Mentan: Stok beras di gudang Bulog Jateng melimpah
30 September 2019 13:31 WIB
Menteri Pertanian Amran Sulaiman (kanan) saat meninjau gudang beras Bulog Sukoharjo, Telukan Divre Surakarta, Jawa Tengah, Senin (30/9/2019). HO/Humas Kementerian Pertanian
Jakarta (ANTARA) - Menteri Pertanian (Mentan) Amran Sulaiman mengatakan stok beras di gudang beras Bulog (GBB) Jawa Tengah, melimpah bahkan harus pinjam pakai gudang sehingga stok pangan nasional aman.
"Pertama-tama saya harus apresiasi seluruh petani Indonesia, Kementerian Pertanian, Bulog, dan jajaran pemerintah daerah Jawa Tengah. Kami ucapkan terima kasih karena stok beras kita melimpah," kata Amran dalam keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Senin.
Hal itu disampaikan Mentan sewaktu melakukan inspeksi ke gudang Bulog Sukoharjo, Telukan Divre Surakarta, Jawa Tengah. Amran dan rombongan menyaksikan gudang Bulog penuh terisi beras 4.500 Ton dan gudang sudah tidak cukup menampung beras lagi sehingga harus pinjam pakai gudang.
Baca juga: Kementan sebut sawah puso tidak kurangi stok beras nasional
Mentan Amran menyampaikan stok gudang Bulog di daerah lain, seperti Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat, Lampung, NTT, Sulawesi Selatan, dan Sumatera Selatan sudah harus sewa gudang untuk menampung produksi pangan kita.
"Kita bersyukur tahun 2019 sudah swasembada dan berdaulat. Menurut FAO kriteria swasembada bila impor 10 persen dari stok nasional. Tapi Alhamdulilah stok kita banyak dan melimpah, dan tidak perlu impor," tambahnya.
Lebih lanjut Amran mengatakan, membandingkan dulu saat swasembada di tahun 1984 penduduk Indonesia 100 juta lebih, namun hari ini penduduk Indonesia 260 juta lebih dan mampu swasembada.
Pada tahun 1984 Indonesia swasembada dengan impor sekitar 414.000 Ton."Tahun 2019, penduduk Indonesia sudah 260 juta, tapi gudang beras penuh dan tidak ada impor. Kerja keras pemerintah membuahkan hasil luar biasa" sebut Amran.
Baca juga: Pakar : Produksi beras tahun 2019 diperkirakan turun akibat kekeringan
Lebih lanjut Mentan mengatakan ekspor produk pertanian lima tahun terakhir meningkat hingga 9 juta ton. Amran berpesan untuk tetap menjaga keberhasilan ini, transformasi pertanian tradisonal ke pertanian modern ini mutlak dilanjutkan, mengembangkan lahan rawa menjadi lahan pertanian baru dalam program Selamatkan Rawa Sejahterakan Petani atau SERASI, dan program lainnya.
"Ketahanan pangan identik dengan ketahanan negara, maka pangan menjadi strategis," kata Mentan.
Taufan Akib, Kepala Divre Bulog Jawa Tengah, juga membenarkan jika gudang penuh berlimpah stok beras. Ada 30 komplek gudang Bulog di Jawa Tengah, yang berada di subdivre Surakarta, subdivre Pati, subdivre Semarang , subdivre Pekalongan dengan stok 186.000 Ton. Khusus gudang di Sukoharjo ada 2 gudang terdiri 4.500 ton cadangan beras pemerintah, gabah 400 ton.
Taufan juga menjelaskan jika berlimpahnya stok beras dikarenakan pertanian saat ini sudah mengarah ke pertanian modern sehingga lebih efesien.
Harga gabah petani dengan pengolahan combine harvester harganya Rp5.150 - Rp5.200 per kilogram, sedangkan jika pengolahan manual harga Rp5.000, selisihnya hingga Rp200.
"Keuntungan menggunakan combine harvester, gabahnya lebih bersih dan bisa langsung masuk karung. Petani lebih untung karena alat ini meminimalisir beras terbuang" tambahnya.
"Pertama-tama saya harus apresiasi seluruh petani Indonesia, Kementerian Pertanian, Bulog, dan jajaran pemerintah daerah Jawa Tengah. Kami ucapkan terima kasih karena stok beras kita melimpah," kata Amran dalam keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Senin.
Hal itu disampaikan Mentan sewaktu melakukan inspeksi ke gudang Bulog Sukoharjo, Telukan Divre Surakarta, Jawa Tengah. Amran dan rombongan menyaksikan gudang Bulog penuh terisi beras 4.500 Ton dan gudang sudah tidak cukup menampung beras lagi sehingga harus pinjam pakai gudang.
Baca juga: Kementan sebut sawah puso tidak kurangi stok beras nasional
Mentan Amran menyampaikan stok gudang Bulog di daerah lain, seperti Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat, Lampung, NTT, Sulawesi Selatan, dan Sumatera Selatan sudah harus sewa gudang untuk menampung produksi pangan kita.
"Kita bersyukur tahun 2019 sudah swasembada dan berdaulat. Menurut FAO kriteria swasembada bila impor 10 persen dari stok nasional. Tapi Alhamdulilah stok kita banyak dan melimpah, dan tidak perlu impor," tambahnya.
Lebih lanjut Amran mengatakan, membandingkan dulu saat swasembada di tahun 1984 penduduk Indonesia 100 juta lebih, namun hari ini penduduk Indonesia 260 juta lebih dan mampu swasembada.
Pada tahun 1984 Indonesia swasembada dengan impor sekitar 414.000 Ton."Tahun 2019, penduduk Indonesia sudah 260 juta, tapi gudang beras penuh dan tidak ada impor. Kerja keras pemerintah membuahkan hasil luar biasa" sebut Amran.
Baca juga: Pakar : Produksi beras tahun 2019 diperkirakan turun akibat kekeringan
Lebih lanjut Mentan mengatakan ekspor produk pertanian lima tahun terakhir meningkat hingga 9 juta ton. Amran berpesan untuk tetap menjaga keberhasilan ini, transformasi pertanian tradisonal ke pertanian modern ini mutlak dilanjutkan, mengembangkan lahan rawa menjadi lahan pertanian baru dalam program Selamatkan Rawa Sejahterakan Petani atau SERASI, dan program lainnya.
"Ketahanan pangan identik dengan ketahanan negara, maka pangan menjadi strategis," kata Mentan.
Taufan Akib, Kepala Divre Bulog Jawa Tengah, juga membenarkan jika gudang penuh berlimpah stok beras. Ada 30 komplek gudang Bulog di Jawa Tengah, yang berada di subdivre Surakarta, subdivre Pati, subdivre Semarang , subdivre Pekalongan dengan stok 186.000 Ton. Khusus gudang di Sukoharjo ada 2 gudang terdiri 4.500 ton cadangan beras pemerintah, gabah 400 ton.
Taufan juga menjelaskan jika berlimpahnya stok beras dikarenakan pertanian saat ini sudah mengarah ke pertanian modern sehingga lebih efesien.
Harga gabah petani dengan pengolahan combine harvester harganya Rp5.150 - Rp5.200 per kilogram, sedangkan jika pengolahan manual harga Rp5.000, selisihnya hingga Rp200.
"Keuntungan menggunakan combine harvester, gabahnya lebih bersih dan bisa langsung masuk karung. Petani lebih untung karena alat ini meminimalisir beras terbuang" tambahnya.
Pewarta: Ahmad Wijaya
Editor: Budi Suyanto
Copyright © ANTARA 2019
Tags: