Palangka Raya (ANTARA) - Tim Penanggulangan Inflasi Daerah (TPID) Provinsi Kalimantan Tengah menyebut pelaksanaan pemilihan kepala daerah bakal memengaruhi inflasi maupun deflasi.

"Pilkada nantinya akan memengaruhi sejumlah komoditas yang berkaitan langsung dengan kegiatan tersebut," kata Wakil Ketua TPID Kalteng Setian di Palangka Raya, Rabu.

Komoditas yang akan terpengaruh pada pilkada adalah pada kelompok inti (core), seperti barang-barang yang sudah jadi berupa spanduk, sablon kaus, dan perlengkapan alat tulis.

Baca juga: Harga cabai di Kalteng melonjak akibat minimnya pasokan

Meskipun yang lebih banyak terpengaruh adalah komoditas pada kelompok inti, kelompok lainnya seperti volatile foods juga akan terkena imbasnya. Misalnya, makanan siap saji bagi massa.

Menurut dia, hal itu masih belum terasa dampaknya saat ini, mengingat pilkada masih dalam tahap persiapan.

Dijadwalkan pilkada yang digelar pada tahun 2020, yakni Pemilihan Gubernur/Wakil Gubernur Kalteng dan Pemilihan Bupati/Wakil Bupati Kotawaringin Timur.

Berdasarkan pemaparan TPID, pada bulan September 2019, Kalteng mengalami deflasi sebesar -0,07 persen (mtm). Namun, tidak sedalam Agustus 2019 sebesar -0,29 persen (mtm).

Baca juga: TPID Kalteng sediakan daging ayam beku kendalikan lonjakan harga

Adapun komoditas penyumbang deflasi adalah kelompok volatile foods dan administered price, yakni masing-masing mengalami deflasi sebesar -1,03 persen (mtm) dan -0,05 persen (mtm).

Deflasi Kalteng merupakan tertinggi ketiga se-Kalimantan setelah Kalimantan Timur dengan -0,27 persen (mtm) dan Kalimantan Utara dengan -0,57 persen (mtm). Sementara itu, Kalimantan Barat dan Kalimantan Timur mengalami inflasi, masing-masing sebesar 0,21 persen (mtm) dan 0,01 persen (mtm).

Secara umum, sebagian besar kota sampel inflasi di Kalimantan pada bulan September 2019 mengalami deflasi. Kota Palangka Raya mengalami inflasi tertinggi ketiga di Kalimantan, sedangkan Sampit mengalami deflasi yang cukup dalam, yakni tertinggi keempat di Kalimantan.