Mendag ajak ANRPC wujudkan industri karet berkelanjutan
7 Oktober 2019 20:19 WIB
Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita saat membuka Konferensi Tahunan Karet ANRPC ke-12 dengan tema "Adaptive and Inclusive Path to Sustainable Value Chain" di Yogyakarta, Senin. ANTARA/Luqman Hakim
Yogyakarta (ANTARA) - Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita mengajak negara anggota Perhimpunan Negara Produsen Penghasil Karet Alam atau Association Of Natural Rubber Producing Countries (ANRPC) bersinergi mewujudkan industri karet secara berkelanjutan di tengah pelambatan ekonomi global.
"Di tengah pelambatan ekonomi global, penurunan produksi dan harga karet, penting bagi anggota ANRPC mengambil langkah adaptif dan inklusif untuk mewujudkan rantai nilai industri karet secara berkelanjutan," kata Enggar saat membuka Konferensi Tahunan Karet ANRPC ke-12 dengan tema "Adaptive and Inclusive Path to Sustainable Value Chain" di Yogyakarta, Senin.
ANRPC beranggotakan 13 negara produsen dan konsumen karet alam. Negara-negara tersebut yaitu Banglades, Kamboja, China, India, Indonesia, Malaysia, Myanmar, Papua Nugini, Filipina, Singapura, Srilanka, Thailand, dan Vietnam.
Menurut Enggar, ada tiga aspek yang perlu diperhatikan dalam mewujudkan industri karet berkelanjutan yaitu ekonomi, lingkungan, dan sosial.
Baca juga: Ini penyebab harga karet tak kunjung naik sejak 2013
Dari aspek ekonomi, jelas dia, pergerakan harga karet tidak lagi banyak dipengaruhi faktor fundamental yang meliputi permintaan dan penawaran. Terbukti saat ini pasokan karet global menurun, tetapi harganya masih tetap rendah.
"Penurunan pasokan ini disebabkan antara lain oleh penurunan produksi yang disepakati negara-negara produsen karet (ITRC) dan penyebaran penyakit jamur," kata dia.
Sementara itu, dalam konteks lingkungan, lanjut dia, karet merupakan tanaman yang ramah lingkungan, mudah ditanam, dan dirawat. Dari segi sosial, karet alam merupakan sumber pemasukan utama bagi jutaan petani yang lahannya mencapai 85 persen dari total lahan perkebunan di seluruh dunia.
Oleh sebab itu, menurut dia, harga komoditas karet yang stabil akan dapat membantu mengurangi kemiskinan dan menciptakan lapangan pekerjaan di daerah-daerah terpencil.
"Kita perlu menempatkan kepentingan petani karet alam ke dalam rantai nilai karet alam untuk mendukung petani meneruskan aktivitas perkebunan mereka," kata dia.
Untuk mendukung terwujudnya industri karet berkelanjutan, Indonesia telah melakukan berbagai upaya seperti membentuk Unit Pengolahan dan Pemasaran Bokar (UPPB) untuk membantu petani menghasilkan karet alam berkualitas lebih baik, sehingga mereka mendapatkan harga yang lebih baik.
Selanjutnya, pada bidang industri, Pemerintah Indonesia juga telah mengembangkan industri hilir untuk memaksimalkan konsumsi karet alam dalam negeri. Industri karet bahkan merupakan salah satu prioritas nasional dalam Rancangan Nasional Pengembangan Industri.
Mendag menyebutkan Indonesia mengonsumsi karet alam sekitar 630 ribu ton per tahun, atau 7 persen dari konsumsi global negara-negara produsen. Struktur industri karet Indonesia meliputi ban (40 persen), alas kaki (15 persen), ban rethread (15 persen), sarung tangan (5 persen), dan lain-lain (25 persen).
Pemerintah juga berupaya meningkatkan penggunaan karet alam dalam negeri melalui promosi penelitian dan pengembangan, serta inovasi. Misalnya, penggunaan karet sebagai pelapis jalan, segel, bantalan jembatan, talang air tanaman karet, dan penghalang kanal untuk konservasi gambut.
Sementara itu, Direktur Jenderal Perundingan Perdagangan Internasional Iman Pambagyo berharap, Konferensi Karet Tahunan ANRPC ini dapat memberikan rekomendasi mengenai keberlangsungan karet alam.
Menurut Iman, para petani saat ini menghadapi berbagai tantangan, antara lain biaya tambahan untuk mengadopsi praktik-praktik yang dianjurkan, biaya untuk mempertahankan kualitas produksi karet, serta biaya sertifikasi yang cukup tinggi.
"Diharapkan konferensi ini dapat menjadi katalis untuk meningkatkan pemahaman kita terhadap isu-isu tersebut dan menghasilkan berbagai ide terbaik untuk menjaga keberlanjutan karet alam yang mencakup aspek ekonomi, lingkungan, dan sosial," kata Iman.
Konferensi Karet Tahunan ANRPC ini menghadirkan lima pembicara dan satu diskusi panel dengan para ahli yang akan membagikan pengalaman dan keahliannya serta memberikan rekomendasi bagi para anggota ANRPC.
Para peserta konferensi merupakan anggota ANRPC mulai dari unsur pemerintah, swasta, produsen, pedagang, konsumen, pemangku kebijakan, peneliti, asosiasi karet, dan unsur terkait lainnya.
Baca juga: Konsorsium karet internasional antisipasi harga karet
Baca juga: BI : Harga karet diperkirakan membaik pada 2020
"Di tengah pelambatan ekonomi global, penurunan produksi dan harga karet, penting bagi anggota ANRPC mengambil langkah adaptif dan inklusif untuk mewujudkan rantai nilai industri karet secara berkelanjutan," kata Enggar saat membuka Konferensi Tahunan Karet ANRPC ke-12 dengan tema "Adaptive and Inclusive Path to Sustainable Value Chain" di Yogyakarta, Senin.
ANRPC beranggotakan 13 negara produsen dan konsumen karet alam. Negara-negara tersebut yaitu Banglades, Kamboja, China, India, Indonesia, Malaysia, Myanmar, Papua Nugini, Filipina, Singapura, Srilanka, Thailand, dan Vietnam.
Menurut Enggar, ada tiga aspek yang perlu diperhatikan dalam mewujudkan industri karet berkelanjutan yaitu ekonomi, lingkungan, dan sosial.
Baca juga: Ini penyebab harga karet tak kunjung naik sejak 2013
Dari aspek ekonomi, jelas dia, pergerakan harga karet tidak lagi banyak dipengaruhi faktor fundamental yang meliputi permintaan dan penawaran. Terbukti saat ini pasokan karet global menurun, tetapi harganya masih tetap rendah.
"Penurunan pasokan ini disebabkan antara lain oleh penurunan produksi yang disepakati negara-negara produsen karet (ITRC) dan penyebaran penyakit jamur," kata dia.
Sementara itu, dalam konteks lingkungan, lanjut dia, karet merupakan tanaman yang ramah lingkungan, mudah ditanam, dan dirawat. Dari segi sosial, karet alam merupakan sumber pemasukan utama bagi jutaan petani yang lahannya mencapai 85 persen dari total lahan perkebunan di seluruh dunia.
Oleh sebab itu, menurut dia, harga komoditas karet yang stabil akan dapat membantu mengurangi kemiskinan dan menciptakan lapangan pekerjaan di daerah-daerah terpencil.
"Kita perlu menempatkan kepentingan petani karet alam ke dalam rantai nilai karet alam untuk mendukung petani meneruskan aktivitas perkebunan mereka," kata dia.
Untuk mendukung terwujudnya industri karet berkelanjutan, Indonesia telah melakukan berbagai upaya seperti membentuk Unit Pengolahan dan Pemasaran Bokar (UPPB) untuk membantu petani menghasilkan karet alam berkualitas lebih baik, sehingga mereka mendapatkan harga yang lebih baik.
Selanjutnya, pada bidang industri, Pemerintah Indonesia juga telah mengembangkan industri hilir untuk memaksimalkan konsumsi karet alam dalam negeri. Industri karet bahkan merupakan salah satu prioritas nasional dalam Rancangan Nasional Pengembangan Industri.
Mendag menyebutkan Indonesia mengonsumsi karet alam sekitar 630 ribu ton per tahun, atau 7 persen dari konsumsi global negara-negara produsen. Struktur industri karet Indonesia meliputi ban (40 persen), alas kaki (15 persen), ban rethread (15 persen), sarung tangan (5 persen), dan lain-lain (25 persen).
Pemerintah juga berupaya meningkatkan penggunaan karet alam dalam negeri melalui promosi penelitian dan pengembangan, serta inovasi. Misalnya, penggunaan karet sebagai pelapis jalan, segel, bantalan jembatan, talang air tanaman karet, dan penghalang kanal untuk konservasi gambut.
Sementara itu, Direktur Jenderal Perundingan Perdagangan Internasional Iman Pambagyo berharap, Konferensi Karet Tahunan ANRPC ini dapat memberikan rekomendasi mengenai keberlangsungan karet alam.
Menurut Iman, para petani saat ini menghadapi berbagai tantangan, antara lain biaya tambahan untuk mengadopsi praktik-praktik yang dianjurkan, biaya untuk mempertahankan kualitas produksi karet, serta biaya sertifikasi yang cukup tinggi.
"Diharapkan konferensi ini dapat menjadi katalis untuk meningkatkan pemahaman kita terhadap isu-isu tersebut dan menghasilkan berbagai ide terbaik untuk menjaga keberlanjutan karet alam yang mencakup aspek ekonomi, lingkungan, dan sosial," kata Iman.
Konferensi Karet Tahunan ANRPC ini menghadirkan lima pembicara dan satu diskusi panel dengan para ahli yang akan membagikan pengalaman dan keahliannya serta memberikan rekomendasi bagi para anggota ANRPC.
Para peserta konferensi merupakan anggota ANRPC mulai dari unsur pemerintah, swasta, produsen, pedagang, konsumen, pemangku kebijakan, peneliti, asosiasi karet, dan unsur terkait lainnya.
Baca juga: Konsorsium karet internasional antisipasi harga karet
Baca juga: BI : Harga karet diperkirakan membaik pada 2020
Pewarta: Luqman Hakim
Editor: Ahmad Wijaya
Copyright © ANTARA 2019
Tags: