Mitsubishi Motors resmikan studi pemanfaatan energi terbarukan Sumba
3 Oktober 2019 13:27 WIB
(Ki ka) Toshinaga Kato, General Manager Indonesia Business Departement, ASEAN Div Mitsubishi Motors, Bupati Sumba Barat Daya Kornelis Kodi Mete, Presiden Direktur Mitsubishi Motors Krama Yudha Sales Indonesia (MMKSI) Naoya Nakamura, Direktur Jenderal Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi, dan Elektronika Kementerian Perindustrian (Kemenperin) Harjanto, Bupati Sumba Barat Agustinus Niga Dapawole saat peresmian studi bersama kendaraan listrik di Sumba pada Kamis (3/10/2019) (ANTARA/Ida Nurcahyani)
Sumba (ANTARA) - PT Mitsubishi Motors Krama Yudha Sales Indonesia (MMKSI) meresmikan studi bersama pemanfaatan energi baru dan terbarukan untuk pengisian daya kendaraan listrik (quick charging) di Kabupaten Sumba Barat Daya, Pulau Sumba, Kamis.
Studi kendaraan listrik tersebut merupakan proyek kolaboratif antara Balai Besar Teknologi Konversi Energi Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (B2TKE-BPPT), MMKSI, PT PLN dan perusahaan asal Jepang Kyudenko Corporation.
Proyek tersebut berusaha melihat potensi pengembangan energi panel surya sebagai energi baru terbarukan di Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) Bilacenge, Sumba Barat Daya yang kemudian disalurkan ke alat pengisian daya cepat mobil listrik.
"Dari studi bersama ini, kami berharap bisa mengetahui seberapa besar solar panel dari BPPT mampu menyuplai listrik stabil untuk quick charging mengingat kalau musim panas PLTS bisa bekerja dengan baik, namun saat musim hujan seperti apa?" kata President Director PT MMKSI Naoya Nakamura di Sumba Barat Daya.
"Selain itu, kami ingin tahu cara kerja energi manajemen sistem dari EMS apakah benar-benar bisa memberikan listrik yang stabil untuk charge kendaraan listrik," ujarnya lebih lanjut.
Jika hasil studi kolaborasi itu sukses maka Mitsubishi menyatakan siap untuk melanjutkan kerja sama dengan instansi di daerah lain.
Senada dengan Nakamura, Direktur Jenderal Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi, dan Elektronika Kementerian Perindustrian (Kemenperin) Harjanto pada kesempatan yang sama mengatakan apabila proyek studi berhasil maka bisa direplikasi ke daerah terpencil lain.
"Pilot projet ini bisa menjadi cikal bakal yang bisa direplikasi di daerah remote lain. Impiannya mungkin daerah-daerah terpencil di Indonesia bisa menjadi seperti Pulau Jeju di Korea Selatan yang sudah mendeklarasikan diri menjadi daerah tujuan wisata nol emisi, bisa jadi daya tarik turis yang akhirnya bisa meningkatkan perekonomian daerah," kata Harjanto.
Untuk proyek itu, Mistubishi menyumbangkan satu unit kendaraan i-MiEV sebagai kendaraan listrik untuk diuji beserta perangkat pengisian daya cepat tipe chademo yang dipasangkan di kantor PLN Tambolaka.
Sebelumnya BPPT telah mengembangkan PLTS Bilacenge berkapasitas 700 kWp.
Pembangkit listrik itu dilengkapi dengan teknologi Sistem Manajemen Energi (EMS) bekerja sama dengan pemerintah Jepang melalui Kyudenko.co.
Dengan EMS, daya stabil 200 kW dapat disuplai ke jaringan listrik selama durasi tujuh jam, mulai pukul 08.00 pagi hingga pukul 15.00 sore, terlepas dari sifat intermiten (intermittency) dari pembangkit listrik tenaga surya.
Cara kerja pengisian daya kendaraan listrik menggunakan metode EMS dari PLTS Bilacenge, yakni pengiriman sinyal ke EMS dari smart meter yang terpasang saat mobil listrik terhubung ke pengisi daya.
EMS lalu menangkap informasi smart meter dan kapasitas muatan keluaran dari fasilitas EMS. Ketika pengisian selesai, sinyal akhir diterima dari smart meter secara bersamaan, maka transmisi daya dari EMS akan berhenti.
Baca juga: Mitsubishi pastikan Xpander di Indonesia tidak bermasalah
Studi kendaraan listrik tersebut merupakan proyek kolaboratif antara Balai Besar Teknologi Konversi Energi Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (B2TKE-BPPT), MMKSI, PT PLN dan perusahaan asal Jepang Kyudenko Corporation.
Proyek tersebut berusaha melihat potensi pengembangan energi panel surya sebagai energi baru terbarukan di Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) Bilacenge, Sumba Barat Daya yang kemudian disalurkan ke alat pengisian daya cepat mobil listrik.
"Dari studi bersama ini, kami berharap bisa mengetahui seberapa besar solar panel dari BPPT mampu menyuplai listrik stabil untuk quick charging mengingat kalau musim panas PLTS bisa bekerja dengan baik, namun saat musim hujan seperti apa?" kata President Director PT MMKSI Naoya Nakamura di Sumba Barat Daya.
"Selain itu, kami ingin tahu cara kerja energi manajemen sistem dari EMS apakah benar-benar bisa memberikan listrik yang stabil untuk charge kendaraan listrik," ujarnya lebih lanjut.
Jika hasil studi kolaborasi itu sukses maka Mitsubishi menyatakan siap untuk melanjutkan kerja sama dengan instansi di daerah lain.
Senada dengan Nakamura, Direktur Jenderal Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi, dan Elektronika Kementerian Perindustrian (Kemenperin) Harjanto pada kesempatan yang sama mengatakan apabila proyek studi berhasil maka bisa direplikasi ke daerah terpencil lain.
"Pilot projet ini bisa menjadi cikal bakal yang bisa direplikasi di daerah remote lain. Impiannya mungkin daerah-daerah terpencil di Indonesia bisa menjadi seperti Pulau Jeju di Korea Selatan yang sudah mendeklarasikan diri menjadi daerah tujuan wisata nol emisi, bisa jadi daya tarik turis yang akhirnya bisa meningkatkan perekonomian daerah," kata Harjanto.
Untuk proyek itu, Mistubishi menyumbangkan satu unit kendaraan i-MiEV sebagai kendaraan listrik untuk diuji beserta perangkat pengisian daya cepat tipe chademo yang dipasangkan di kantor PLN Tambolaka.
Sebelumnya BPPT telah mengembangkan PLTS Bilacenge berkapasitas 700 kWp.
Pembangkit listrik itu dilengkapi dengan teknologi Sistem Manajemen Energi (EMS) bekerja sama dengan pemerintah Jepang melalui Kyudenko.co.
Dengan EMS, daya stabil 200 kW dapat disuplai ke jaringan listrik selama durasi tujuh jam, mulai pukul 08.00 pagi hingga pukul 15.00 sore, terlepas dari sifat intermiten (intermittency) dari pembangkit listrik tenaga surya.
Cara kerja pengisian daya kendaraan listrik menggunakan metode EMS dari PLTS Bilacenge, yakni pengiriman sinyal ke EMS dari smart meter yang terpasang saat mobil listrik terhubung ke pengisi daya.
EMS lalu menangkap informasi smart meter dan kapasitas muatan keluaran dari fasilitas EMS. Ketika pengisian selesai, sinyal akhir diterima dari smart meter secara bersamaan, maka transmisi daya dari EMS akan berhenti.
Baca juga: Mitsubishi pastikan Xpander di Indonesia tidak bermasalah
Pewarta: Ida Nurcahyani
Editor: Heppy Ratna Sari
Copyright © ANTARA 2019
Tags: