright © ANTARA 2019
Tags: