Jakarta (ANTARA NeWs) - Pakar investasi emas, Muhaimin Iqbal, mengatakan dalam jangka waktu enam bulan ke depan harga emas akan cenderung mengalami "bullish" atau lebih banyak naik ketimbang turun. "Untuk jangka waktu enam bulan ke depan prediksi saya emas akan lebih banyak `bull`-nya daripada `bear`," kata Ketua Center for Islamic Entrepreneurship Development (CIED) itu di Jakarta, Kamis. Iqbal tidak menganalisis kenaikan harga logam mulia tersebut pekan per pekan, sebab dalam satu pekan harga amat fluktuatif bisa naik ataupun turun. Menurut mantan Ketua Umum Asosiasi Asuransi Syariah Indonesia (AASI) itu, penyebab naiknya harga emas dalam enam bulan ke depan di antaranya semakin runtuhnya kepercayaan global terhadap kondisi perekonomian Amerika Serikat. "Selain itu juga karena faktor geopolitik dunia, terutama di Iran yang masih terus menghangat," katanya. Pada pekan lalu, harga emas mengalami gejolak yang sangat berarti. Awal pekan harga emas dibuka pada kisaran 928 dolar AS per troy once, tetapi kemudian turun pada kisaran 920 dolar AS per troy once. Pada perdagangan Jumat (11/7) emas "rebound" ke angka 964 dolar AS per troy once atau naik lebih dari 3,6 persen dalam sepekan. Iqbal mengatakan, krisis keuangan di AS yang sudah semakin buruk akhir pekan lalu menyebabkan kepercayaan dunia terhadap dolar merosot seiring dengan ancaman runtuhnya dua lembaga keuangan besar di negeri Paman Syam itu. "Dua lembaga keuangan besar, yaitu Fannie Mae dan Freddie Mac, sedang dalam kesulitan padahal keduanya merupakan lembaga yang selama ini menjamin separuh dari sekitar 12 triliun dolar AS pasar mortgage," katanya. Menurut dia, masalah itu tidak kalah seriusnya dengan krisis dan ketegangan di Iran. "Jadi pasar akan terus berguncang keras dan emas adalah proteksi yang aman untuk situasi yang demikian," katanya. Pada Kamis (17/7) pagi, harga emas dibuka di level Rp284.500 per gram sesuai harga yang ditetapkan PT Aneka Tambang UBPP Logam Mulia, produsen resmi logam mulia di Indonesia yang diakui dunia. (*)