Mentan ingin Politeknik Enjinering ciptakan alsintan 100 persen TKDN
4 Oktober 2019 22:06 WIB
Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman pada peletakan batu pertama Politeknik Enjinering Pertanian Indonesia di Tangerang, Banten, Jumat. ANTARA/Mentari Dwi Gayati
Tangerang (ANTARA) - Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman menginginkan agar pembangunan kampus Politeknik Enjinering Pertanian Indonesia (PEPI) mampu mendorong agar alat dan mesin pertanian yang dihasilkan dengan tingkat komponen dalam negeri (TKDN) mencapai 100 persen.
Amran menjelaskan dengan berdirinya PEPI yang memiliki kurikulum pengembangan mekanisasi pertanian, baik mahasiswa, dosen hingga peneliti dapat menciptakan perlengkapan, khususnya alat berat sektor pertanian dengan seluruh komponen berasal dari dalam negeri.
"Mahasiswa ini kami harapkan, kenapa mereka praktik porsinya 70 persen, kami ingin seluruh alat berat diproduksi di PEPI, jadi kandungan lokal 100 persen dalam negeri. Sekarang ada 60 sampai 80 persen kandungan dalam negeri peralatan kita," kata Amran pada peletakan batu pertama Politeknik Enjinering Pertanian Indonesia di Tangerang, Banten, Jumat.
Baca juga: Kementan kembangkan teknologi pertanian berbasis IoT
Ada pun Kampus PEPI dengan luas 4 hektare ini menjadi kampus Politeknik Enjenering Pertanian pertama dan satu-satunya di Indonesia. Kurikulum PEPI disesuaikan dengan kebutuhan dunia usaha dan dunia industri.
Pemerintah, kata Amran, juga membuka peluang untuk kerja sama dengan perusahaan swasta dalam pengembangan teknologi.
"Setelah ditemukan spesifikasi alatnya, langsung kita kerjasamakan dengan swasta. Yang menarik, penemu dari mahasiswa atau dosen, peneliti dan perekayasa mereka dapat insentif," kata dia.
Ia menambahkan bahwa pendirian Kampus PEPI sejalan dengan komitmen Pemerintah dalam menciptakan teknologi dan inovasi pertanian guna melakukan transformasi pertanian tradisional menjadi modern dan membangun sumberdaya manusia pertanian yang unggul.
Sejak awal pemerintahan Jokowi-JK, Kementan telah membangun infastruktur dan meningkatkan mekanisasi alat mesin pertanian (alsintan).
Berdasakan data Food and Agriculture (FAO), level mekanisasi pertanian Indonesia pada 2013 hanya 0,04 horsepower (HP). Sementara pada tahun 2019, level mekanisasi mencapai 2,15 HP. Artinya, keterlibatan kerja mesin dalam kegiatan produksi pertanian meningkat.
Dengan mekanisasi pertanian, petani tidak hanya menghemat waktu untuk tanam dan pascapanen, tetapi juga menghemat biaya produksi.
Baca juga: Indonesia miliki Politeknik Enjinering Pertanian pertama
Baca juga: Mentan sebut mekanisasi pertanian mampu turunkan biaya produksi
Amran menjelaskan dengan berdirinya PEPI yang memiliki kurikulum pengembangan mekanisasi pertanian, baik mahasiswa, dosen hingga peneliti dapat menciptakan perlengkapan, khususnya alat berat sektor pertanian dengan seluruh komponen berasal dari dalam negeri.
"Mahasiswa ini kami harapkan, kenapa mereka praktik porsinya 70 persen, kami ingin seluruh alat berat diproduksi di PEPI, jadi kandungan lokal 100 persen dalam negeri. Sekarang ada 60 sampai 80 persen kandungan dalam negeri peralatan kita," kata Amran pada peletakan batu pertama Politeknik Enjinering Pertanian Indonesia di Tangerang, Banten, Jumat.
Baca juga: Kementan kembangkan teknologi pertanian berbasis IoT
Ada pun Kampus PEPI dengan luas 4 hektare ini menjadi kampus Politeknik Enjenering Pertanian pertama dan satu-satunya di Indonesia. Kurikulum PEPI disesuaikan dengan kebutuhan dunia usaha dan dunia industri.
Pemerintah, kata Amran, juga membuka peluang untuk kerja sama dengan perusahaan swasta dalam pengembangan teknologi.
"Setelah ditemukan spesifikasi alatnya, langsung kita kerjasamakan dengan swasta. Yang menarik, penemu dari mahasiswa atau dosen, peneliti dan perekayasa mereka dapat insentif," kata dia.
Ia menambahkan bahwa pendirian Kampus PEPI sejalan dengan komitmen Pemerintah dalam menciptakan teknologi dan inovasi pertanian guna melakukan transformasi pertanian tradisional menjadi modern dan membangun sumberdaya manusia pertanian yang unggul.
Sejak awal pemerintahan Jokowi-JK, Kementan telah membangun infastruktur dan meningkatkan mekanisasi alat mesin pertanian (alsintan).
Berdasakan data Food and Agriculture (FAO), level mekanisasi pertanian Indonesia pada 2013 hanya 0,04 horsepower (HP). Sementara pada tahun 2019, level mekanisasi mencapai 2,15 HP. Artinya, keterlibatan kerja mesin dalam kegiatan produksi pertanian meningkat.
Dengan mekanisasi pertanian, petani tidak hanya menghemat waktu untuk tanam dan pascapanen, tetapi juga menghemat biaya produksi.
Baca juga: Indonesia miliki Politeknik Enjinering Pertanian pertama
Baca juga: Mentan sebut mekanisasi pertanian mampu turunkan biaya produksi
Pewarta: Mentari Dwi Gayati
Editor: Ahmad Wijaya
Copyright © ANTARA 2019
Tags: