Yogyakarta (ANTARA) - Ribuan wayang kapi-kapi yang menjadi representasi dari 14 tokoh wayang asli Keraton Yogyakarta itu beraksi di kawasan Tugu Yogyakarta untuk memeriahkan perayaan hari ulang tahun ke-263 Kota Yogyakarta dalam balutan Wayang Jogja Night Carnival #4.

Dengan mengandalkan potensi masyarakat, setiap kecamatan di Kota Yogyakarta masing-masing menampilkan satu tokoh wayang kapi-kapi yang kemudian diterjemahkan dalam sebuah penampilan unik dan menarik dengan konsep street art.

“Kami meyakini jika gelaran Wayang Jogja Night Carnival (WJNC) adalah kegiatan yang sudah ditunggu-tunggu masyarakat. Jika boleh saya sebut, ada sekitar 60.000 warga memadati kawasan yang menjadi pusat penyelenggaraan WJNC ke empat ini,” kata Wali Kota Yogyakarta Haryadi Suyuti saat membuka WJNC #4 di Yogyakarta, Senin malam.

WJNC #4 digelar dari Jalan Sudirman menuju ke Tugu Yogyakarta dan berakhir di Jalan Margoutomo. Puluhan ribu warga rela menunggu dan berdesakan di sepanjang jalur karnaval untuk ikut menjadi saksi kemeriahan acara.

Sejumlah tokoh wayang kapi-kapi yang dihadirkan di antaranya Kapi Kingkin dari Kecamatan Wirobrajan. Wayang tersebut memiliki bentuk perpaduan kera dengan kepiting. Sedangkan Kecamatan Mantrijeron menampilkan tokoh Kapi Harima yaitu perpaduan kera dengan harimau.

Baca juga: Sultan pimpin upacara HUT Kemerdekaan di Gedung Agung Yogyakarta

Baca juga: Yogyakarta tampilkan tari edan-edan di Jakarnaval 2019


Kecamatan Gondomanan menampilkan Kapi Wraha yang merupakan perpaduan kera dengan celeng, Kecamatan Pakualaman dengan Kapi Warjita yaitu perpaduan kera dan cacing, Kecamatan Umbulharjo dengan Kapi Anala yaitu kera dengan rambut api, sedangkan Kecamatan Gedongtengen dengan Kapi Satabali yaitu kera dengan ayam jago.

Wayang kapi-kapi adalah wayang yang hadir dalam epos Ramayana yang diceritakan di Yogyakarta. Wayang tersebut memiliki keunikan karena memadukan bagian tubuh hewan yang berbeda-beda, khususnya kera dengan binatang lain. Setiap tokoh yang tercipta merepresentasikan kehidupan di dunia.

“Gelaran WJNC yang rutin diselenggarakan setiap tahun ini juga memiliki dampak positif bagi Kota Yogyakarta, khususnya aspek pariwisata karena ada kenaikan jumlah hunian hotel dan dampak ekonomi bagi masyarakat secara langsung,” kata Haryadi.

Ia pun menyebut akan terus melakukan inovasi terkait konsep dan kemasan acara sehingga WJNC semakin berkembang dan mampu menjadi atraksi wisata yang selalu dinantikan masyarakat maupun wisatawan untuk datang berkunjung ke Yogyakarta.

Baca juga: Pertama kali digelar, ini yang ditawarkan "Jogja Great Sale"

Baca juga: Wiwitan tandai dimulainya peringatan HUT yogyakarta


Pemerintah Kota Yogyakarta bahkan sudah memasukkan agenda WJNC tersebut dalam agenda wisata nasional karena kegiatan diselenggarakan secara rutin tiap 7 Oktober atau bertepatan dengan hari ulang tahun Kota Yogyakarta dalam bentuk karnaval malam hari.

Sedangkan dalam usianya yang kini menginjak angka 263 tahun, Haryadi optimistis jika Kota Yogyakarta akan tetap menjadi kota yang nyaman huni dan humanis dalam berbagai aspek kehidupan.

Sementara itu, Wakil Gubernur DIY KGPAA Paku Alam X yang membacakan sambutan Gubernur DIY Sri Sultan HB X berpesan agar Kota Yogyakarta tetap menjadi rumah bagi seluruh bangsa dan menjaga tradisi Kebhinekaan.

“Dalam usianya yang tidak muda lagi, Kota Yogyakarta harus mampu berkembang sebagai kota pelajar, budaya, dan wisata meskipun untuk menjaganya bukan hal yang mudah karena ada berbagai tantangan yang harus dihadapi,” katanya.

Selain itu, KGPAA Paku Alam X menyebut jika interaksi antara Pemerintah Kota Yogyakarta, masyarakat, keraton serta kaum intelektual bisa berjalan dengan cair tanpa perlu rekayasa sosial. “Ini adalah sintesa golong gilig yang menunjukkan harmoni yang baik antara pemimpin dengan warganya. Tujuannya adalah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat,” katanya.*

Baca juga: Wayang Jogja Carnival diusulkan menjadi agenda nasional

Baca juga: Pesta rakyat HUT Ke-260 Yogyakarta bertabur tokoh wayang