Semarang (ANTARA) - Badan Pusat Statistik (BPS) Jawa Tengah mencatat provinsi ini mengalami deflasi sebesar 0,24 persen pada September 2019.

Kepala BPS Jawa Tengah Sentor Bangun Widoyono di Semarang, Selasa, mengatakan kondisi tersebut terjadi di enam kabupaten/ kota yang menjadi daerah pelaksanaan survei biaya hidup.

"Enam kabupaten/ kota yang menjadi lokasi survei biaya hidup mengalami deflasi dengan besaran yang bervariasi," katanya.

Deflasi tertinggi terjadi di Purwokerto yang mencapai 0,5 persen, sementara deflasi terendah terjadi di Kudus yang mencapai 0,16 persen.

Baca juga: BPS katakan inflasi terjaga dapat dorong daya beli masyarakat

Ia menyebut penurunan harga sejumlah komoditas pangan seperti cabai merah, cabai rawit, bawang merah, daging ayam serta telur menjadi penyumbang terbesar atas terjadinya deflasi.

Kelompok bahan pangan tersebut, kata dia, memberi kontribusi hingga 1,93 persen terhadap deflasi.

Meski sejumlah bahan pangan mengalami penurunan harga, lanjut dia, terdapat kebutuhan lain yang mengalami kenaikan harga sehingga menahan laju deflasi.

Ia mencontohkan kenaikan biaya perguruan tinggi dan harga perhiasan emas menyumbang inflasi pada September.

"September merupakan tahun ajaran baru bagi mahasiswa sehingga ada pengeluaran untuk biaya di perguruan tinggi," katanya.
Baca juga: BPS: perekonomian di Wamena terganggu jika tidak segera antisipasi