Wali Kota Probolinggo kunjungi warga terdampak kerusuhan Wamena
3 Oktober 2019 17:46 WIB
Wali Kota Probolinggo Hadi Zainal Abidin (dua dari kiri) berbincang dengan warga yang terdampak kerusuhan Wamena (kiri) di rumahnya, Kamis (3/10) (ANTARA/HO/ Humas dan Protokol Pemkot Probolinggo)
Kota Probolinggo, Jawa Timur (ANTARA) - Wali Kota Probolinggo Hadi Zainal Abidin didampingi Kepala Dinas Sosial setempat Zainullah mengunjungi beberapa rumah warga yang terdampak kerusuhan Wamena, Papua di beberapa kecamatan di Kota Probolinggo, Jawa Timur, Kamis.
Delapan warga Kota Probolinggo bersama ratusan warga perantau Jawa Timur di Wamena dipulangkan ke daerahnya masing-masing dengan menggunakan pesawat Hercules milik TNI AU yang tiba di Bandara Abdurrahman Saleh Malang dengan disambut Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa pada Rabu (2/10) sore dan tiba di Kota Probolinggo pada Rabu (2/10) malam.
Baca juga: Pengungsi Wamena sudah tinggalkan Lanud Timika
"Kami bersyukur delapan warga Kota Probolinggo yang terdampak konflik di Wamena sudah tiba di rumah masing-masing dengan kondisi selamat, namun mereka harus mendapat penanganan medis karena mengalami trauma," kata Hadi Zainal Abidin di Kota Probolinggo.
Pemerintah Kota Probolinggo juga menyerahkan tali asih untuk membantu kebutuhan sehari-sehari warga perantau di Wamena setelah tiba di Kota Probolinggo yakni bantuan berupa beras 20 kilogram, telur, susu, gula, teh, kopi dan mi instan.
"Mereka datang dengan rasa trauma, sehingga kami ingin memantau langsung kondisi mereka dan memberikan dukungan moral, agar segera beraktivitas kembali," tuturnya.
Ia mengatakan pemerintah daerah akan menugaskan tim medis dari puskesmas setempat untuk memeriksa kesehatan warga yang terdampak kerusuhan di Wamena yang sudah tiba di Kota Probolinggo.
Baca juga: ACT sewa pesawat untuk pulangkan pengungsi Wamena
"Mereka harus tenang, tanpa tekanan psikis karena kondisi di Wamena membuat mereka trauma dan para perantau itu pulang ke kampung halamannya tanpa membawa harta benda," katanya.
Wali kota yang akrab disapa Habib Hadi itu juga sempat menanyakan kepada korban terdampak kerusuhan Wamena apakah akan kembali lagi ke Wamena setelah situasi di sana kondusif, namun delapan warga Kota Probolinggo tersebut menyatakan tidak ingin kembali ke Wamena dan ingin tetap tinggal di Kota Probolinggo.
"Program Pemkot Probolinggo yakni menggerakkan sebanyak 500 usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) per tahun, sehingga kami akan melihat keluarga yang terdampak kerusuhan di Wamena itu punya keahlian apa dan akan difasilitasi, sehingga mereka tidak perlu jauh-jauh lagi merantau ke Papua untuk bekerja," tuturnya.
Warga terdampak kerusuhan Wamena yang dikunjungi pertama kali oleh rombongan Wali Kota Habib Hadi yakni Nur Faizin yang merupakan warga Jalan Semeru, Kecamatan Kademangan, Kota Probolinggo.
"Saya memutuskan pulang ke Kota Probolinggo karena situasi dan kondisi di Wamena sudah tidak memungkinkan untuk tetap tinggal di sana, apalagi saya bukan warga Papua dan hanya perantau," kata Nur Faizin.
Lelaki berusia 52 tahun itu pulang dengan pesawat Hercules milik TNI AU bersama rombongan warga lainnya pada 30 September 2019 dari Jayapura menuju Biak dengan bermalam satu hari, kemudian pesawat berhenti di Ambon untuk mengisi BBM dan akhirnya tiba di Bandara Abdurahman Saleh Malang pada Rabu (2/10) sore.
"Saya tinggal di Wisaput, Wamena sejak 1,5 tahun lalu dan bekerja sebagai tukang ojek di Wamena dengan penghasilan rata-rata Rp200 ribu per hari. Saya tidak ingin kembali lagi ke Wamena dan masih trauma akibat kerusuhan itu," ujarnya.
Delapan warga Kota Probolinggo bersama ratusan warga perantau Jawa Timur di Wamena dipulangkan ke daerahnya masing-masing dengan menggunakan pesawat Hercules milik TNI AU yang tiba di Bandara Abdurrahman Saleh Malang dengan disambut Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa pada Rabu (2/10) sore dan tiba di Kota Probolinggo pada Rabu (2/10) malam.
Baca juga: Pengungsi Wamena sudah tinggalkan Lanud Timika
"Kami bersyukur delapan warga Kota Probolinggo yang terdampak konflik di Wamena sudah tiba di rumah masing-masing dengan kondisi selamat, namun mereka harus mendapat penanganan medis karena mengalami trauma," kata Hadi Zainal Abidin di Kota Probolinggo.
Pemerintah Kota Probolinggo juga menyerahkan tali asih untuk membantu kebutuhan sehari-sehari warga perantau di Wamena setelah tiba di Kota Probolinggo yakni bantuan berupa beras 20 kilogram, telur, susu, gula, teh, kopi dan mi instan.
"Mereka datang dengan rasa trauma, sehingga kami ingin memantau langsung kondisi mereka dan memberikan dukungan moral, agar segera beraktivitas kembali," tuturnya.
Ia mengatakan pemerintah daerah akan menugaskan tim medis dari puskesmas setempat untuk memeriksa kesehatan warga yang terdampak kerusuhan di Wamena yang sudah tiba di Kota Probolinggo.
Baca juga: ACT sewa pesawat untuk pulangkan pengungsi Wamena
"Mereka harus tenang, tanpa tekanan psikis karena kondisi di Wamena membuat mereka trauma dan para perantau itu pulang ke kampung halamannya tanpa membawa harta benda," katanya.
Wali kota yang akrab disapa Habib Hadi itu juga sempat menanyakan kepada korban terdampak kerusuhan Wamena apakah akan kembali lagi ke Wamena setelah situasi di sana kondusif, namun delapan warga Kota Probolinggo tersebut menyatakan tidak ingin kembali ke Wamena dan ingin tetap tinggal di Kota Probolinggo.
"Program Pemkot Probolinggo yakni menggerakkan sebanyak 500 usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) per tahun, sehingga kami akan melihat keluarga yang terdampak kerusuhan di Wamena itu punya keahlian apa dan akan difasilitasi, sehingga mereka tidak perlu jauh-jauh lagi merantau ke Papua untuk bekerja," tuturnya.
Warga terdampak kerusuhan Wamena yang dikunjungi pertama kali oleh rombongan Wali Kota Habib Hadi yakni Nur Faizin yang merupakan warga Jalan Semeru, Kecamatan Kademangan, Kota Probolinggo.
"Saya memutuskan pulang ke Kota Probolinggo karena situasi dan kondisi di Wamena sudah tidak memungkinkan untuk tetap tinggal di sana, apalagi saya bukan warga Papua dan hanya perantau," kata Nur Faizin.
Lelaki berusia 52 tahun itu pulang dengan pesawat Hercules milik TNI AU bersama rombongan warga lainnya pada 30 September 2019 dari Jayapura menuju Biak dengan bermalam satu hari, kemudian pesawat berhenti di Ambon untuk mengisi BBM dan akhirnya tiba di Bandara Abdurahman Saleh Malang pada Rabu (2/10) sore.
"Saya tinggal di Wisaput, Wamena sejak 1,5 tahun lalu dan bekerja sebagai tukang ojek di Wamena dengan penghasilan rata-rata Rp200 ribu per hari. Saya tidak ingin kembali lagi ke Wamena dan masih trauma akibat kerusuhan itu," ujarnya.
Pewarta: Zumrotun Solichah
Editor: Triono Subagyo
Copyright © ANTARA 2019
Tags: