Menperin optimis dua 'unicorn' tambahan lahir hingga 2024
5 Oktober 2019 16:48 WIB
Menteri Perindustrian Airlangga Hartanto saat menyampaikan kata sambutan dalam acara kick-off Hannover Messe di Jakarta. ANTARA/Aji Cakti
Jakarta (ANTARA) - Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto optimis dua unicorn atau sebutan bagi perusahaan rintisan milik swasta yang nilai kapitalisasinya lebih dari 1 miliar dolar AS, lahir di Indonesia hingga 2024.
“Indonesia memiliki lebih dari 60 juta masyarakat yang memiliki telepon genggam 'smartphone'. Dengan potensi di sini, tidaklah heran kalau dalam waktu cepat Indonesia sudah punya empat unicorn, dan menjadi terbanyak di ASEAN,” kata Menperin lewat keterangannya di Jakarta, Sabtu.
Airlangga menyampaikan hal itu ketika menghadiri acara Millenial Fest Industry 4.0 di Medan, Sumatera Utara.
Menperin menyebutkan, melalui penerapan ekonomi digital, diproyeksi mampu mendorong peningkatan pada pertumbuhan ekonomi hingga 1-2 persen, penyerapan tenaga kerja lebih dari 10 juta orang, dan kontribusi industri manufaktur sebesar 25 persen terhadap PDB nasional.
Hal ini disebut sesuai dengan target yang terdapat dalam peta jalan Making Indonesia 4.0.
Oleh karena itu, dipilih pula sektor-sektor andalan yang mampu memberikan dampak besar dalam implementasi industri 4.0 di Indonesia.
“Telah dipilih lima sektor yang menjadi prioritas, yaitu industri makanan dan minuman, tekstil dan pakaian, otomotif, elektronik serta kimia-biokimia,” sebutnya.
Menurut Airlangga, dalam peta jalan implementasi Industri 4.0 tersebut, telah dipersiapkan berbagai inisiatif strategis untuk masing masing sektor prioritas.
“Kemudian, telah ditunjuk lighthouseatau pabrik percontohan bagi penerapan industri 4.0 yang sudah menggunakan artificial intelligence(AI) dan internet of things(IoT), antara lain Schneider di Batam dan Petrosea di Tangerang, Banten,” ujarnya.
Airlangga mengungkapkan, berdasarkan studi Mckinsey, didorongnya ekonomi digital, Indonesia akan membutuhkan 17 juta tenaga kerja yang melek digital, dengan komposisi 30% di industri manufaktur dan 70 persen di industri penunjang.
Sehingga, nantinya mendorong tambahan ekonomi sebesar 150 miliar dolar AS kepada ekonomi Indonesia.
Baca juga: Menperin: RI akan ada di panggung utama Hannover Messe 2020
“Inilah yang didorong agar kesempatan sebesar 150 dolar AS dalam bentuk ekonomi digital itu dimanfaatkan oleh tenaga kerja dan masyarakat Indonesia. Bisnis ini ada di Indonesia tergantung bagaimana kita memanfaatkannya,” tegasnya.
Airlangga menuturkan, dalam memaksimalkan potensi digital ekonomi di Tanah Air, Kemenperin juga mendorong startup atau perusahaan rintisan agar mereka mampu mengembangkan Industri Kecil Menengah (IKM) di Tanah Air.
Merujuk pada laporan Masyarakat Industri Kreatif Teknologi Informasi dan Komunikasi Indonesia (MIKTI), dalam Mapping & Database Startup Indonesia 2018, bahwa jumlah startup di Indonesia pada tahun 2018 mencapai 992 startup.
Dari jumlah tersebut, tidak sedikit yang merupakan technology providermenghasilkan teknologi digital aplikatif dan solutif bagi Industri Kecil Menengah (IKM).
Baca juga: Menperin sebut batik sebagai "high fashion," duta budaya RI
“Indonesia memiliki lebih dari 60 juta masyarakat yang memiliki telepon genggam 'smartphone'. Dengan potensi di sini, tidaklah heran kalau dalam waktu cepat Indonesia sudah punya empat unicorn, dan menjadi terbanyak di ASEAN,” kata Menperin lewat keterangannya di Jakarta, Sabtu.
Airlangga menyampaikan hal itu ketika menghadiri acara Millenial Fest Industry 4.0 di Medan, Sumatera Utara.
Menperin menyebutkan, melalui penerapan ekonomi digital, diproyeksi mampu mendorong peningkatan pada pertumbuhan ekonomi hingga 1-2 persen, penyerapan tenaga kerja lebih dari 10 juta orang, dan kontribusi industri manufaktur sebesar 25 persen terhadap PDB nasional.
Hal ini disebut sesuai dengan target yang terdapat dalam peta jalan Making Indonesia 4.0.
Oleh karena itu, dipilih pula sektor-sektor andalan yang mampu memberikan dampak besar dalam implementasi industri 4.0 di Indonesia.
“Telah dipilih lima sektor yang menjadi prioritas, yaitu industri makanan dan minuman, tekstil dan pakaian, otomotif, elektronik serta kimia-biokimia,” sebutnya.
Menurut Airlangga, dalam peta jalan implementasi Industri 4.0 tersebut, telah dipersiapkan berbagai inisiatif strategis untuk masing masing sektor prioritas.
“Kemudian, telah ditunjuk lighthouseatau pabrik percontohan bagi penerapan industri 4.0 yang sudah menggunakan artificial intelligence(AI) dan internet of things(IoT), antara lain Schneider di Batam dan Petrosea di Tangerang, Banten,” ujarnya.
Airlangga mengungkapkan, berdasarkan studi Mckinsey, didorongnya ekonomi digital, Indonesia akan membutuhkan 17 juta tenaga kerja yang melek digital, dengan komposisi 30% di industri manufaktur dan 70 persen di industri penunjang.
Sehingga, nantinya mendorong tambahan ekonomi sebesar 150 miliar dolar AS kepada ekonomi Indonesia.
Baca juga: Menperin: RI akan ada di panggung utama Hannover Messe 2020
“Inilah yang didorong agar kesempatan sebesar 150 dolar AS dalam bentuk ekonomi digital itu dimanfaatkan oleh tenaga kerja dan masyarakat Indonesia. Bisnis ini ada di Indonesia tergantung bagaimana kita memanfaatkannya,” tegasnya.
Airlangga menuturkan, dalam memaksimalkan potensi digital ekonomi di Tanah Air, Kemenperin juga mendorong startup atau perusahaan rintisan agar mereka mampu mengembangkan Industri Kecil Menengah (IKM) di Tanah Air.
Merujuk pada laporan Masyarakat Industri Kreatif Teknologi Informasi dan Komunikasi Indonesia (MIKTI), dalam Mapping & Database Startup Indonesia 2018, bahwa jumlah startup di Indonesia pada tahun 2018 mencapai 992 startup.
Dari jumlah tersebut, tidak sedikit yang merupakan technology providermenghasilkan teknologi digital aplikatif dan solutif bagi Industri Kecil Menengah (IKM).
Baca juga: Menperin sebut batik sebagai "high fashion," duta budaya RI
Pewarta: Sella Panduarsa Gareta
Editor: Adi Lazuardi
Copyright © ANTARA 2019
Tags: