Kemendikbud: Batik miliki peranan sepanjang perjalanan hidup
2 Oktober 2019 17:33 WIB
Para perajin batik di sekitar Candi Borobudur mendapat penjelasan mengenai relief candi dari petugas Balai Konservasi Borobudur, Rabu (2/10/2019). (ANTARA FOTO/Anis Efizudin)
Jakarta (ANTARA) - Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan menyebut batik memiliki peranan penting sepanjang perjalanan hidup bagi masyarakat.
"Pada saat kehamilan, sang ibu mengenakan kain batik dengan motif berbeda untuk ritual misani (sebulan), mindoni (dua bulan), neloni (tiga bulan), hingga mitoni (tujuh bulan)," kata Direktur Warisan Budaya Kemendikbud Nadjamuddin Ramly di Jakarta, Rabu.
Dia mengatakan saat sang anak lahir, kain batik digunakan untuk membebat serta untuk menggendong anak.
Kain batik dengan motif berbeda akan digunakan pada ritual inisiasi anak laki-laki berupa khitanan.
Begitu pula pada ritual pernikahan, salah satunya adalah kain batik motif sidoasih yang bermakna agar pasangan pengantin dilimpahi kasih sayang dan kebahagiaan selama hidup berumah tangga.
Saat kematian, beberapa motif batik yang digunakan melambangkan duka cita, seperti motif slobog/slobok yang berarti longgar, dimaksudkan untuk doa agar arwah seseorang yang meninggal diberi kelonggaran dan ampunan serta dilapangkan kuburnya.
Baca juga: Menperin sebut batik sebagai "high fashion," duta budaya RI
Nadjamuddin mengatakan batik merupakan suatu proses, memiliki nilai lebih dari selembar kain bermotif.
Ia menjelaskan kain batik menjadi sarana manifestasi dari kesabaran, ketekunan, ketelitian, serta falsafah hidup pembuat batik. Batik yang dimaksud adalah kain yang digambar dengan menggunakan alat tradisional yang disebut canting atau cap tembaga untuk mempercepat proses pembuatannya.
Pada 2 Oktober 2009 di Abu Dabhi, Uni Emirat Arab, batik ditetapkan untuk masuk daftar Intangible Cultural Heritage (ICH) UNESCO (Badan PBB untuk Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, dan Kebudayaan).
Melalui sidang Intergovernmental Committee for the Safeguarding of the Intangible Cultural Heritage UNESCO, batik resmi menjadi Warisan Budaya Takbenda (WBTb) Indonesia ketiga setelah sebelumnya keris dan wayang terlebih dahulu masuk daftar ICH UNESCO.
Baca juga: Kemendikbud selenggarakan pameran batik
Baca juga: Presiden sebut UNESCO mulai evaluasi pengakuannya pada batik
"Pada saat kehamilan, sang ibu mengenakan kain batik dengan motif berbeda untuk ritual misani (sebulan), mindoni (dua bulan), neloni (tiga bulan), hingga mitoni (tujuh bulan)," kata Direktur Warisan Budaya Kemendikbud Nadjamuddin Ramly di Jakarta, Rabu.
Dia mengatakan saat sang anak lahir, kain batik digunakan untuk membebat serta untuk menggendong anak.
Kain batik dengan motif berbeda akan digunakan pada ritual inisiasi anak laki-laki berupa khitanan.
Begitu pula pada ritual pernikahan, salah satunya adalah kain batik motif sidoasih yang bermakna agar pasangan pengantin dilimpahi kasih sayang dan kebahagiaan selama hidup berumah tangga.
Saat kematian, beberapa motif batik yang digunakan melambangkan duka cita, seperti motif slobog/slobok yang berarti longgar, dimaksudkan untuk doa agar arwah seseorang yang meninggal diberi kelonggaran dan ampunan serta dilapangkan kuburnya.
Baca juga: Menperin sebut batik sebagai "high fashion," duta budaya RI
Nadjamuddin mengatakan batik merupakan suatu proses, memiliki nilai lebih dari selembar kain bermotif.
Ia menjelaskan kain batik menjadi sarana manifestasi dari kesabaran, ketekunan, ketelitian, serta falsafah hidup pembuat batik. Batik yang dimaksud adalah kain yang digambar dengan menggunakan alat tradisional yang disebut canting atau cap tembaga untuk mempercepat proses pembuatannya.
Pada 2 Oktober 2009 di Abu Dabhi, Uni Emirat Arab, batik ditetapkan untuk masuk daftar Intangible Cultural Heritage (ICH) UNESCO (Badan PBB untuk Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, dan Kebudayaan).
Melalui sidang Intergovernmental Committee for the Safeguarding of the Intangible Cultural Heritage UNESCO, batik resmi menjadi Warisan Budaya Takbenda (WBTb) Indonesia ketiga setelah sebelumnya keris dan wayang terlebih dahulu masuk daftar ICH UNESCO.
Baca juga: Kemendikbud selenggarakan pameran batik
Baca juga: Presiden sebut UNESCO mulai evaluasi pengakuannya pada batik
Pewarta: Aubrey Kandelila Fanani
Editor: M. Hari Atmoko
Copyright © ANTARA 2019
Tags: