Talaud (ANTARA) - Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Stasiun Geofisika Winangun menganalisis sebanyak 17 kali gempa susulan di Melonguane, Kabupaten Talaud, Provinsi Sulawesi Utara.
"Setelah gempa tanggal 29 September pukul 09:02 WIB hingga tanggal 30 September pukul 17:00 WITA terdapat 17 kali gempa bumi susulan," kata Kepala Seksi Data dan Informasi Stasiun Geofisika Winangun, Edward H. Mengko di Manado, Senin.
Gempa bumi susulan yang terjadi memiliki magnitudo bervariasi antara M3,6 sampai M5,7.
Edward menjelaskan, daerah Kepulauan Talaud dan sekitarnya memang berada di wilayah dengan tingkat aktivitas kegempaan yang tinggi.
Baca juga: BMKG catat tiga kali gempa susulan di Talaud
Baca juga: BMKG perbarui gempa Melonguane menjadi magnitudo 6,3
Gempa bumi susulan terjadi setelah gempa bumi dengan kekuatan signifikan, karena batuan yang terdeformasi di sekitar wilayah pusat gempa terus berupaya mencari kestabilan dengan melepaskan tekanan energinya dalam bentuk gempa bumi.
Masyarakat di sekitar wilayah Kabupaten Talaud dan kabupaten kepulauan di Sulawesi Utara diharapkan tetap waspada.
"Pastikan sumber informasi mengenai gempa bumi hanya berasal dari BMKG atau BPBD setempat atau instansi terkait yang diberikan kewenangan," katanya.
Pada Ahad (29/9) pukul 09.02.54 WIB, wilayah laut di sebelah utara Kabupaten Kepulauan Talaud diguncang gempa bumi tektonik.
Hasil analisis BMKG menunjukkan informasi awal gempa bumi ini magnitudo 6,7 yang selanjutnya dilakukan pemutakhiran menjadi magnitudo 6,3.
Episenter gempa bumi terletak pada koordinat 5,52 LU dan 126,6 BT atau tepatnya berlokasi di laut pada jarak 166 kilometer arah utara Melonguane, Kabupaten Kepulauan Talaud, Provinsi Sulawesi Utara pada kedalaman 97 kilometer.*
Baca juga: Gempa magnitudo 6,7 getarkan Talaud Sulut
Baca juga: Wilayah tenggara Melonguane-Sulut diguncang gempa 5,7 magnitudo
BMKG analisis 17 gempa susulan Melonguane-Talaud
30 September 2019 21:23 WIB
Kepala Seksi Data dan Informasi Stasiun Geofisika Winangun, Edward H. Mengko (1)
Pewarta: Karel Alexander Polakitan
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2019
Tags: