Menperin sebut batik sebagai "high fashion," duta budaya RI
2 Oktober 2019 17:15 WIB
Presiden Joko Widodo didampingi Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto menghadiri puncak peringatan Hari Batik Nasional di Istana Mangkunegaran Solo, Rabu (2/10). (ANTARA/ Biro Humas Kementerian Perindustrian)
Jakarta (ANTARA) - Menteri Perindustrian (Menperin) Airlangga Hartarto mendorong batik menjadi duta budaya Indonesia pada acara-acara internasional, mengingat batik merupakan warisan budaya tak benda yang berperan besar dalam mendorong perekonomian nasional.
Menperin menyampaikan hal itu di sela mendampingi Presiden pada puncak peringatan Hari Batik Nasional di Istana Mangkunegaran Solo, Jawa Tengah.
“Oleh karena itu, sesuai yang disampaikan Bapak Presiden Joko Widodo, kita harus berani mengenalkan batik kepada masyarakat dunia, dan menjadikan batik sebagai duta budaya Indonesia pada acara-acara internasional,” kata Menperin Airlangga Hartarto lewat keterangannya diterima di Jakarta, Rabu.
Kementerian Perindustrian (Kemenperin) mencatat nilai ekspor dari industri batik nasional pada semester I tahun 2019 mencapai 17,99 juta dolar AS. Sementara itu, sepanjang 2018, angkanya tembus hingga 52,44 juta dolar AS. Negara tujuan utama antara lain ke Jepang, Amerika Serikat, dan Eropa.
Selanjutnya, produksi batik yang didominasi oleh Industri Kecil dan Menengah (IKM) ini tersebar di 101 sentra di Indonesia, dengan jumlah sebanyak 47.000 unit usaha dan telah menyerap tenaga kerja lebih dari 200.000 orang.
Menurut Menperin, upaya tersebut akan memacu semangat para perajin dan pelaku industrinya untuk terus mengembangkan batik Nusantara, sehingga bisa lebih kreatif dan inovatif.
“Batik merupakan high fashion yang nilai tambahnya tinggi, bukan lagi sebagai komoditas. Maka itu, ekspor dari industri ini terus kami dorong. Apalagi, sekarang Wastra Nusantara semakin beragam dan telah diminati konsumen global,” ujar Menperin.
Batik merupakan warisan budaya tak benda asli Indonesia, yang dikukuhkan oleh UNESCO dalam Representative List of The Intangible Cultural Heritage of Humanity di Abu Dhabi pada 2 Oktober 2009 lalu. Sejak saat itu, tanggal 2 Oktober ditetapkan sebagai Hari Batik Nasional.
Seiring bergulirnya era Revolusi Industri 4.0, yang memunculkan berbagai teknologi canggih, akan membuat dunia batik nasional semakin kompetitif ke depannya.
Untuk itu, dibutuhkan komitmen kuat dari seluruh stakeholder untuk menjaga dan melestarikan karya adi luhung bangsa tersebut.
“Contohnya, bisa dengan memulai pendekatan kepada generasi muda untuk melakukan digitalisasi dan memanfaatkan media sosial dalam rangka mendorong kemajuan batik nasional,” ujar Menperin Airlangga Hartarto.
Menperin menyampaikan hal itu di sela mendampingi Presiden pada puncak peringatan Hari Batik Nasional di Istana Mangkunegaran Solo, Jawa Tengah.
“Oleh karena itu, sesuai yang disampaikan Bapak Presiden Joko Widodo, kita harus berani mengenalkan batik kepada masyarakat dunia, dan menjadikan batik sebagai duta budaya Indonesia pada acara-acara internasional,” kata Menperin Airlangga Hartarto lewat keterangannya diterima di Jakarta, Rabu.
Kementerian Perindustrian (Kemenperin) mencatat nilai ekspor dari industri batik nasional pada semester I tahun 2019 mencapai 17,99 juta dolar AS. Sementara itu, sepanjang 2018, angkanya tembus hingga 52,44 juta dolar AS. Negara tujuan utama antara lain ke Jepang, Amerika Serikat, dan Eropa.
Selanjutnya, produksi batik yang didominasi oleh Industri Kecil dan Menengah (IKM) ini tersebar di 101 sentra di Indonesia, dengan jumlah sebanyak 47.000 unit usaha dan telah menyerap tenaga kerja lebih dari 200.000 orang.
Menurut Menperin, upaya tersebut akan memacu semangat para perajin dan pelaku industrinya untuk terus mengembangkan batik Nusantara, sehingga bisa lebih kreatif dan inovatif.
“Batik merupakan high fashion yang nilai tambahnya tinggi, bukan lagi sebagai komoditas. Maka itu, ekspor dari industri ini terus kami dorong. Apalagi, sekarang Wastra Nusantara semakin beragam dan telah diminati konsumen global,” ujar Menperin.
Batik merupakan warisan budaya tak benda asli Indonesia, yang dikukuhkan oleh UNESCO dalam Representative List of The Intangible Cultural Heritage of Humanity di Abu Dhabi pada 2 Oktober 2009 lalu. Sejak saat itu, tanggal 2 Oktober ditetapkan sebagai Hari Batik Nasional.
Seiring bergulirnya era Revolusi Industri 4.0, yang memunculkan berbagai teknologi canggih, akan membuat dunia batik nasional semakin kompetitif ke depannya.
Untuk itu, dibutuhkan komitmen kuat dari seluruh stakeholder untuk menjaga dan melestarikan karya adi luhung bangsa tersebut.
“Contohnya, bisa dengan memulai pendekatan kepada generasi muda untuk melakukan digitalisasi dan memanfaatkan media sosial dalam rangka mendorong kemajuan batik nasional,” ujar Menperin Airlangga Hartarto.
Pewarta: Sella Panduarsa Gareta
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2019
Tags: