Kuala Lumpur (ANTARA News) - Istri Anwar Ibrahim, Wan Azizah Wan Ismail, mengatakan, Rabu, dirinya mengkhawatirkan keselamatan suaminya, menyusul peristiwa yang terjadi pada satu dekade lalu ketika Anwar dipecat sebagai deputi perdana menteri Malaysia. Anwar saat itu dipukul oleh kepala polisi dan didakwa dengan tuduhan sodomi dan korupsi. Pada Rabu siang Anwar sebagai pemimpin oposisi ditahan saat ia akan menghadapi interogasi atas dugaan-dugaan menyodomi seorang pembantunya, kata polisi dan penasehat hukumnya. "Kekhawatiran saya adalah keselamatannya dan kami menginginkan akses untuk menemuinya," kata Wan Azizah, anggota parlemen yang partai Keadilannya memimpin aliansi oposisi beranggota tiga partai. "Saya merasa prihatin karena suami saya selama 10 tahun mengalami penderitaan, ia telah dibedah karena luka-luka yang dideritanya dan dari perbincangan singkat, ia mengatakan mereka tidak ramah," tambahnya. Penasehat hukum Anwar, Sankara Nair, mengatakan ia menyaksikan penahanan kliennya terjadi di pintu gerbang rumah pemimpin oposisi itu sementara ia sedang dalam perjalanan antara sebuah pertemuan dengan para pejabat anti korupsi dan wawancara yang telah dijadwalkan dengan polisi. "Ia baru tiba di rumahnya ketika sekitar 10 personil polisi menahannya di gerbang rumahnya," katanya kepada AFP. Wakil Kepala Polisi Nasional Malaysia Ismail Omar membenarkan Anwar telah ditahan, dengan mengatakan bahwa ia tersangka dalam kasus sodomi dan akan menjalani pemeriksaan medis. "Ia belum dikenai tuduhan apapun. Mohon jangan ambil kesimpulan," kata Ismail kepada AFP. "Kami harus merekam pernyataannya untuk merampungkan investaigasi kami," ujarnya. "Bila fakta-fakta sudah ada kami akan membuat keputusan." Sementara itu partai Keadilan mengeluarkan seruan segera bagi para pendukungnya untuk berunjuk rasa di luar markasbesar kepolisian di Kuala Lumpur tempat Anwar ditahan. Partai itu mengatakan pihaknya menjamin bahwa aksi pendukungnya itu akan berjalan tenang sementara ada kekhawatiran pemerintah merencanakan melancarkan penumpasan termasuk penahanan-penahanan para pemimpin oposisi. "Ada kemungkinan mereka ingin memprovokasi sehingga mereka dapat mengesahkan tindakannya dengan melakukan penumpasan terhadap gerakan demokratis di Malaysia," kata Kepala Bagian Humas Partai Keadilan Tian Chua. Kejatuhan Anwar satu dekade lalu memicu aksi-aksi protes dalam gerakan "Reformasi" yang bergema ke perpolitikan Malaysia. (*)