Bursa Wall Street jatuh, dipicu dampak perang dagang atas ekonomi AS
3 Oktober 2019 06:51 WIB
Ilustrasi: Para pialang sedang bekerja di Bursa Efek New York, Wall Street, Amerika Serikat. ANTARA/REUTERS/Brendan McDermid/aa.
New York (ANTARA) - Indeks-indeks utama pada Bursa Wall Street mengalami penurunan satu hari tertajam dalam hampir enam minggu pada akhir perdagangan Rabu (Kamis pagi WIB), setelah data ketenagakerjaan dan manufaktur menunjukkan bahwa perang dagang Amerika Serikat (AS) dna China semakin mengancam ekonomi Amerika Serikat.
Menambah kekhawatiran perdagangan, Amerika Serikat memenangkan persetujuan pada Rabu (2/10/2019) untuk memungut tarif impor senilai 7,5 miliar dolar AS barang-barang Eropa atas subsidi ilegal UE yang diserahkan ke Airbus, mengancam akan memicu perang dagang trans-Atlantik yang bersifat sementara.
Semua 11 indeks sektor utama S&P turun, dengan sektor energi dan keuangan masing-masing turun lebih dari dua persen.
Laporan Ketenagakerjaan Nasional ADP menunjukkan pertumbuhan gaji swasta pada Agustus tidak sekuat yang diperkirakan sebelumnya, dan mengatakan "dunia usaha telah menjadi lebih berhati-hati dalam perekrutan mereka," dengan perusahaan-perusahaan kecil menjadi "sangat ragu-ragu."
Itu menambah kekhawatiran yang dipicu pada Selasa (1/10/2019) ketika sebuah laporan menunjukkan aktivitas pabrik AS mengalami kontraksi ke level terendah dalam lebih dari satu dekade.
“Fakta bahwa sisi manufaktur ekonomi di AS dan secara global sedang melakukan hal yang buruk tidak seharusnya menjadi berita baru bagi siapa pun. Tetapi tingkat kegagalan kemarin adalah sesuatu yang mendorong langkah dua hari ini," kata Kepala Strategi Ekuitas dan Derivatif AS di BNP Paribas, Greg Boutle.
Data yang lemah baru-baru ini telah mengguncang kepercayaan investor pada kekuatan ekonomi domestik, yang telah menunjukkan ketahanan relatif dalam menghadapi perlambatan pertumbuhan global. Kepercayaan dalam ekonomi AS telah membantu mendukung Wall Street tahun ini.
“Jika China membeli lebih sedikit dari kami, kami memiliki lebih sedikit untuk diproduksi, lebih sedikit pesanan untuk diisi. Data ini menunjukkan kita tidak kebal terhadap sengketa perdagangan ini, yang merugikan kita dan juga China," kata Kepala Strategi Investasi CFRA Research Sam Stovall.
Fokusnya sekarang pada laporan pekerjaan yang lebih komprehensif dari Departemen Tenaga Kerja AS pada Jumat (4/10/2019) untuk petunjuk lebih lanjut tentang kesehatan ekonomi AS.
Indeks S&P 500 dan Dow Jones tergelincir di bawah MA (moving average) 100-hari untuk pertama kalinya dalam sekitar sebulan. Banyak investor percaya bahwa jatuh di bawah rata-rata pergerakan seperti itu berarti indeks cenderung jatuh lebih jauh.
Indeks S&P 500 sekarang sekitar lima persen di bawah rekor tertingginya sepanjang masa pada Juli setelah mencapai jarak yang sangat dekat dari tanda dua minggu lalu. Selama 12 bulan terakhir, S&P 500 turun sekitar satu persen.
Indeks Dow Jones Industrial Average turun 494,42 poin atau 1,86 persen, menjadi berakhir di 26.078,62 poin. Indeks S&P 500 berkurang 52,64 poin atau 1,79 persen, menjadi ditutup di 2.887,61 poin. Indeks Komposit Nasdaq turun 123,44 poin atau 1,56 persen, menjadi berakhir di 7.785,25 poin. Demikian laporan yang dikutip dari Reuters.
Baca juga: Harga emas naik dalam 2 beruntun, terpicu penurunan ekuitas dan dolar
Baca juga: Dolar melemah, dipicu data suram ekonomi AS
Baca juga: Harga minyak lanjut turun, tertekan kenaikan stok dan data ekonomi AS
Menambah kekhawatiran perdagangan, Amerika Serikat memenangkan persetujuan pada Rabu (2/10/2019) untuk memungut tarif impor senilai 7,5 miliar dolar AS barang-barang Eropa atas subsidi ilegal UE yang diserahkan ke Airbus, mengancam akan memicu perang dagang trans-Atlantik yang bersifat sementara.
Semua 11 indeks sektor utama S&P turun, dengan sektor energi dan keuangan masing-masing turun lebih dari dua persen.
Laporan Ketenagakerjaan Nasional ADP menunjukkan pertumbuhan gaji swasta pada Agustus tidak sekuat yang diperkirakan sebelumnya, dan mengatakan "dunia usaha telah menjadi lebih berhati-hati dalam perekrutan mereka," dengan perusahaan-perusahaan kecil menjadi "sangat ragu-ragu."
Itu menambah kekhawatiran yang dipicu pada Selasa (1/10/2019) ketika sebuah laporan menunjukkan aktivitas pabrik AS mengalami kontraksi ke level terendah dalam lebih dari satu dekade.
“Fakta bahwa sisi manufaktur ekonomi di AS dan secara global sedang melakukan hal yang buruk tidak seharusnya menjadi berita baru bagi siapa pun. Tetapi tingkat kegagalan kemarin adalah sesuatu yang mendorong langkah dua hari ini," kata Kepala Strategi Ekuitas dan Derivatif AS di BNP Paribas, Greg Boutle.
Data yang lemah baru-baru ini telah mengguncang kepercayaan investor pada kekuatan ekonomi domestik, yang telah menunjukkan ketahanan relatif dalam menghadapi perlambatan pertumbuhan global. Kepercayaan dalam ekonomi AS telah membantu mendukung Wall Street tahun ini.
“Jika China membeli lebih sedikit dari kami, kami memiliki lebih sedikit untuk diproduksi, lebih sedikit pesanan untuk diisi. Data ini menunjukkan kita tidak kebal terhadap sengketa perdagangan ini, yang merugikan kita dan juga China," kata Kepala Strategi Investasi CFRA Research Sam Stovall.
Fokusnya sekarang pada laporan pekerjaan yang lebih komprehensif dari Departemen Tenaga Kerja AS pada Jumat (4/10/2019) untuk petunjuk lebih lanjut tentang kesehatan ekonomi AS.
Indeks S&P 500 dan Dow Jones tergelincir di bawah MA (moving average) 100-hari untuk pertama kalinya dalam sekitar sebulan. Banyak investor percaya bahwa jatuh di bawah rata-rata pergerakan seperti itu berarti indeks cenderung jatuh lebih jauh.
Indeks S&P 500 sekarang sekitar lima persen di bawah rekor tertingginya sepanjang masa pada Juli setelah mencapai jarak yang sangat dekat dari tanda dua minggu lalu. Selama 12 bulan terakhir, S&P 500 turun sekitar satu persen.
Indeks Dow Jones Industrial Average turun 494,42 poin atau 1,86 persen, menjadi berakhir di 26.078,62 poin. Indeks S&P 500 berkurang 52,64 poin atau 1,79 persen, menjadi ditutup di 2.887,61 poin. Indeks Komposit Nasdaq turun 123,44 poin atau 1,56 persen, menjadi berakhir di 7.785,25 poin. Demikian laporan yang dikutip dari Reuters.
Baca juga: Harga emas naik dalam 2 beruntun, terpicu penurunan ekuitas dan dolar
Baca juga: Dolar melemah, dipicu data suram ekonomi AS
Baca juga: Harga minyak lanjut turun, tertekan kenaikan stok dan data ekonomi AS
Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2019
Tags: