Jayapura (ANTARA) - Kapolda Papua Irjen Pol Paulus Waterpauw Senin pagi hingga sore melakukan pemantauan aktivitas belajar mengajar dan mengecek situasi di Kabupaten Jayawijaya, setelah kerusuhan dua pekan lalu.

Mantan Kapolda Sumatera Utara itu didampingi Dir. Intelkam Polda Papua Kombespol Patrige Renwarin, Dansat Brimob Polda Papua Jeremias Rontini dan Kapolres Jayawijaya AKBP Tonny Ananda beserta rombongan terlebih dahulu mengunjungi TK Mutiara Hati untuk mengecek aktivitas belajar mengajar disana.

"Hari ini saya dan rombongan berkeliling Kota Wamena hingga naik ke Ilekma dan sekitarnya, tempat pengungsian saudara-saudara kita masyarakat Nduga," katanya dalam keterangan tertulis yang diterima ANTARA di Kota Jayapura, Senin malam.

Baca juga: 68 warga Jabar di Papua memilih pulang

Baca juga: Wabup Mimika temui pengungsi Wamena dan Ilaga

Waspada malaria, KKP Surabaya periksa pengungsi asal Wamena



Setelah itu, Ia bersama rombongan melanjutkan kunjungan ke Pasar Sinakma untuk melihat aktivitas jual beli di pasar tersebut. Lalu, berkunjung ke SMA PGRI Wamena dan SMAN 1 Wamena bertemu serta melakukan komunikasi dengan guru-guru yang berada di sekolah tersebut.

"Ada beberapa sekolah yang sudah mulai belajar mengajar tapi ada juga belum maksimal. Kami juga bertemu dengan para guru yang berada disana, saya melihat para guru sudah kembali tenang dan tidak ada perasan takut serta khawatir. Kami juga melihat beberapa anak anak yang sudah masuk sekolah terlihat gembira, ada yang bermain basket, duduk-duduk, cerita-cerita. Baik sekali suasana kebatinannya," katanya.

"Tapi, sebelumnya kita juga ke Taman Kanak-kanak Setia Hati, saya lihat anak-anak sudah masuk dan ibu yang mengantar juga senang. Lalu mampir di Pasar Sinakma Wamena bertemu dengan pedagang mama yang jual barang, semuanya dalam kondisi sudah baik," katanya lagi.

Salah satu guru SMA PGRI Wamena, Debora Agapa mengatakan aktivitas di sekolah diawali dengan pembersihan di ruangan-ruangan dan kelas-kelas yang mengalami kerusakan setelah insiden kerusuhan yang terjadi pada tanggal 23 September 2019.

"Kami mulai dengan membersihkan ruangan dan kelas. Anak-anak juga mulai hadir dan siap belajar," katanya.*

Baca juga: Lanud: Jumlah pengungsi Wamena capai 11.410 orang

Baca juga: Pemerintah bantu pemulangan 25 warga Garut dari Wamena