Jakarta (ANTARA News) - Pemerintah tengah menyiapkan berbagai opsi untuk menyelamatkan maskapai penerbangan PT Merpati Nusantara Airlines yang kondisinya semakin kritis. Menneg BUMN Sofyan Djalil di Jakarta, Senin, menyatakan, opsi yang disiapkan itu sifatnya menyeluruh, termasuk kemungkinan penjualan saham strategis. "Kami masih membahas sejumlah opsi penyelematan Merpati, mulai dari penjualan saham strategis atau lainnya. Intinya, kami ingin opsi yang menyeluruh, tidak sepotong-potong," kata Sofyan Djalil usai menemui Menteri Perhubungan Jusman Syafii Djamal di Departemen Perhubungan. Namun, Sofyan enggan merinci opsi untuk penyelamatan Merpati. "Intinya, kami ingin Merpati segera selesai. Segera sehat. Opsinya bermuara pada kondisi misalnya, arus kas menjadi positif, tidak seperti sekarang yang negatif," katanya. Sofyan masih enggan juga merinci bagaimana sebenarnya posisi keuangan Merpati, meski pemerintah terakhir kali pada 2007/2008 telah memberikan penyertaan modal negara sebesar Rp450 miliar. Sementara itu, Direktur Keuangan Merpati Robi Edwardo yang ditemui seusai pertemuan itu mengatakan pembahasan itu terfokus program penyelamatan secepatnya terutama mengantisipasi kenaikan harga minyak dunia. "Harga minyak dunia bisa saja sampai 220 dolar AS per barel. Kami `prepare`- lah (siap-siap)," kata Robi. Salah satu opsi restrukturisasi menyeluruh yang tengah dibahas adalah penjualan saham strategis masih diproses karena masih bersifat awal. "Opsi itu masih diproses, itu masih awal kita harus `prepare`," katanya. Sebelumnya, Merpati juga pernah merencanakan melepas 40 persen saham yang dikuasai pemerintah melalui penjualan langsung (direct placement) mulai pertengahan tahun ini. Opsi lainnya adalah mengajukan restrukturisasi utang. Melalui langkah itu, Merpati Nusantara bisa meningkatkan arus kas dari sebelumnya negatif menjadi positif. Data yang beredar di kalangan wartawan Departemen Perhubungan menyebutkan , Merpati juga tercatat memiliki utang kepada Bank Mandiri sebesar Rp192 miliar. Terkait dengan utang ini, Mandiri sebelumnya berencana menggelar restrukturisasi kredit dengan skema pembayaran dan opsi pelepasan aset noninti (non-core asset) BUMN penerbangan itu. Pada tahun ini, Merpati berencana menambah sedikitnya 15 unit pesawat jenis Boeing 737-300 dan 737-400 guna memperkuat penetrasi pasar di dalam negeri dan regional. Jumlah pesawat yang ada saat ini belum memadai untuk memperkuat pasar dalam negeri dan pengembangan rute baru di regional Asean. Saat ini Merpati memiliki 37 pesawat dari berbagai tipe yakni 22 pesawat jet dan 15 jenis propeller. (*)