Kendaraan pribadi jadikan Bandung kota termacet
7 Oktober 2019 19:01 WIB
Antrean pengendara yang melintas di kawasan Kota Bandung, Jawa Barat, Minggu (6/10/2019). Menurut rilis Update of The Asian Development Outlook versi Bank Pembangunan Asia (Asian Development Bank/ADB), Kota Bandung merupakan Kota termacet di Indonesia mengalahkan Jakarta dan Surabaya dengan tercatat berada pada peringkat 14 kota termacet se-Asia. ANTARA FOTO/Novrian Arbi/foc.
Bandung (ANTARA) - Kepala Dinas Perhubungan (Dishub) Kota Bandung, EM Ricky Gustiadi menyebut salah satu penyebab Kota Bandung mendapat label kota termacet se-Indonesia karena warganya yang masih memilih menggunakan kendaraan pribadi ketimbang menggunakan moda transportasi umum.
“Jumlah pertumbuhan kendaraan (pribadi) cukup tinggi dibanding jumlah pertumbuhan pembangunan infrastruktur jalan. Artinya, (jalan raya) masih didominasi pengguna kendaraan pribadi," kata Ricky di Bandung, Senin.
Saat ini warga yang menggunakan kendaraan pribadi mencapai 80 persen, sedangkan warga yang menggunakan transportasi umum hanya 20 persen. Dengan demikian, kata dia, wajar jika kemacetan kerap terjadi di wilayah Kota Bandung.
Warga yang lebih memilih menggunakan kendaraan pribadi, menurutnya bukan tanpa sebab. Ia menilai saat ini sarana transportasi umum di Kota Bandung kurang menunjang.
Selain itu, transportasi umum pun menurutnya kurang memiliki ketepatan waktu yang jelas. Akibatnya warga lebih memilik menggunakan kendaraan pribadinya masing-masing baik roda dua maupun roda empat.
Baca juga: Atasi macet, kota Bandung siapkan kereta listrik berbasis rel virtual
Baca juga: Lalu lintas arah Cileunyi menuju Nagreg Bandung macet
Senada dengan Ricky, Wakil Wali Kota Bandung Yana Mulyana pun menyebut warga Bandung belum tentu memilih menggunakan transportasi umum yang kurang memiliki ketepatan waktu.
Meski transportasi umum dinilai nyaman, kata dia, warga lebih memilih menggunakan kendaraan pribadi demi mencapai tujuan dengan waktu yang diinginkan.
"Kalau sekarang orang beralih ke transportasi massal meski nyaman tapi tidak bisa memprediksi waktu, sehingga orang juga belum tentu mau," kata Yana di Balai Kota Bandung.
Meski demikian, Ricky mengatakan pihaknya telah berupaya maksimal untuk menekan kemacetan meski Pemerintah Kota Bandung memiliki keterbatasan anggaran dalam menyediakan transportasi umum yang baik. Pihaknya akan terus mengimbau masyarakat agar menggunakan transportasi umum demi kelancaran lalu lintas,
“Solusinya sudah ada dalam rencana strategis Dishub Kota Bandung tahun 2018 sampai dengan 2023. Harus mencapai 25 persen yang menggunakan angkutan umum dalam melakukan mobilitas setiap hatinya,” kata Ricky.*
Baca juga: Macet lebih 2 km di Pintu Tol Cileunyi Bandung
Baca juga: Cikampek macet, KAI tambah perjalanan Jakarta-Bandung PP
“Jumlah pertumbuhan kendaraan (pribadi) cukup tinggi dibanding jumlah pertumbuhan pembangunan infrastruktur jalan. Artinya, (jalan raya) masih didominasi pengguna kendaraan pribadi," kata Ricky di Bandung, Senin.
Saat ini warga yang menggunakan kendaraan pribadi mencapai 80 persen, sedangkan warga yang menggunakan transportasi umum hanya 20 persen. Dengan demikian, kata dia, wajar jika kemacetan kerap terjadi di wilayah Kota Bandung.
Warga yang lebih memilih menggunakan kendaraan pribadi, menurutnya bukan tanpa sebab. Ia menilai saat ini sarana transportasi umum di Kota Bandung kurang menunjang.
Selain itu, transportasi umum pun menurutnya kurang memiliki ketepatan waktu yang jelas. Akibatnya warga lebih memilik menggunakan kendaraan pribadinya masing-masing baik roda dua maupun roda empat.
Baca juga: Atasi macet, kota Bandung siapkan kereta listrik berbasis rel virtual
Baca juga: Lalu lintas arah Cileunyi menuju Nagreg Bandung macet
Senada dengan Ricky, Wakil Wali Kota Bandung Yana Mulyana pun menyebut warga Bandung belum tentu memilih menggunakan transportasi umum yang kurang memiliki ketepatan waktu.
Meski transportasi umum dinilai nyaman, kata dia, warga lebih memilih menggunakan kendaraan pribadi demi mencapai tujuan dengan waktu yang diinginkan.
"Kalau sekarang orang beralih ke transportasi massal meski nyaman tapi tidak bisa memprediksi waktu, sehingga orang juga belum tentu mau," kata Yana di Balai Kota Bandung.
Meski demikian, Ricky mengatakan pihaknya telah berupaya maksimal untuk menekan kemacetan meski Pemerintah Kota Bandung memiliki keterbatasan anggaran dalam menyediakan transportasi umum yang baik. Pihaknya akan terus mengimbau masyarakat agar menggunakan transportasi umum demi kelancaran lalu lintas,
“Solusinya sudah ada dalam rencana strategis Dishub Kota Bandung tahun 2018 sampai dengan 2023. Harus mencapai 25 persen yang menggunakan angkutan umum dalam melakukan mobilitas setiap hatinya,” kata Ricky.*
Baca juga: Macet lebih 2 km di Pintu Tol Cileunyi Bandung
Baca juga: Cikampek macet, KAI tambah perjalanan Jakarta-Bandung PP
Pewarta: Bagus Ahmad Rizaldi
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2019
Tags: